TRANSFORMASI
(IMAN) MENUJU ALLAH
(Refleksi Kritis:
Bagaimana Orang Sampai kepada Iman
dan Menjadi Murid Yesus)
Transformasi Diri
Diajukan untuk
melengkapi tugas Mata Kuliah Seminar
Disusun oleh:
Lukas Ade Putra Sinaga
NIM: 120510030
Dosen Pengampu
Dr. Mida Purba
FAKULTAS FILSAFAT
UNIVERSITAS KATOLIK ST. THOMAS SUMATERA UTARA
SINAKSAK PEMATANGSIANTAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latarbelakang
Panggilan untuk mengikuti jalan Yesus
Kristus adalah panggilan universal, yang dapat diterima oleh siapapun, kapanpun
dan dimanapun. Dengan panggilan tersebut kita diajak untuk menjadi murid Yesus.
Menjadi murid berarti mengikuti jejak Yesus dan mewartakan setiap pengajaran
dan hidup serta karya-Nya bagi semua orang.
Panggilan tersebut membawa kita pada
perubahan untuk semakin dekat pada Allah. Perubahan tersebut bekerja secara
bertahap, berkembang dari waktu ke waktu. Perubahan mengandaikan terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi untuk mencapai iman, agar semakin dekat
dengan Allah. Dengan demikian, seseorang mencapai hidup rohani sebagai Murid
Yesus dan memancarkan wajah Allah bagi sesama.
1.2
Tujuan
Penulisan
Panggilan Allah yang universal perlu kita terima
dan cermati dengan seksama agar panggilan tersebut bertumbuh dan berbuah, tidak
hanya menjadi panggilan yang kosong dan akhirnya mati. Transformasi yang
dijelaskan dapat membantu untuk mengenali panggilan Allah, kemudian kita
terima, dan diolah dalam kehidupan sehari-hari. Membantu kita untuk lebih jeli
atau fokus untuk melihat situasi yang ada sebagai cara Allah untuk menyapa
kita, memanggil kita untuk mendengarkan, mengikuti Dia dan menjadi seperti Dia.
Tulisan ini tidak semata-mata untuk memberikan rumusan mengenai
transformasi iman dalam bentuk teori-teori. Tulisan ini membantu kita
memberikan gambaran bagaimana Allah hadir dalam hidup kita. Melihat usaha kita
untuk menemukan panggilan Allah dalam kehidupan. Penulis berharap tulisan ini dapat membantu anda
untuk memberikan arti dan gambaran demi semakin tumbuhnya panggilan baru untuk
melayani Kristus secara khusus dalam hidup seara total.
1.3
Pembatasan
Masalah
Banyak aspek dalam diri manusia yang
bersifat dinamis, yang selalu mengalami perkembangan, perubahan dan
ber-transformasi. Sebagai contoh, dalam bentuk fisik bahwa tubuh manusia tumbuh
dan berkembang dari kecil menjadi besar. Secara psikologis, bertumbuh dari
bayi, menjadi anak-anak, menjadi remaja, dewasa dan lansia sebagai tahap akhir.
Bukan hanya dalam dunia antropologis (tentang manusia), tetapi dalam dunia
politik, ekonomi dan yang lain juga selalu bertransformasi.
Dalam tulisan yang disampaikan disini, akan
melihat transformasi diri, bukan hanya biologis atau psikologis, atau mengenai bidang
politik, tapi dari sisi spiritualitas atau iman seseorang. Bagaimana iman yang
dialami berubah menjadi lebih baik walaupun tak jarang terjadi pergolakan
(naik-turun).
Sebagai contoh nyata sebagai perwujudan dalam transformasi tersebut akan
dipaparkan satu tokoh dari Kitab Suci dan satu tokoh yang hidup pada abad XX.
Tokoh yang diambil dari Kitab Suci adalah transformasi dalam diri Simon Petrus,
sebagai murid Yesus yang mengalami dan berjumpa secara langsung dengan Yesus.
Tokoh dari abad XX adalah Santa Theresia dari Kalkuta. Santa Theresia berjumpa
dengan Yesus karena lingkungan, atau komunitas miskin yang dialaminya. Melalui
orang miskin dan terlantar, ia sampai kepada iman akan Yesus.
1.4
Sistematika
Penulisan
Tema yang dibahas
dalam tulisan ini adalah transformasi Diri. Dari tema yang ada penulis
menyajikan seminar dengan judul transformasi diri menuju Allah. Di dalam judul
tersebut, akan menjawab pertanyaan fundamen dari tulisan ini. Bagaimana orang
sampai kepada iman dan menjadi murid Yesus?
Tulisan ini terbagi dalam 5 bab. Pada Bab I, akan dijelaskan hal praktis
perihal latarbelakang, tujuan dari penulisan ini. Dalam Bab II, ditunjukkan
bagaimana hidup rohani sebagai murid Yesus. Dalam Bab III dan Bab IV adalah
sebuah contoh nyata atau transformasi hidup rohani yang dialami secara nyata.
Satu contoh akan diambil dari Kitab Suci, sedangkan yang lainnya menceritakan
hidup seorang kudus dari Kalkuta, yaitu Santa Theresia Kalkuta.
1.5
Metode
Penulisan
Dalam proses penuisan, penulis menggunakan metode kepustakaan. Sumber
kepustakaan menjadi bagian terpenting dalam tulisan ini. Melalui
kepustakaan, penulis
mencari sumber-sumber yang berguna dan mendukung untuk menjadi dasar bagi penulisan yang sedang dilakukan.
Data-data dari kepustakaan ini menjadi landasan dan teori pemikiran penulis dalam melakukan penulisan.
BAB II
HIDUP
ROHANI YANG LEBIH TERARAH KEPADA ALLAH
2.1
Hidup Rohani
sebagai Murid Yesus
Orang Kristen yang tidak berdoa, ia
mengkerdilkan atau mengurangi dirinya sebagai manusia rohani atau manusia
pendoa (Homo Orans). Hidup sebagai
murid Yesus menuntut kepercayaan penuh terhadap Yesus sang guru sejati.
2.2
Transformasi
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, transformasi/ trans.for.ma.si/ diartikan sebagai
perubahan rupa (bentuk, sifat, fungsi, dsb).
Transformasi identik dengan perubahan,
karena sejatinya transformasi adalah sebuah bentuk perpindahan menuju sistem
yang dianggap lebih baik dan mendukung. Jika disandingkan dengan kepemimpinan,
maka akan terbentuk sebuah pemikiran bahwa kepemimpinan transformasi adalah
bentuk kepemimpinan yang berorientasi pada perubahan dengan mengedepankan
inspirasi untuk bisa mencapai tujuan yang diharapkan. Para nabi dan rasul dapat
dikatakan sebagai contoh untuk kedepannya.
Adapun kata transformasi berasal dari dua
kata dasar, ‘trans’ dan ‘form’. Trans berarti melintasi (across) atau melampaui
(beyond). Kata form berarti bentuk. Karena itu, transformasi mengandung makna
perpindahan, dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain yang melampaui perubahan
fiik luar saja. Bila kita melihat berdasarkan hukum alam transformasi ini
merupakan sebuah perubahan metamorfosis sebagaimana perubahan dari ulat menjadi
kupu-kupu atau dari kecebong menjadi katak. Terjadi perubahan tetapi bukan
hanya fisik, melainkan juga sifat, cara hidup, makanan dan habitatnya pun
berganti. Jadi transformasi dapat diartikan sebagai perubahan yang bersifat
mendasar, strategik dan menyeluruh.[1]
2.3
Transformasi
Hidup (Rohani)
2.3.1
Pengertian
Transformasi memiliki banyak arti dan
arah sesuai dengan sisi atau bidang yang ingin dijelaskan. Tetapi, yang tidak
dapat disangkal bahwa transformasi selalu mengarah pada sebuah perubahan.
Transformasi merupakan sebuah perubahan (lebih bersifat dinamis) yang selalu mengarah
kepada hal yang positif.
Demikian halnya transformasi hidup rohani. Transformasi hidup (rohani)
merupakan perubahan diri menuju kepada Allah setelah mengalami dan berjumpa
dengan Yesus. Perubahan tersebut terjadi secara otomatis, tetapi tidak secara
drastis.
2.3.2
Faktor yang Mempengaruhi Perubahan
Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi perubahan iman tersebut. Diantaranya adalah faktor lingkungan yang
membawa seseorang sampai kepada pengalaman akan Yesus.
Komunitas dan persekutuan sangat penting,
baik untuk melaksanakan sesuatu, maupun untuk meneguhkan iman. Yesus menemukan
dirinya dikerumuni orang banyak yang antusias dan menaruh simpati kepada-Nya.
Mereka telah berkumpul untuk mendengarkan sabda-Nya, atau hanya sekedar mencari
kesembuhan.
Terlebih, perjumpaan langsung dengan
Yesus menjadikan orang berubah. Orang
yang bertemu dengan Yesus mengalami perubahan dalam hidup mereka. Mereka
menemukan iman dan menjadi murid-murid Yesus.
2.3.3
Tujuan Transformasi Hidup (Rohani)
Setiap orang yang merubah diri menuju
kepada Allah pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang ingin
dicapai terarah untuk diri sendiri, kepada sesama dan kepada Allah. Tujuan yang
dapat dilihat adalah agar manusia semakin manusiawi dan dapat memuliakan Allah
secara lebih
BAB III
TRANSFORMASI DIRI
DALAM KITAB SUCI
Kitab Suci penuh degan kisah yang mendorong kita untuk
terus mencari Allah di tempat-tempat yang
tidak kita duga. Dimanapun dan kapanpun Allah dapat hadir menegur atau menyapa
kita sehingga kita sadar akan kehadiran-Nya dan kita mengikuti Dia. Sapaan,
teguran dan panggilan nyata dapat kita temukan dalam Luk.5:1-11 , pada
panggilan Simon Petrus (Penjala ikan
menjadi penjala manusia).
3.1
Teks Kitab
Suci
1Pada suatu
waktu, Yesus berdiri di pantai Danau Genesaret. Banyak orang berdesak-desakan
untuk mendengar berita dari Allah. 2Yesus melihat dua perahu di pantai itu;
nelayan-nelayannya sudah turun dari perahu-perahu itu dan sedang mencuci jala
mereka. 3Yesus naik ke salah satu perahu, yaitu perahu Simon, lalu menyuruh
Simon mendorong perahunya itu sedikit jauh dari pantai. Yesus duduk di dalam
perahu itu dan mengajar orang banyak.
4Setelah selesai
mengajar, Ia berkata kepada Simon, “Berdayunglah ke tempat yang dalam, dan
tebarkan jalamu untuk menangkap ikan.”
5“Bapak Guru,”
jawab Simon, “sepanjang malam kami bekerja keras, namun tidak menangkap
apa-apa! Tetapi karena Bapak suruh, baiklah; saya akan menebarkan jala lagi.”
6Sesudah mereka melakukan itu, mereka mendapat begitu banyak ikan sampai jala
mereka mulai robek. 7Sebab itu mereka minta tolong kepada teman-teman mereka di
perahu yang lain. Teman-teman mereka itu datang lalu mereka bersama-sama mengisi
kedua perahu itu penuh dengan ikan sampai perahu-perahu itu hampir tenggelam.
8Waktu Simon melihat itu, ia sujud di hadapan Yesus, lalu berkata,
“Tinggalkanlah saya, Tuhan! Sebab saya orang berdosa!”
9Simon dan semua orang
yang bersama dia heran melihat banyaknya ikan yang mereka tangkap. 10Begitu
juga dengan teman-teman Simon, yaitu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus.
Yesus berkata kepada Simon, “Jangan takut! Mulai sekarang engkau akan menjadi
penjala orang.”
11Simon dan teman-temannya
menarik perahu-perahu itu ke pantai, kemudian meninggalkan semuanya, lalu
mengikuti Yesus.
3.2
Penjelasan
Singkat Teks
Yesus memanggil para nelayan sebagai usaha
Yesus untuk menyapa dan mengajak orang lain untuk mengikuti Dia. Yesus
menyampaikan kotbah di danau Genesaret sebagai gambaran dari ‘firman Allah’
yang pertama kali. Ia menyampaikan bagaimana firman tersebut diterima oleh
orang-orang dalam iman (Luk 8:21; 11:28), yang kelak akan diteruskan dalam
Gereja. Panggilan Allah kepada nelayan dan jawaban mereka merupakan pewartaan
firman Allah yang berhasil.
Simon dipanggil supaya taat atas dasar
iman. Jelas bukan rasio yang menantang para nelayan itu untuk menebarkan jala
kembali ke air atas perintah seorang tukang kayu. Kesia-siaan menangkap ikan di
waktu malam, juga akan menjadi kesia-saiaan bila menangkap di siang hari.
Tetapi Simon menaruh kepercayaan kepada Yesus: tetapi atas perintah-Mu, aku
akan menebarkan jala. Dan mereka berhasil menangkap ikan yang banyak.
Lewat tindakan imannya mata Petrus terbuka
dan ia berlutut dihadapan Yesus. Petrus adalah orang pertama yang menyebut
Yesus sebagai “Tuhan” (tidak hanya ‘Guru”). Ini bukan hanya kisah panggilan
pertama para murid yang nelayan, tetapi juga sebagai gambaran gereja perdana.
Gereja perdana memandang diri sebagai ‘perahu Petrus’, dimana iman mereka
dicobai.[2] Setelah perjumpaan tersebut, Petrus
mengikuti Yesus dan menjadi murid Yesus yang selalu hidup bersama Yesus dan
hidup di dalam Yesus.
3.3
Perubahan
dalam Diri
Dimensi afektif-devosional[3]
dalam spiritualias sosial bertujuan untuk menajamkan kepekaan dalam membaca
gerak batin dan berjumpa dengan Allah di dalam keramaian hidup sehari-hari.
Perikop dari injil Lukas yang dikutip tadi menawarkan tiga inspirasi utama bagi
usaha kita berjumpa dengan Allah. Ketiga inspirasi tersebut adalah Cara
pandang, cara bertindak dan bertolah ke tempat yang lebih dalam.[4]
a.
Cara pandang
Perjumpaan dengan Yesus mengubah pribadi
murid-NYa. Yesus adalah sumber perubahan. Yesus menyentuh dari dalam sehingga
terjadi perubahan batin. Allah Putra ini juga memberikan daya sehingga seorang
pribadi mengalami hidup yang berkelimpahan. Ada
daya dari dalam diri-Nya yang menggerakkan seseorang untuk menolakkan
perahu hidupnya dari tepi pantai menuju ke tempat yang lebih dalam. Yesus
mencerahi dengan cara pandang yang baru dalam melihat realitas dan persoalan
hidup.
Tidak hanya seorang pribadi, perubahan
ini kemudian menggerakan pribadi-pribadi lain. Dengan kata lain, perubahan
batin, sikap dan tindakan seorang pribadi itu menjalar dan menyentuh
pribadi-pribadi lainnya sehingga meluas menjadi perubahan dan gerakan
komunitas. Perjumpaan dengan Yesus yang mengubah sikap dan gerakan pribadi
maupun komunitas.
Gerakan komunitas ini tiada lain adalah
gerakan kemuridan Yesus Kristus. Para murid yang berada di dalam satu perahu
kebersamaan diajak bergerak menuju ke tempat yang lebih dalam. Tidak lagi
berada pada permukaan atau kedangkalan hidup, tetapi masuk ke kedalaman hidup.
Yesus menawarkan cara pandang baru untuk melihat setiap realitas, termasuk
realitas berupa pengalaman gagal yang sedang dialami. Yesus mengubah cara
pandang mereka, mengubah persepsi, yang mendasari perubahan sikap dan cara
bertindak mereka sebagai murid dan pengikut-Nya.
b.
Cara bertindak
Dinamika gerakan Yesus yang sangat kuat
dalam perikop ini, Yesus melihat perahu Simon, Yesus masuk ke dalam perahu
Simon, Yesus mengajar di atas perahu Simon, Yesus menyuruh Simon bertolah ke
tempat yang dalam, kemudian Yesus menyertai perjalanan Simon dan kawan-kawannya
menebarkan jala untuk mendapatkan ikan berlimpah-limpah.
Melihat konteks, masuk mempelajari
situasinya, menyampaikan kebenaran dan nilai-nilai melalui pengajaran dan
menyertai perjalanan memperjuangkan nilai-nilai untuk meraih kemuliaan hidup,
itulah inspirasi utama dari gerakan dasar Yesus sebagaimana termuat dalam
perikop tadi. Ada tujuan yang pasti, ada arah yang jelas dan ada cara atau strategi
yang benar di dalam meraihnya.
Itulah pokok-pokok cara bertindak Yesus.
Dan cara bertindak yang dihayati oleh para murid itu pada hakikatnya mengalir
dari cara bertindak yang dihayati oleh Yesus sendiri. Mereka mengikuti dan
meneladan cara bertindak Yesus. Tidak lagi mengikuti kemauan sendiri, bahkan
kala mereka sudah lelah semalam-malaman bekerja, tetapi mengikuti dan taat pada
perintah_nya.
Dengan taat mengikuti gerekan Yesus, para
murid mengalami perubahan makna hidup dan perjuangan mereka kerjakan. Dengan
tidak mengandalka kekuatan sendiri tetapi kekuatan ilahi, mereka mengalami
perubahan cara bertindak dan berjuang. Lagi pula dengan tidak bekerja
sendiri-sendiri melainkan berjerih payah bersama Yesus, mereka mengalami rahmat
yang melimpah: menjala hati dan memenangkan semakin banyak jiwa.
c.
Bertolak ke tempat
yang lebih dalam
Ketaatan murni kepada kehendak Allah merupakan
sikap dasar seorang murid untuk siap sedia bertolak ke tempat yang dalam.
“bertolak ke tempat yang dalam, duc in
altum” Ke kedalamn samudera, ke kedalaman situasi dunia yang penuh dengan
gelombang dan tantangan, ke kedalaman hati manusia dengan berbagai tegangan
rahmat-dosa, itulah bentuk nyata duc in
altum tadi. Allah menanggalkan keAllahan-Nya lalu menjadi manusia dan
memeluk kemanusiaan sedalam-dalamnya. Allah pun menghampakan diri menjadi
manusia paling hina dengn tujuan mengangkat martabat Pribadi menusia kemartabat
paling mulia.
Allah
menanggalkan keAllahan-Nya dan mengambil wajah manusia supaya manusia
menanggalkan kemanusiaannya (yang lama) dan memperoleh wajah ilahi. Ke
kedalaman hati manusia Allah masuk sehingga manusia memperoleh rahmat yang
cukup untuk masuk dalam jantung hati Allah sendiri. Allah masuk ke kedalaman
hidup yang penuh pergolakan agar manusia di tengah keramaian dunia zaman ini
tetap mempu mengalami kehadiran-Nya.
d.
Kesimpulan
BAB IV
TRANSFORMASI
DALAM DIRI SANTA THERESIA KALKUTA
4.1
Riwayat
Hidup
Nama aslinya adalah Agnes Gonxha Bojaxhiu.
Ia lahir pada tanggal 26 Agustus 1910 di Skojpe, Makedonia. Edisi no 27 tanggal
7 Juli 2013.
4.2
Menemukan
Jalan Pelayanan
Lihat situasi di Albania zaman theresia
Situasi kemiskinan dan penderitaan di
Albania serta konflik dan pertikaian sosial politik membuatnya merasakan
panggilan Allah untuk mewartakan kabar kasih Kerajaan Allah.
Pendidikan yang diperolehnya dari
keluarganya (ayah dan ibunya) membantu Theresia untuk semakin dekat dan
mengikuti Yesus. Berdasarkan cerita dari Pastor Jambrekovi yang akhirnya
membawanya pada pilihan yang jelas untuk menjadi suster.
Panggilan pertamanya berawal dari keinginan
untuk melayani. Dan melihat kehidupan India melalui cerita-cerita yang pernah
didengar. Panggilan kedua, diterima langsung saat perjalanannya ke Darjeeling.
Tuhan memanggilnya secara langsung untuk melayani orang miskin secara langsung.
4.3
Melayani adalah
Memberikan Diri
Apa
yang sudah tertanam, bila tertanam dengan baik akan mekar,
dan
bertumbuh lebat, hingga berbuah banyak.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Para
Murid adalah Gereja (ecclesia,
berarti komunitas kudus yang dipanggil Allah) yang harus melanjutkan hidup dan
ajaran Yesus serta menerjemahkan kehidupan Allah secara benar. Dengan kata lain
mereka bertugas untuk mewujudkan Kitab Suci agar senantiasa dapat dirasakan
dunia.
Para
murid dan para rasul inilah yang kelak akan menjadi saksi atas pengajaran-Nya
dan yang akan meneruskannya dengan jalan yang baru setelah Yesus bangkit.
Tetntu mereka dipanggil bukan karena jasa pribadi mereka, melainkan karena
prakarsa Yesus yang mau memanggil dalam dituasi hidup konkret, “Mari Ikutlah
Aku!”. Melalui panggilan itu, para murid diharapkan mampu untuk ambil bagian
dalam jalan Tuhan ke Yerusalem. Orang banyak juga dipanggil untuk meniru gaya
yang sama sebagaimana telah Dia lakukan.
5.2 Refleksi
singkat
Banyak
orang mau mengikuti Yesus, tetapi mereka tidak setia. Mereka mau mengikuti
Yesus karena ada dorongan oleh keingintahuan akan pribadi Yesus yang sangat
mengagumkan. Mereka mengikuti Yesus karena disertai dengan kepantingan diri
sendiri.
Dua
hal yang “salah” dalam mengikuti Yesus, yang terkadang secara sadar atau tidak
sadar kita lakukan dalam mengikuti Yesus. Kita mengikuti Yesus hanya karena
tertarik dengan pribad-Nya yang mengagumkan. Dengan banyak karya, mukjizat dan
penyembuhan yang dilakukan Yesus dihadapan banyak orang maka banyak orang
mengikuti Dia.
Kita
mengikuti Yesus hanya karena ada kepentingan pribadi. Melayani
Tuhan, tetapi aslinya kita hanya sibu dengan diri kita sendiri.
Kepustakaan
Anthony J. Gittins, Mereka Bertemu dengan Yesus
C. Verbeek, Dasar-Dasar Hidup Religius: Hidup Dalam Roh
Carlo M. Martini, Perjalanan Rohani Kedua Belas Murid: Menurut Injil
Markus
John Powell, Beriman Untuk Hidup Beriman Unutk Mati
[1]
http://transform-org.blogspot.com/2009/10/apakah–transformasi-itu.html. Di sini juga dijelaskan bahwa, perubahan mendasar
diartikan sebagai perubahan struktur yang tidak dapat kembali kebentuk semula
lagi. Perubahan strategic diartikan
sebagai perubahan yang menyangkut visi dan misi baru organisasi. Perubahan menyeluruh dimaksudkan sebagai perubahan
dalam semua aspek organisasi secara terpadu.
[2]
Dianne Bergant dan Robert J. Karris, Tafsir
Alkitab Perjanjian Baru (Yogyakarta: Kanisius, 2002), hlm. 124-125.
[3]
Dimensi afektif-devosional adalah rupa-rupa usaha kita untuk berjumpa dengan
Allah dalam doa dan aktivitas kebatinan. B. Hari Julliawan dan A. Mintara
Sufiyanta, Jalan Baru: Spiritualitas
Gerakan Sosial (Jakarta: Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi, 2012), hlm.
11.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar