BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah Penelitian
Dalam Gereja Katolik, sakramen
yang terluhur ialah Sakramen Ekaristi Mahakudus. Dalam Ekaristi Tuhan sendiri
dihadirkan, dikurbankan dan disantap. Dengan Ekaristi, Gereja selalu hidup dan
berkembang walaupun tidak di semua daerah umat dapat merayakan Ekaristi semingu
sekali. Perayaan Ekaristi, kenangan wafat serta kebangkitan Tuhan Yesus yang
mengabdikan penyerahan diri Kristus di salib merupakan puncak seluruh ibadat
dan kehidupan kristiani. Ekaristi merupakan sumber yang menandakan dan
membuahkan kesatuan umat Allah serta menyempurnakan pembangunan Tubuh Kristus.
Adapun sakramen-sakramen lainnya dan segala karya kerasulan gerejawi berkaitan
erat dengan Sakramen Ekaristi Mahakudus serta terarah kepadanya.[1]
Para bapa Gereja menjelaskan bahwa, Yesus Kristus
benar-benar hadir dalam ekaristi. Santo
Yustinus Martir meyakini bahwa santapan Ekaristi adalah Tubuh dan Darah
Yesus Kristus sendiri. Yustinus menekankan bahwa sang Logos itulah yang menjadi
Sang Konsekrator sendiri. Dalam santapan ekaristik, hadirlah Sang Logos yang
dulu menjadi manusia dalam Yesus Kristus itu. St. Ambrosius memandang
santapan sakramental sebagai benar-benar tubuh dan darah Kristus. Prinsip yang
membuat ini adalah Sabda Kristus. Sabda Kristus ini menyebabkan suatu perubahan
dari roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus. Dan di dalam ekaristi
perubahan tersebut benar-benar terjadi. [2]
Ketika kita menyadari luhurnya Sakramen Ekaristi, maka
tugas kita ialah berupaya agar Ekaristi dirayakan dan dihayati maknanya
sedemikian rupa sehingga benar-benar menjadi puncak dan sumber hidup
sehari-hari. Namun, secara tidak sadar penghayatan tersebut hanya dapat
dilakukan oleh sekelompok kecil dari umat itu sendiri.
Dalam kehidupan sehari-hari, umat seringkali memandang Ekaristi
sebagai rutinitas yang perlu dilakukan pada hari minggu, bahkan tak jarang pula
ditemukan umat yang memandang Ekaristi sebagai kepunyaan mereka yang dapat
direnovasi atau diubah semaunya. Dengan memandang Ekaristi sebagai rutinitas
belaka, menjadikan umat datang ke gereja tanpa mempersiapkan apapun (baik hati,
batin, pikiran maupun fisiknya) dan tentunya tidak akan mendapatkan apapun
juga.
Gereja Katolik mengajarkan bahwa Perayaan Ekaristi lebih
dari sekedar sebuah peringatan. Seandainya perayaan itu dilakukan hanya untuk
memperingati, bagaimana mungkin seseorang merasa bersalah bila belum
mempersiapkan diri menyambut tubuh dan darah Tuhan dalam perayaan itu.[3]
Pada masa remaja, seseorang dapat menggunakan akal
pikirannya dengan baik. Pelajar Sekolah Menengah Atas dan sederajatnya
merupakan tahapan di mana seseorang mencari dan menemukan jati dirinya. Pada
masa ini, mereka akan menemukan bentuk dan pola iman yang menurut mereka paling
terbaik.
Sakramen Ekaristi sebagai puncak dari segala sakramen
harus benar-benar menjadi dasar dalam diri dan diperlukan penghayatan yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, besar keinginan peneliti untuk melihat bagaimana
pengetahuan pelajar SMK Bintang Timur mengenai Perayaan Ekaristi. Peneliti
ingin meneliti bagaimana penghayatan para pelajar katolik SMK Swasta RK Bintang
Timur terhadap Perayaan Ekaristi. Mencari penghayatan tentang Ekaristi dari pengalaman
mereka.
1.2.
Masalah penelitian
Tak jarang
umat mengikuti Perayaan Ekaristi, namun kehilangan arah dan tidak mengetahui
apa yang mereka lakukan serta mereka hayati selama perayaan tersebut. Apakah
kurangnya penghayatan tersebut disebabkan oleh Ekaristi yang kurang dipahami
dan dimengerti maknanya? Atau juga Ekaristi cukup dipahami, namun umat tidak
peduli pada penghayatannya. Hal yang lebih memprihatinkan lagi: kalau
kebanyakan dari umat yang datang ke gereja, mengikuti Perayaan Ekaristi dengan memiliki
pemahaman yang kurang tepat atau penghayatan yang keliru.
1.2.1. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan
identifikasi masalah yang diperoleh oleh penulis, maka penelitian ini berusaha
menjawab permasalahan sebagai berikut:
1.
Bagaimana pemahaman
para pelajar SMK Bintang Timur terhadap Sakramen Ekaristi?
2.
Bagaimana para pelajar
SMK Bintang Timur menghayati Perayaan Ekaristi?
3.
Bagaimana para
pelajar mempersiapkan diri sebelum mengikuti Perayaan Ekaristi sebagai usaha
membangkitkan penghayatan mereka?
1.2.2. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan
dari penelitian ini berdasarkan rumusan masalah yang ada, yakni:
1.
Untuk menggali dan
menganalisa pemahaman para pelajar SMK Bintang Timur terhadap Sakramen Ekaristi.
2.
Untuk mengetahui penghayatan
pelajar SMK Bintang Timur terhadap Perayaan Ekaristi.
3.
Untuk mendeskripsikan
pengetahuan pelajar dan ajaran gereja mengenai hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum
dan selama Perayaan Ekaristi.
1.3.
Signifikansi Penelitian
Peneliti ingin
menunjukkan bahwa Perayaan Ekaristi merupakan puncak dari semua perayaan iman Katolik.
Karena itu, Perayaan Ekaristi menjadi perayaan yang sangat penting dan membutuhkan
penghayatan. Pemahaman dan penghayatan yang benar terhadap Perayaan Ekaristi
akan membawa kita kepada kedewasaan iman. Peneliti melihat bahwa hal itu penghayatan
tersebut perlu dipertahankan agar umat semakin menghayati Perayaan Ekaristi,
menghayati iman katoliknya, dan menghayati Yesus Kristus yang hadir dalam
Ekaristi.
BAB II
KEPUSTAKAAN
2.1
Kajian tentang Sakramen Ekaristi
2.1.1.
Pengertian Sakramen Ekaristi
Ekaristi itu sakramen utama. Ini sesuai dengan ajaran
Konsili Vatikan II, yang menyebutkan Ekaristi “sumber dan puncak seluruh hidup
Kristiani” (LG 11; lih. SC 10; CD 30; AG 9); bahkan dikatakan bahwa
“sakramen-sakramen lainnya berhubungan erat dengan Ekaristi dan terarah
kepadanya” (PO 5; lih. UR 22). Maka dapat dikatakan baha Perayaan Ekaristi itu
pelaksanaan dari Gereja di bidang liturgis.
Ekaristi bukan
hanya salah satu sakramen; Ekaristi adalah Gereja dalam bentuk Sakramen. Kalau
dikatakan “Gereja adalah bagaikan sakramen, yakni tanda dan sarana persatuan
mesra dengan Allah dan kesatuan umat manusia” (LG 1), rumusan ini berlaku juga
untuk Ekaristi. Ekaristi merupakan tanda dan sarana, artinya “sakramen”
persatuan dengan Allah dan kesatuan antarmanusia.
Ekaristi itu
perayaan umat. Suatu perayaan yang mempertandakan kehadiran Tuhan dalam umat.
Dan tidak hanya “mempertandakan”: dalam Perayaan Ekaristi umat sungguh
menghayati -dalam iman- kesatuan dengan Tuhan yang hadir di tengah mereka.
Ekaristi tidak hanya menghubungkan masing-masing orang secara pribadi dengan
Allah, tetapi juga menjadi ikatan antara umat sendiri. Itu dalam bentuk ibadat,
yang pada dasarnya berasal dari agama Yahudi, melalui Perjamuan Terakhir. [4]
2.1.2.
Pengertian Devosi Ekaristi
Devosi
ekaristi merupakan ungkapan iman kita kepada Tuhan Yesus Kristus yang hadir
dengan seluruh misteri penebusan-Nya sebagaimana dirayakan secara sakramental
dalam Perayaan Ekaristi. Devosi ekaristi tumbuh dan mengalir dari iman Gereja
akan Tuhan Yesus Kristus yang hadir dalam Ekaristi, dalam rupa roti dan anggur.
Fokus seluruh praktek sembah sujud dan penghormatan di dalam devosi ekaristi
adalah Tuhan Yesus Kristus yang diimani hadir dalam Ekaristi. Gereja mengimani
bahwa Kristus tetap hadir tidak hanya selama Misa kudus saja, yakni sewaktu
disantap dalam komuni tetapi juga ketika hosti suci itu disimpan di luar Misa
kudus. Santo Agustinus juga menekankan penyembahan terhadap tubuh Kristus. Rasa
hormat dan sikap sembah sujud yang akan menjadi dasar adanya devosi-sevosi
Ekaristi mengalir dari iman Gereja akan kehadiran Kristus dalam Ekaristi yang
agung dan suci itu.[5]
Praktek
elevasi saat konsekrasi, yakni saat imam mengangkat hosti suci tinggi-tinggi
agar umat dapat melihatnya dan menyembahnya semakin getol dilakukan. Bahkan
semakin tersebar keyakinan bahwa orang sungguh akan mendapat berkat dan rahmat
melimpah apabila bisa memandang Sakramen mahakudus itu.
2.1.3.
Istilah lain dari Sakramen Ekaristi
Ada banyak
istilah yang digunakan dalam Tradisi Gereja untuk menyebut Ekaristi ini. Kita
mengenal dalam gereja kita istilah Perayaan Ekaristi, misa kudus,pemecahan
roti, perjamuan Tuhan, sacrificium
dan oblation; liturgi ilahi (gereja
ortodoks Yunani), komuni Suci (anglikan), dan sebagainya. Dari macam-macam
istilah ini, ada dua istilah yang popular dan banyak digunakan, yaitu Perayaan
Ekaristi dan misa kudus. Kedua-duanya adalah istilah yang resmi yang digunakan
dalam dokumen-dokumen resmi yang hingga hari ini.[6]
Ekaristi
berasal dari bahasa Latin Eucharistia
atau kata Yunani Eucharistein, yang
berarti puji-pujian syukur. Istilah perayaan liturgy mau menekankan makna
Ekaristi sebagai puji syukur atas karya penyelamatan Allah melalui Yesus
Kristus. Dengan kita menggunakan istilah Ekaristi, hendaknya disadari bahwa
istilah ini menekankan segi isi dari apa yang dirayakan, yaitu pujian dan
syukur atas karya penyelamatan Allah melalui Kristus bagi kita.[7]
Istilah lain
adalah misa. Kata misa berasal dari rumusan pembubaran dalam bahasa
Latin, “Ite missa est” yang berarti:
pergilah kalian diutus! Istilah misa menghubungkan dengan erat antara perayaan
dan pengungkapan iman dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kita menggunakan
istilah misa, hendaknya kita menyadari kita diutus untuk mewartakan dan menghadirkan
apa yang telah kita alami dan rayakan dalam seluruh Perayaan Ekaristi itu,
yakni kabar tentang karya penebusan Tuhan sendiri atas umatnya.[8]
Istilah lain
adalah pemecahan roti. Istilah pemecahan roti (dapat kita baca dalam Kis 2:
42.46; 20:7.11) ini jelas menunjukkan Perayaan Ekaristi. Pemecahan roti
sebenarnya merupakan istilah yang menunjuk tindakan bapa keluarga Yahudi pada
awal perjamuan makan dalam rangka doa syukur singkat sebelum makan. Istilah ini
diterapkan karena pernah ada pandangan jemaat yang sangat menekankan roti dan
penerimaan roti Ekaristik, ataupun pula karena tindakan pemecahan roti tersebut
melambangkan kesatuan kita dengan Tuhan dan sesama secara menonjol. [9]
Istilah
perjamuan Tuhan (Dominica Cena). (lih: 1 Kor 11:20), karena menyangkut
baik perjamuan yang oleh Tuhan diadakan bersama murid-murid-Nya pada malam
sebelum penderitaan-Nya, maupun antisipasi perjamuan
kawin Anak Domba (Why 19:9) dalam Yerusalem surgawi.[10]
Istilah Liturgi yang kudus dan ilahi: karena
dalam perayaan sakramen ini seluruh liturgi Gereja dipusatkan dan paling
dipadatkan. Dalam arti yang sama sakramen ini disebut pula perayaan
misteri-misteri kudus. Juga dipakai istilah Sakramen Mahakudus karena sakramen
ini merupakan sakramen para sakramen. Dengan nama sakramen Mahakudus
ditunjukkan pula rupa ekaristis yang disimpan dalam tabernakel.[11]
2.1.4.
Teologi Sakramen Ekaristi
Ajaran resmi
Gereja mengenai Ekaristi berasal dari Konsili Trente (1545-1563). Ajaran ini
dinilai kurang lengkap karena Konsili trente hanya menanggapi ajaran Reformasi
yang kurang sesuai. Konsili Trente hanya berbicara mengenai dua hal saja, yakni
Kehadiran Kristus dalam Ekaristi,
khususnya dalam rupa roti dan anggur, serta mengenai Ekaristi sebagai kurban.
Untuk
menghindari salah paham mengenai hubungan antara kurban salib dan kurban
Ekaristi diberikan penjelasan: “Kurban Misa menghadirkan serta menerapkan satu-satunya kurban Perjanjian Baru,
yakni kurban Kristus yang mempersembahkan diri satu kali sebagai kurban tak bernoda kepada Bapa (lih. Ibr
9:11-28)”. Memang dinyatakan bahwa ada kurban, tetapi kurban itu satu dan sama
dengan kurban salib. [12]
2.1.5.
Dasar Kristologis
Ekaristi bukanlah ciptaan dan rekayasa Gereja. Perayaan
Ekaristi ditetapkan dan diperintahkan oleh Tuhan Yesus Kristus sendiri, yakni
pada perjamuan malam terakhir. Ekaristi ditetapkan Yesus sebagai kenangan akan
diri-Nya, yakni Dia dan karya penebusan-Nya yang berpuncak pada wafat dan
kebangkitan-Nya. Gereja merayakan misteri Paskah Kristus itu dalam Ekaristi. Di
situ kemenangan dan kejayaan Kristus atas maut dihadirkan. Karena karya
penebusan Kristus terwujud dalam Kurban Salib-Nya, maka Perayaan Ekaristi
menjadi kenangan Kurban Salib Kristus secara sakramental dalam tindakan
liturgis gereja. Di dalamnya terpadatkanlah berbagai aspek ekaristis, seperti
puji syukur, penebusan, pengampunan dosa, serta permohonan.[13]
2.1.6.
Sejarah Perayaan Ekaristi
a. Ekaristi sejak awal mula
Sejak awal
Gereja merayakan Ekaristi sebagai pusat dan puncak kehidupannya. Perayaan
Ekaristi ini dirayakan pada pertemuan jemaat kristiani hari minggu. Kis 20:7-11
mengisahkan pertemuan umat kristiani di Troas. Dalam pertemuan jemaat itu,
dirayakan perayaan pemecahan roti. Pada mulanya Perayaan Ekaristi Gereja
disatukan dengan perjamuan makan yang biasanya disebut agape. Menurut penelitian, pada bentuk yang tertua, Perayaan
Ekaristi dirayakan menurut model perjamuan malam terakhir dengan Yesus, yaitu
pemecahan roti ekaristis lallu perjamuan makan sesungguhnya dan akhirnya minum
piala ekaristis pada akhir perjamuan. Tindakan pemecahan roti dan minum piala ekaristi
itu terpisah. Tetapi tetap dipandang sebagagi satu kesatuan tindakan Perayaan
Ekaristi. Kemudian, dalam waktu relatif cepat, bagian pemecahan ekaristis ini
digabungkan dengan bagian minum piala ekaristis, sehingga keduanya membentuk
satu kesatuan Perayaan Ekaristi.[14]
b. Ekaristi pada abad-abad pertama
Perayaan
Ekaristi Gereja pada abad-abad pertama diwarnai oleh suatu masa yang dipenuhi
dengan kreatifitas jemaat melalui ciri karismatis para pemimpinnya dan
sekaligus ditandai dengan pergeseran kepada suatu masa yang mengarah pada pola
pembakuan hal-hal yang esensial dari Perayaan Ekaristi. Pada abad-abad pertama,
belum ada pembakuan Tata Perayaan Ekaristi (TPE). Bentuk Perayaan Ekaristi yang
biasa diselenggarakan telah ditegaskan oleh Santo
Yustinus martir (165). Dikatakan bahwa bentuk perayaan sudah mencakup
liturgi sabda dan liturgi ekaristi. Yang menarik adalah bahwa pemimpin boleh
merumuskan sendiri doa-doa dalam ekaristi, termasuk DSA. Gereja yang tersebar
di banyak tempat itu umumnya memiliki praktek Tata Perayaan Ekaristi
sendiri-sendiri, meskipun bentuk dasarnya tetaplah kurang lebih sama [15]
c. Ekaristi pada abad IV-VI
Pada tahun 313
Kaisar Konstantinus memaklumkan kebebasan kepada agama Kristen. Mulai saat itu,
kehidupan Gereja berubah sekali. Jumalah umat katolik pada saat itu bukan hanya
meningkat, tetapi juga membengkak. Pengaruh perubahan nasib Gereja itu juga amat
besar dalam bidang liturgi. Perayaan Ekaristi yang dirayakan di rumah-rumah dan
katekombe, kini dilangsungkan di basilika-basilika yang megah dan besar. Para
pemimpin menggunakan busana liturgi yang indah, berseni, agung dan semarak [16]
Dari abad IV
samapi abad VI, bentuk dan unsur Perayaan Ekaristi menjadi jauh lebih meriah.
Bentuknya tidak hanya terdiri dari liturgi sabda dan liturgi ekaristi, tetapi
ditambahi dengan ritus pembuka, nyanyi-nyanyian.
d. Ekaristi pada abad
pertengahan
Pada abad
VIII, umat semakin dipisahkan dari imam. Imam merayakan ekaristi dengan
membelakangi umat. Bagian panti imam dan tempat duduk umat dipisahkan oleh
pagar pemisah. Terasingnya umat dari perayaan liturgi menyebabkan suburnya
praktek devosi umat disekitar Perayaan Ekaristi. Ketiak misa berlangsung, umat
bukan ikut merayakan, tetapi sibuk dengan doa devosi masing-masing. Misa kudus
dirayakan oleh imam, umat sibuk dengan penghormatan kepada relikwi orang suci,
doa litani, doa rosario, doa kepada santo-santa pelindung dengan patung-patung
yang ada. Ziarah juga menjadi laris.[17]
e. Perayaan Ekaristi pada abad XVI-XX
Abad XVI
ditandai dengan munculnya gerakan Reformasi dari Martin Luther, Johanes Calvin,
Zwingli, dan sebagainya. Konsili trente membahas sakramen dan Ekaristi secara
rinci, tentu sejauh berkaitan dengan situasi pastoral gereja yang menghadapi
reformasi. Kaum reformator abad XVI menekankan sifat simbolis dari kehadiran
kristus dalam Ekaristi, sifat perjamuan dari ekaristi dan menolak sifat koraban
dari misa kudus.
Beberapa
sidang dan hasilnya untuk menanggapi gerakan reformasi antara lain: Sidang
ke-13 (1551) mengesahkan dekrit mengenai realis
praesentia (DS 1635-1661). Dalam dekrit itu, Trente mengajarkan kehadiran
kristus yang sungguh-sungguh real dan nyata dalam ekaristi. Sidang ke-21 (1562)
mengajarkan soal komuni dalam dua rupa (DS 1725-1734). Bahwa penerimaan komuni
yang walaupun satu rupa saja sudah merupakan penerimaan seluruh diri Kristus
secara tak terbagi dan sakramen yang benar (DS 1729). Sidang ke-22 (1562)
mengajarkan secara rinci soal kurban misa (DS 1738-1759). Konsili Trente
menegaskan keyakinan tradisi mengenai misa kudus, bahwa misa kudus disatu pihak
merupakan perayaan kurban yang dilaksanakan oleh gereja, namun di lain pihak
bukan kurban lain disamping kurban salib Kristus.[18]
f. Ekaristi dalam semangat Konsili Vatikan II
Kardinal
Angelo Roncalli sebagai Paus Yohanes XXIII mengubah sejarah gereja dan mengubah
wajah gereja dengan prakarsanya yang sangat terkenal, yakni pemanggilan konsili
ekumenis: Konsili Vatikan II. Dengan smenagat aggiornamento (pembaharuan diri gereja), konsili vatikan II
menyatakan diri sebagai bagian dunia, namun sekaligus sebagai sakramen
keselamatan Allah bagi dunia.
Gereja
menghendaki agar umat merayakan liturgi, khususnya juga ekaristi secara sadar
dan aktif (SC 14). Dengan pembaruan Konsili Vatikan II, Perayaan Ekaristi kini
bisa diikuti dengan bahasa pribumi dan tidak harus berbahasa Latin lagi. Imam
memimpin misa di tengah umat. Struktur Perayaan Ekaristi diperbarui sehingga
menjadi lebih sederhana, sistematis dan jelas. Pedoman Umum Missale Romanum (PUMR) mengalami
perubahan dan penambahan.
2.2
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Perayaan Ekaristi
Ekaristi
merupakan sakramen yang terluhur, oleh karena itu umat beriman kristiani
hendaknya menaruh hormat yang sebesar-besarnya dalam Ekaristi serta mangambil
bagian aktif dalam perayaan kurban mahaluhur itu, menerima sakramen itu dengan
penuh bakti dan kerap kali serta menyembah sujud setinggi-tingginya. Kita harus
mengikutinya dengan hati, pikiran, fisik dan batin yang pantas. Perlu
diperhatikan bahwa umat terkadang mengacuhkan hal-hal penting yang diajarkan
gereja kepada umat Allah.
Baca dan renungkanlah Bacaan Misa Kudus hari itu sebelum menghadiri Misa, entah
malam sebelumnya (doa malam) atau pagi hari (doa pagi). Awali permenungan akan
Sabda Allah ini dengan doa syukur, demikian juga di akhir renungan. Jika semua
anggota keluarga beragama Katolik, kita dapat merenungkannya bersama-sama
sebagai satu keluarga: yaitu suami, istri dan anak-anak. Hal ini baik juga
untuk menanamkan kebiasaan membaca dan merenungkan kitab suci pada anak-anak.
Janganlah makan atau minum dalam waktu 1 jam
sebelum menerima Komuni, untuk sungguh memberikan keistimewaan pada Kristus yang akan menjadi
santapan rohani. “Yang akan menerima Ekaristi mahakudus hendaknya berpantang
dari segala macam makanan dan minuman selama waktu sekurang-kurangnya satu jam
sebelum komuni, terkecuali air semata-mata dan obat-obatan”. (Kan. 919 - § 1).
Datanglah cukup awal, supaya setidaknya ada waktu
untuk berdoa misalnya sekitar 10-15 menit sebelum misa dimulai, dan menenangkan
hati dan pikiran sebelum mengikuti misa.[19]
Partisipasi secara sadar dan aktif sudah menjadi hakikat liturgy sendiri
(SC 14). Partisipasi itu juga mengalir dari imamat umum kaum beriman, yang
bersama dengan imamat jabatan menurut caranya masing-masing mengambil bagian
dalam satu imamat kristus (LG 10). Namun partisipasi tersebut dilakukan sesuai
dengan tugas atau peranannya masing-masing menurut hakikat perayaan dan
kaidah-kaidah liturgi (SC 28). Partisipasi kaum awam dalam Perayaan Ekaristi
dan perayaan liturgi lainnya tidak boleh merupakan kehadiran fisik melulu,
apalagi kehadiran pasif, melainkan keikutsertaan penuh khidmat dan aktif (SC
48).[20]
2.3
Pentingnya Penghayatan Ekaristi
Dari ajaran
Konsili Vatikan II, jelaslah bahwa penghayatan Ekaristi tidak sama dengan
menyambut komuni atau menghormati Yesus dalam tabernakel. Yang pokok adalah
mengambil bagian dalam perayaan. Dalam umat pertama-tama diharapkan suatu sikap
iman yang sama.[21]
Perayaan
Ekaristi dikatakan sebagai sumber dan puncak seluruh hidup kristiani sebab
dalam Ekaristi inilah Kristus secara nyata hadir. Oleh karena itu, sudah
sepantasnya kalau kita sungguh memahami dan mengimani Ekaristi sebagai perayaan
yang sangat penting sebab dalam Ekaristi ini kita boleh menyambut Tubuh dan
darah Kristus sendiri.
Kita
diharapkan sungguh-sungguh memberi tempat yang khusus dalam hati dan hidup iman
kita akan Perayaan Ekaristi. Ekaristi hendaknya tidak dilihat sebagai kewajiban
atau formalitas belaka, melainkan menjadi kebutuhan hakiki dalam hidup sebagai
orang beriman. Kita memerlukan Ekaristi layaknya memerlukan makanan, minuman,
sandang, papan dan sebagainya. Kalau Ekaristi hanya dilihat sebagai kewajiban,
dapat terjadi bahwa kehadiran fisik dalam Gereja sudah dirasa cukup meskipun
selama Ekaristi orang hanya melamun, mengantuk atau bahkan tertidur ketika
kitab suci dibacakan dan homili disampaikan.[22]
Ekaristi perlu
dipahami sebagai kebutuhan hakiki hidup beriman. Di sini, orang akan berusaha
dengan kesungguhan hati dan penuh iman untuk merayakan Ekaristi sebagai
peristiwa rahmat sehingga jiwa dan raganya hadir sepeuhnya dalam Ekaristi.
Dengan senang hati orang akan berpartisipasi aktif dalam keseluruhan proses Ekaristi,
sebab Ekaristi dilihat sebagai santapan yang memberi daya hidup sehingga harus
dinikmati dengan sungguh-sungguh. Ekaristi bukan lagi menjadi kewajiban
melainkan menjadi lahan perjuangan bagi orang beriman untuk mengalami rahmat
Allah dalam hidup sehari-hari.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Rancangan
Penelitian Kualitatif
Dalam Proses pelaksanaan penelitian dengan tema “Pemahaman para pelajar
terhadap perayaan ekaristi”, peneliti memilih menggunakan metode penelitian
kualitatif. Dengan metode ini, peneliti ingin melihat dan mendalami bagaimana
penghayatan para pelajar terhadap sakramen ekaristi berkaitan dengan kehidupan
mereka sehari-hari.
3.2
Peran dan
Sikap Peneliti
Peneliti
merupakan figur yang juga masih mendalami bidang ini. Melihat hal yang terjadi
dilapangan, belajar dari umat dan belajar bersama umat.
3.3
Teknik
Pengumpulan Data
Pada
penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket kuesioner
dimana yang digunakan adalah kuesioner untuk melihat penghayatan para pelajar.
Angket tersebut berisi identitas subyek, tanpa nama tetapi dimuat usia, jenis
kelamin dan tanggal pengisian kuesioner.
Pengumpulan
data juga diperoleh dengan mewawancarai beberapa siswa-siswi yang pernah menghadiri
Perayaan Ekaristi dan mencoba bertanya kepada mereka perihal apa yang mereka
ketahui mengenai Sakramen Ekaristi dan bagaimana mereka menghayati dan
mempersiapkan diri untuk Perayaan Ekaristi.
Keobyektifan
data akan selalu dijunjung tinggi. Data dan informasi yang diperoleh berasal
dari data hasil jawaban informan atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
Data-data wawancara tersebut akan dideskripsikan lebih lanjut. Hasil dari
deskripsi tersebut akan dikaji kembali. Apabila terdapat keraguan atau
ketidakjelasan data, peneliti akan kembali menanyakan hal yang tersebut kepada
informan agar data semakin jelas.
Peneliti akan
menentukan beberapa siswa dari setiap kelas XI dan kelas XII. Setiap kelas yang
ada, terdiri dari murid beragama Katolik, Protestan dan Islam. Peneliti tidak
akan menentukan siswa beragama protestan ataupun Islam untuk menjadi informan,
tetapi akan menentukan siswa beragama Katolik saja. Dalam penelitian ini,
peneliti akan mencoba memberikan beberapa pertanyaan pokok atau pendalaman
kepada 5 sampai 7 orang siswa. Untuk beberapa orang tersebut, peneliti akan
mencoba mendalami dengan berdialog dan wawancara mengenai tema. Selain itu,
peneliti juga akan memberikan angket kepada semua siswa kelas XI dan kelas XII
yang beragama Katolik. Semua angket yang diisi sebagai pendukung dari hasil
wawancara yang dilakukan.
3.4
Lokasi
Penelitian
Penelitian ini
dilakukan di salah satu sekolah di daerah Pematangsiantar, yaitu SMK RK Bintang
Timur. Sekolah ini berada di Jalan Marimbun No. 5, Pematangsiantar-Sumatera
Utara. Peneliti memilih tempat tersebut karena peneliti sudah pernah menjadi
salah satu tenaga pendidik di sekolah tersebut selama satu tahun (tahun ajaran
2013-2014).
Di sekolah
ini, setiap tingkatan kelas memiliki tiga kelas paralel, dan peneliti telah
mencari beberapa pelajar dari kelas XI dan kelas XII.
3.5
Waktu
Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan kurang lebih selama tiga bulan, yaitu pada bulan Oktober 2014
sampai bulan Desember 2014. Penelitian dilaksanakan pada hari-hari yang
ditetapkan dan ketika semua siswa-siswi mengikuti pelajaran di sekolah
tersebut. Pada bulan oktober, peneliti menyusn bahan sebagai persiapan dari
penelitian. Peneliti mempersiapkan bahan berkaitan dengan tinjauan kepustakaan
dari teori-teori yang ada.
Waktu
penelitian dalam tabel dapat kita lihat seperti di bawah ini.
No
|
Tahap
penelitian
|
Okt 2014
|
Nov 2014
|
Des 2014
|
1
|
Mengunjungi wilayah
penelitian
|
Menyusun
Bahan
|
|
|
2
|
Menentukan informan yang
bersedia memberikan pemahaman yang dibutuhkan
|
Menyusun
Bahan (Proposal)
|
Menghubungi
Pihak Sekolah
|
|
3
|
Memberikan angket dan wawancara
|
|
Menentukan
Informan
|
Mengadakan Wawancara
|
4
|
Pengumpulan dan pengolahan
data
|
|
|
Mengolah Bahan
|
5
|
Laporan akhir
|
|
|
Laporan
Akhir
|
3.6
Pembatasan Penelitian
Terdapat
banyak pemahaman dan penghayatan yang dapat kita lakukan dalam kehidupan
sehari-hari. Di balik semua itu, ada hal penting yang sangat membutuhkan
penghayatan kita, yaitu penghayatan dalam hal Perayaan Ekaristi. Ekaristi
menunjuk kepada dua perayaan yaitu Perayaan Ekaristi (misa Kudus) dan devosi
ekaristi. Peneliti mencoba membatasi penghayatan yang dimaksudkan adalah
penghayatan pada Perayaan Ekaristi yang dilakukan umat sebagai pengenangan dan
penghadiran kristus.
Peneliti
meneliti pemahaman para pelajar terhadap Sakramen Ekaristi, di SMK RK Bintang
Timur. Salah satu faktor yang mempengaruhi pemahaman seseorang adalah
pendidikannya. Oleh karena itu, peneliti membatasi penelitian hanya pada
siswa-siswi kelas XI dan XII. Pembatasan ini dengan pertimbangan bahwa siswa
kelas XI dan XII telah memperoleh banyak pelajaran dan pengetahuan bila
dibandingkan dengan siswa-siswi kelas X. Sebagai kelas XI dan XII mereka sudah
mendalami iman katoliknya di sekolah dan telah mendalami serta mengikuti
beberapa kali Perayaan Ekaristi bersama-sama (contohnya: Misa syukur pembukaan
tahun ajaran, penutup tahun ajaran, dll) selama mereka berada di sekolah
tersebut.
Karena tidak
semua pelajar beragama katolik dan mengerti secara mendalam mengenai Katolik,
maka secara lebih khusus peneliti membatasi informan hanya kepada siswa-siswi
yang beragama katolik.
3.7
Proses Pengumpulan Data
Peneliti
berusaha untuk mencari waktu dan kesempatan yang pas untuk mendapatkan data
yang diperlukan. Karena tempat penelitian merupakan tempat pendidikan yang
resmi, maka terdapat beberapa prosedur yang peneliti lakukan sebelum dapat
melakukan wawancara bersama dengan informan yang telah ditentukan.
Proses awal,
peneliti menghubungi pihak sekolah dan meminta izin untuk datang dan
menjelaskan maksud untuk mengadakan penelitian di sekolah tersebut. Setelah
mendapatkan persetujuan, peneliti
mendatangi lokasi yang telah ditentukan pada tanggal 22 November 2014. Dari
hasil pembicaraan, peneliti diperkenankan mengadakan wawancara pada tanggal 29
November 2014. Karena beberapa hal, peneliti tidak dapat mengadakan wawancara
pada tanggal tersebut dan meminta waktu lain.
Pada tanggal 8
deember, peneliti menghubungi pihak sekolah dan meminta izin untuk wawancara.
Permintaan dikabulkan dan peneliti langsung menuju ke lokasi penelitian dan
mengadakan wawancara bersama dengan beberapa orang pelajar.
Jumlah
informan yang direncakana adalah tujuh orang, tetapi karena keterbatasan waktu
dan penuhnya jadwal kegiatan di sekolah tersebut, peneliti hanya dapat mewawancarai
lima orang informan. Informan tersebut antara lain: dua orang pelajar dari
kelas XII Tata Busana dan tiga orang pelajar dari kelas XI tekhnik Informatika.
3.8
Analisa Data
Data hasil
penelitian lapangan telah didalami dan diolah (analisis data) serta mendapatkan
hasil yang diinginkan. Dalam analisis data, penulis telah menyusun kembali
secara sistematis data-data yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara yang
dilakukan. Dari data yang telah tersusun kemudian dirumuskan dan dikaji kembali
dalam perspektif teori yang ada. Sebagai capaian akhir, peneliti membuat
relevansi hubungan teori penelitian dengan hasil penelitian lapangan.
BAB IV
HASIL
PENELITIAN
Penelitian yang direncanakan telah terlaksana padabulan
desember 2014, sedangkan wawancara terjadi pada hari senin, tanggal 8 deember
2014. Wawancara dilakukan terhadap lima orang informan. Informan yang dipilih
berasal dari kehidupan yang berbeda dan memiliki latarbelakang yang
berbeda-beda. Semua penjelasan yang diberikan berangkat dari pengalaman mereka
terhadap pelajaran yang diberikan di sekolah dan berasal dari pengalaman hidup
sehari-hari. Peneliti melihat bahwa semua jawaban mereka keluar dari pemahaman
dan penghayatan mereka terhadap sakramen ekaristi.
Hasil wawancara ini akan dideskripsikan satu persatu
setiap informan. Dalam deskripsi tersebut, akan diulas kembali keterkaitannya
dengan ketiga pertanyaan penelitian yang menjadi dasar dari penelitian ini.
Jawaban-jawaban tersebut kemudian akan disimpulkan sesuai dengan jawaban para
Informan. Untuk ini, peneliti akan mengambil inti dari setiap jawaban yang
diberikan oleh informan.
Perayaan Ekaristi merupakan puncak dari semua perayaan
iman Katolik. Karena itu, Perayaan Ekaristi menjadi perayaan yang sangat
penting dan membutuhkan penghayatan. Pemahaman dan penghayatan yang benar
terhadap Perayaan Ekaristi akan membawa kita kepada kedewasaan iman. Beberapa
pertanyaan ini yang menjadi pedoman umum penelitian ini.
1.
Bagaimana pemahaman
para pelajar SMK Bintang Timur terhadap Sakramen Ekaristi?
2.
Bagaimana para
pelajar SMK Bintang Timur menghayati Perayaan Ekaristi?
3.
Bagaimana para
pelajar mempersiapkan diri sebelum mengikuti Perayaan Ekaristi sebagai usaha
membangkitkan penghayatan mereka?
Informan I: Selvia Prapaska Sinaga
“Nggak ada dulu kami pelajari frater. Mungkin secara umum
sakramen-sakramen aja. Pengertiannya gak ada. Menurut saya, sakramen ekaristi
itu adalah sakramen pendekatan dengan Tuhan.”
Para pelajar masih
terpaku pada pelajaran-pelajaran formal yang didapatkan di sekolah. Maka,
ketika ditanya, mereka akan membela diri dengan mengatakan bahwa mereka belum
mempelajari hal tersebut. Setelah digali lebih dalam ia memberikan penjelasan,
sakramen ekaristi adalah sakramen pendekatan dengan Tuhan. Dengan sakramen
ekaristi, setiap umat diharapkan mendekatkan diri secara lebih intim dengan
Tuhan.
“Dalam perayaan ekaristi terdapat nyanyian. Dimulai
dengan perarakan masuk, umat bernyanyi, berdoa, bacaan, mazmur. Apa itu, apa
namanya, kolektan, eh kolekte. Komuni. Bernyanyi lagi. Penutup.”
Pergi ke gereja,
pelajar terfokus pada apa yang ditemui secara real, secara nampak, apa yang
dapat mereka lakukan secara nyata. Dalam perayaan Ekaristi hanya terdapat
nyanyian, doa, bacaan sabda Allah, komuni. Dalam hal ini, selvia masih belum
menyadari peran dan kehadiran Allah secara nyata dalam Ekaristi Kudus itu.
“Belum pernah (mendengar istilah Devosi Ekaristi) frater.
Adorasi? apalagi itu adorasi. Yang kayak mana itu?”
Umat awam masih
belum terbiasa dengan devosi ekaristi, atau devosi kepada sakramen mahakudus.
Dengan tegas selvia mengatakan bahwa ia belum pernah mendengar istilah Devosi
Ekaristi, apalagi melakukannya. Dengan demikian, dapat dikatakan pula, ia tidak
tahu apa perbedaan antara sakramen ekaristi dengan Devosi Ekaristi.
‘Misa kudus, pemecahan roti, perjamuan Tuhan atau komuni.
Selvia telah dapat
menyebutkan beberapa istilah lain dari sakramen ekaristi. Tetapi, ia tidak
dapat menjelaskan arti dan sejarah penggunaan istilah-istilah tersebut.
“Sejarahnyakan,
perjamuan sejak perjamuan malam kudus dengan Tuhan.”
Dalam hal ini,
selvia menyebutkan salah satu sejarah awal sehinggga kita mengenal sakramen
ekaristi sampai saat ini. Jawaban yang diberikannya ini merupakan dasar
Kristologis dari Sakramen ekaristi, bukan hanya sebagai sejarah.. Sakramen ekaristi
terjadi sebagai pengenangan akan perjamuan kudus Yesus Kristus bersama dengan
para murid-muridnya.
“Apa yang kamu hayati selama perayaan ekaristi? Injilnya
lah yang pastinya. Khotbah. Khotbah itu yang paling utama.(Yang terpenting lain
dari sakramen ekaristi adalah) komuni frater. Karena disitu kita disaat
menerima komuni, kita seperti menerima daging Tuhan. Seperti betul-betul
daging. Seperti dan ikut sengsara atas, dan ikut merasakan sengsara Tuhan Yesus
yang telah wafat di kayu salib. Penting dong. Kenapa lah ya?”
Selvia telah
menyebutkan kedua bagian penting dari perayaan ekaristi. Dengan menyebutkan
berarti ia secara langsung mengatakan bahwa ia menyadari perayaan ekaristi
tersebut. Menyadari ketika mendengarkan kotbah dan ketika menerima komuni.
“Mandilah. Tapi gak betullah kalau itu kan. Siap
mandilah, pakai baju. Sarapan nanti pingsan pula kalau nggak sarapan. Ambil
buku. Menghambat angkot. Sampai di
gereja? Mengambil air suci itu, duduk kemudian berdoa. Kayakmanalah dibilang
ya? Bernyanyi orang bernyanyi aku. Bacaan injil. Mendengarkan kotbah. yang ada
dipikiranku saat mendengarkan kotbah, aku akan melakukannya. Tapi gak tahu lah,
siap pulang dari situ kekmana.”
Persiapan-persiapan
yang disampaikan adalah persiapan yang berdasarkan pikiran logis dari informan.
Mandi, pakai baju, sarapan, mengambil buku, berdoa, bernyanyi dan sebagainya.
Semua persiapan tersebut sudah mendukung agar seseorang dapat menghayati sakramen
ekaristi tersebut.
“Apa yang kau dapatkan setelah mengikuti perayaan
ekaristi dari awal sampai akhir?Kepercayaan diri. Berkat Tuhan. Percaya bahwa
Tuhan adalah penolong. Mengerti bahwa Allah adalah kasih. Mengandalkan Tuhan
dalam kehiupan sehari-hari.”
Buah dari suatu
kegiatan dapat menjadi gambaran dari bagaimana orang tersebut menghayati
kegiatan yang dilakukannya. Buah-buah yang disampaikan selvia menjadi gambaran
bahwa ia cukup menghayati perayaan Ekaristi pada saat ia melakukannya. Ia
berserah kepada Tuhan dalam kehidupannya hari lepas-hari.
Informan II: Bintang Efrina Pakpahan
“Perayaan Ekaristi adalah kenangan sengsara Tuhan Yesus
yang berupa roti dan anggur.”
Bintang mendapat
pemahaman tersebut melalui pelajaran yang ia dapatkan selama ia bersekolah. Ia
telah sampai pada kenangan, tetapi arah selanjutnya seolah mengaburkan inti
dari sakramen ekaristi tersebut.
Sakramen ekaristi
sebagai kenangan, akan perjamuan paskah, malam Yesus Kristus bersama dengan
para muridnya sebelum Yesus ditangkap, dihakimi, dihukum, wafat dan bangkit.
Pada perjamuan tersebut memang terdapat Roti dan Anggur, sebagai simbolik dari
Tubuh dan Darah Kristus yang akan diserahkan demi keselamatan umat manusia.
“Apa yang terjadi selama Perayaan Ekaristi? Oh. Nyanyian
pembukaan. Khotbah, eh apa, bacaan.
Khotbah. Komuni. Doa Bapa Kami. Komuni pemecahan roti dan penerimaan. Setelah
pemecahan rotinya baru penerimaan. Doa umat. Persembahan. Penutup.”
Bintang melihat
perayaan ekaristi hanya pada apa yang nampak, apa yang secara real dialami. Ia
masih belum melihat kehadiran nyata Yesus Kristus pada perayaan ekaristi
tersebut.
“Oke. Apakah pernah mendengar istilah devosi ekaristi?
Pernah. Ada itu? Apa yang terjadi disana? Belum pernah kudengar bah.”
Ia pernah mendengar
istilah devosi ekaristi, tetapi sepertinya yang ia maksud adalah devosi secara
umum, devosi Rosario, atau kerahiman ilahi. Sebagai seorang anak yang
dibesarkan di salah satu panti katolik, ia pasti terbiasa dengan
istilah-istilah tersebut. Mendengar istilah tersebut, tetapi sepertinya ia
tidak pernah melakukan devosi ekaristi atau devosi sakramen mahakudus tersebut.
“Sebutkan istilah-istilah lain dari perayaan ekaristi.
Liturgi, liturgi kudus, perjamuan kudus. Doa novena enggak frater? Ibadat, doa
ataupun doa harian?”
Bintang telah dapat
menyebutkan beberapa istilah dari sakramen ekaristi menurut pengalamannya.
Tetapi, bintang tidak dapat menyebutkan pemahamannya secara lebih lanjut
mengenai apa itu liturgy kudus.
Istilah Liturgi yang kudus dan ilahi: karena
dalam perayaan sakramen ini seluruh liturgi Gereja dipusatkan dan paling
dipadatkan.
“Kemudian, apa yang menjadi dasar dari sakramen ekaristi?
Apa kira-kira, apa dasar dari sakramen ekaristi? Dasar ekaristi. Roti dan anggur.”
Dasar dari sakramen
ekaristi belum dapat disampaikannya. Ia hanya menyebutkan hal yang penting ada
dalam perayaan ekaristi. Roti dan aggur akan digunakan dan dikuduskan menjadi
Tubuh dan Darah Kristus. Perlu disadari bahwa setelah didoakan, roti itu bukan
hanya sebagai roti, atau anggur itu bukan hanya sebagai anggur. Setelah
dikonsekrir (dikuduskan) benar-benar menjadi tubuh dan darah Kristus.
“Sejarah dari perayaan Ekaristi? Kapan perayaan Ekaristi
itu pertama kali diadakan? Jadi kapan? Pada hari minggu. Dari perjamuan Kudus,
Yesus Kristus.”
Para pelajar
menyampaikan sejarah, tetapi yang disampaikan adalah dasar dari sakramen
ekaristi. Mereka cenderung memutar penjelasan, dasar ekaristi dimasukkan pada
sejarah dari ekaristi.
“Apa yang dipersiapkan sebelum mengikuti perayaan ekaristi.
Diri. Mempersiapkan diri. Apalah itu mempersiapkan diri? Memepersiapkan diri
dari rumah kan frater. Setalah sampek langsung berdoa. Eh, dari rumah menghias
diri. Membawa alkitab, membawa puji syukur. Mempersiapkan persembahan.
Berangkat. Berdoa kalau uda sampek. Mengikuti ibadat, eh perayaan ekaristi dari
awal sampek akhirnya.”
Dengan didikan yang
ia terima, bintang dapat menyebutkan beberapa hal yang penting yang dapat
membantunya menghayati sakramen ekaristi. Mempersiapkan diri dari rumah dan
mempersiapkan batin secara lebih khusus ketika telah berada di gereja. Mencoba
menghayati Ekaristi dari awal sampai akhir.
“Apa yang kamu hayati selama perayaan ekaristi. Doa umat.
Kotbahnya. Dan mazmurnya. Pentingkah penghayatan dalam sakramen ekaristi? Penting.
Apa yang paling penting dalam perayaan ekaristi? Menerima komuni. Karena
didalam saat, karena kita merasakan bahwa Tuhan sungguh-sungguh hadir, dan
kita, eh tunggu dulu, tunggu ya. Dan kita akan semakin mendekatkan diri pada
Tuhan. Injil, karena dari injil tersebut, kita dapat mengetahui ayat-ayat injil
mana yang harus kita lakukan dengan baik.”
Penghayatan yang
penting menurutnya terdapat dalam kotbah dan penerimaan komuni (Tubuh Kristus).
Kedua hal tersebut adalah penting, tetapi yang perlu mendapatkan penghayatan
lebih adalah pada saat doa syukur agung, saat imam menguduskan roti dan anggur,
menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Bagian terpenting dari sakramen ekaristi dan
kita harus memberikan perhatian ekstra untuk sampai pada penghayatan yang
sebenarnya.
Apa yang didapatkan dari, apa yang kita dapatkan setelah
mengikuti perayaan ekaristi dari awal sampai akhir? Aku, yang ku dapatkan.
Berkat Tuhan. Semakin mampu mengenali diri sendiri. Semakin mengenal Tuhan.
Nilai yang lain frater. Nilai yang kudapatkan setelah mengikuti perayaan
ekaristi ini kan? Mempunyai hubungan baik bersama teman-teman dan keluarga.”
Dengan menyebutkan
nilai-nilai yang didapatkan merupakan implikasi bahwa bintang dapat mengikuti
perayaan ekaristi dan dapat menghayatinya. Mungkin juga nilai tersebut hanya
muncul berdasarkan penghayatan sesaatnya setelah mengikuti perayaan Ekaristi,
penghayatan yang ia lakukan hanya berdasarkan hal yang nampak, bintang belum
dapat menghayati Yesus Kristus yang nampak dan hadir secara nyata dalam perayaan
tersebut.
Informan III: Nuria Sinaga
“Apa yang kamu
ketahui tentang Sakramen Ekaristi. Artinya, arti dari Sakramen Ekaristi itu
kira-kira apa? Perjamuan kuduskan, pemberkatan. Ekaristi itu kan apa, menerima
hosti itu ye? Apa tadi, uda lupa aku. Sakramen penerimaan Tubuh dan Darah Kristus yang diterima oleh masyarakat yang
sudah sambut pertama.”
Nuria lebih terfokus pada penerimaan tubuh dan Darah
Kristus, tidak mencapai kepada keseluruhan perayaan yang terjadi. Pernyataan
tersebut cenderug untuk membatasi kekayaan nilai dari sakramen ekaristi
tersebut.
“Apa yang
terjadi selama Perayaan Ekaristi? Dari awal sampai akhir. Apa-apa ajalah, mulai
dari awal. Jarang ke gereja pasti ini. Berapa kali seminggu ke gereja? Rajin
aku ya. 4 kali sebulan. Apalah ya. Mulai dari pembukaan. Itulah ya, pembukaan.
Berdoa, bernyanyi, penerimaan sakramen ekaristi.”
Berkutat pada hal-hal yang nampak secara real seperti
yang lainnya. Masih belum sampai pada penghayatan yang lebih mendalam.
“Pernah
mendengar istilah devosi ekaristi? Nggak pernah.”
Devosi ekaristi merupakan ungkapan iman kita kepada Tuhan
Yesus Kristus yang hadir dengan seluruh misteri penebusan-Nya sebagaimana
dirayakan secara sakramental dalam Perayaan Ekaristi. Umat sangat jarang
mendengar istilah devosi ekaristi apalagi untuk melakukannya. Ini yang
menyebabkan umat kehilangan kekayaan iman.
“Istilah-istilah
lain dari Sakramen Ekaristi. Komuni. Menerima tubuh dan darah Kristus.”
Nuria mengerti ekaristi sebagai penerimaan Tubuh dan
Darah Kristus. Sebuah pemahaman yang berangkat dari pengalaman dan
penghayatannya secara pribadi. Penerimaan Tubuh dan Darah Kristus terarah pada
penerimaan Tubuh Kristus dan menyadari bahwa hal yang terpenting adalah komuni,
penerimaan Tubuh Kristus tersebut.
“Apa yang
menjadi dasar kira-kira. Dasar dari Sakramen Ekaristi itu? Roti diumpamakan
sebagai Tubuh Kristus. Dan anggurnya diumpamakan sebagai darah Kristus.”
Dasar
yang disampaikan masih sulit untuk dimengerti. Tetapi karena berangakat dari
pengalaman pribadi mengatakan bahwa nuria telah dapat menghayati dan mengerti
dasar dari sakramen ekaristi itu, walaupun masih sulit untuk mengungkapkannya.
“Apa yang kamu
hayati selama Perayaan Ekaristi? Yesus rela mati dikayu salib untuk menebus
dosa umat manusia. Tunggu dulu, eh, dengan darah yang bercucuran.”
Berkaitan dengan penghayatan pribadi pastilah
berbeda-beda antara yang satu dan yang lain. Yang terpenting dalam perayaan
ekaristi adalah permenungan dan penghayatan terhadap pribadi Yesus Kristus.
Yesus yang berkorban terhadap umat manusia, menyerahkan
hidupnya bagi keselamatan mausia agar manusia terlepas dari dosa. Yesus rela
mati di kayu salib, sebelumnya, Yesus menyerahkan Tubuh dan Darah-Nya bagi pada
murid pada perjamuan terakhir.
“Kemudian, apa
bagian yang terpenting menurutmu dalam Perayaan Ekaristi? Pada bagian mana yang
terpenting menurutmu. Dari awal sampai akhir. Kotbah, penerimaan komuni. Karena
berisi tentang kabar gembira tentang Yesus Kristus sendiri. Komuni itu penting
frater. Karena tadi frater uda tahunya frater, roti diumpamakan sebagai tubuh
Kristus.”
Kotbah sebagai bagian terpenting dan harus juga di
arahkan pada pentingnya doa, pentingnya Yesus yang hadir secara nyata dalam perayaan
ekaristi, dalam pengudusan Tubuh dan Darah Kristus.
“Persiapan apa
yang dilakukan. Baik persiapan fisik sampai ke persiapan batin. Pertama
mempersiapkan hati nurani untuk menerima Tubuh Kristus.”
Dengan ini, Nuria telah dapat mempersiapkan dirinya untuk
dapat menghayati Yesus secara lebih mendalam. Terdapat
persiapan fisik dan persiapan batin yang seimbang.
“Apa yang
didapatkan setelah Perayaan Ekaristi? berkat. Makna tentang Yesus Kristus.”
Buah yang didapatkan yaitu makna tentang Yesus Kristus,
dapat dilihat sebagai buah yang kita dapatkan dari Injil dan kotbah yang
disampaikan oleh para pengkhotbah.
Informan IV: Maria Desi Natalia Nababan
“Pertanyaan yang sama, apa itu sakramen ekaristi? Sakramen
yang diterima oleh umat Allah setelah komuni pertama atau sambut pertama.”
Pemahaman yang
diberikan hanya lebih menunjuk kepada penerimaan Tubuh Kristus. Masih kurang
mengarah kepada pengertian sakramen ekaristi tersebut. Sakramen yang diterima
oleh umat Allah, tetapi Ekaristi merupakan tanda dan sarana, diterima oleh umat
Allah dan sebagai persatuan dengan Allah dan kesatuan antarmanusia.
“Apa yang terjadi selama Perayaan Ekaristi? Doa
pembukaan. Pujian Syukur. Penerimaan Tubuh dan Darah Kristus. Eh terbalik,
maunya kotbah dulu. Doa penutup. Itu aja frater, biar cepat.”
Maria masih melihat
hal yang nampak secara real tanpa melihat secara lebih mendasar dan belum
sampai pada pemahaman danpengenalan akan kehadiran Yesus Kristus secara nyata
dalam peristiwa pengudusan tersebut.
“Pernah mendengar istilah devosi ekaristi? Nggak? Baru.
Baru ini didengar frater. Oh, apa lagi itu (perbedaan) , pasti gak tahu.”
Devosi ekaristi
tumbuh dan mengalir dari iman Gereja akan Tuhan Yesus Kristus yang hadir dalam
Ekaristi, dalam rupa roti dan anggur.
Walaupun demikian
harus dapat dibedakan antara sakramen ekaristi dan devosi ekaristi. Biasanya,
pada saat perayaan ekaristi, hosti dan anggur yang digunakan belum dikuduskan,
dan akan dikuduskan dalam perayaan tersebut. Sedangkan pada devosi ekaristi,
roti yang telah dikuduskan, telah menjadi tubuh kristus digunakan dan Kristus
benar-bnar hadi, bertahta, dan berkenan dilihat oleh setiap umat yang mau
menyembahnya.
“Istilah-istilah lain dari Sakramen Ekaristi? Komuni
pertama, penerimaan Tubuh dan darah Kristus.”
Maria sudah
mengetahui beberapa istilah lain yang mengarah pada sakramen ekaristi. Komuni
kudus, dan penerimaan Tubuh dan Darah Kristus. Istilah komuni umum digunakan,
tetapi cenderung digunakan untuk menunjuk kepada penerimaan Tubuh Kristus. Pada
dasarnya, Komuni kudus mencakup semua kegiatan dan proses yang terjadi selama
perayaan ekaristi.
“Apa dasar dari Sakramen Ekaristi? Ekaristi. Dasarnya.
Apa ya, itu aja frater Perjamuan malam terakhir.”
Dasar kristologi
menjadi dasar yang paling umum dikenal oleh para pelajar. Secara umum, tuhan
mengatakan bahwa perjamuan terarkhir sebagai pengenangan akan Dia yang
menyerahkan diri-Nya bagi keselamatan seluruh umat manusia.
“Sejarahnya, frater? Nggak tahu frater. Gereja melakukan
ekaristi sebagai pusat dan puncak kehidupannya. Perjamuan kudus yang dilakukan
Yesus Kristus beserta dengan umat Allah yang ditandai dengan penerimaan Tubuh
dan Darah Kristus.”
Maria menyebutkan
ekaristi sebagai pusat dan puncak kehidupan dari gereja. Hal itu merupakan
sejarah awal mengapa gereja tetap melaksanakan ekaristi sampai saat ini. Dengan
ini juga gereja menunjukan bahwa sakramen ekaristi merupakan pusat dan puncak
dari segala sakramen. Semua sakramen terarah kepada sakramen ekaristi.
“Yang kuhayati frater?yang dihayati itu, kotbah yang
disampaikan oleh romo. Kisah tentang perjalanan hidup Yesus.”
Maria masih sampai
pada penghayatan terhadap kotbah yang diberikan . kotbah memang perlu dihayati,
direnungkan dan dihidupi sebagai bekal untuk kehidupan bersama dengan orang
yang ada disekita kita. Tetapi perlu penghayatan lain di dalam perayaan
ekaristi yaitu, menghayati Yesus Kristus yang benar-benar hadir dalam perjamuan
bersama tersebut. Kristus hadir, menyapa dan menyentuh kita secara langsung.
“Apa persiapan yang dilakukan? Kalau secara fisik,
menggunakan pakaian yang sopan. Kelau secara rohani, persiapan hati nurani,
terus memfokuskan pikiran pada perayaan ekaristi. Itu ajalah frater.”
Memfokuskan diri
terhadap perayaan ekaristi yang dirayakan berarti bersikap aktif dan membuka
diri terhadap Allah yang hadir. Bersikap aktif terhadap apa yang terjadi, tidak
hanya diam, tetapi melakukannya segalanya secara sadar, tahu, mau dan mampu.
Partisipasi secara sadar dan aktif sudah menjadi hakikat liturgy sendiri
(SC 14). Partisipasi itu juga mengalir dari imamat umum kaum beriman, yang
bersama dengan imamat jabatan menurut caranya masing-masing mengambil bagian
dalam satu imamat kristus (LG 10).
Informan V: Adelya Putri Sitanggang
“Sakramen Ekaristi adalah, aku nggak tahu, apa wey.
Sakramen Ekaristi adalah sakramen yang diterima. Ah, gak tahu aku. Nantilah
dulu. Sakramen Ekaristi itu, bisanya kayak gini? Sakramen ungkapan puji dan
syukur kita melalui yang kita terima. Ungkapan Puji dan syukur kita kepada
Tuhan, yang kita tandai dengan menerima Darah dan Tubuh Kristus.”
Adel masih kurang
mengetahui mengenai pengertian dari sakramen ekaristi. Ia melihat sakramen
ekaristi sebagai tindakan kita untuk menyambut Allah. Sakramen ekaristi lebih
menunjuk kepada karya penyelamatan Allah terhadap manusia. Tuhan yang hadir di
tengah kita dan bersatu dengan kita.
“Pernah mendengar, nggak. Nggak pernah frater.
Fokus seluruh
praktek sembah sujud dan penghormatan di dalam devosi ekaristi adalah Tuhan
Yesus Kristus yang diimani hadir dalam Ekaristi. Perlu diperkenalkan secara
lebih mengenai devosi ekaristi agar setiap umat terutama para pelajar mengerti
dan dapat menghormati Tubuh Kristus yang hadir.
“Apa istilah lain dari Sakramen Ekaristi? Misa kudus. Eh
satu lagi pemecahan roti.”
Istilah misa
menghubungkan dengan erat antara perayaan dan pengungkapan iman dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan kita menggunakan istilah misa, hendaknya kita menyadari
kita diutus untuk mewartakan dan menghadirkan apa yang telah kita alami dan
rayakan dalam seluruh Perayaan Ekaristi itu, yakni kabar tentang karya
penebusan Tuhan sendiri atas umatnya.
“Apa yang kamu ketahui mengenai dasar dari Sakramen
Ekaristi? Dasar dari sakramen ekaristi? Mengapa ada ekaristi itu? Itu apa ya,
ada karena perjamuan Tuhan dengan murid-muridnya, sebelum Yesus disidangnya, eh
disalibkannya.”
Banyak dari antara
para pelajar mengetahui dasar dari sakramen ekaristi adalah perjamuan malam
terakhir Yesus bersama dengan para murid-Nya. Tetapi mereka belu dapat
menggolongkan dasar tesebut sebagai dasar kristologis maupun dasar teologis.
Denang mereka mengetahui hal tersebut sudah merupakan kekayaan remaja yang perlu
dikembangkan.
“Apa yang kamu persiapkan sebelum Perayaan Ekaristi.
Sebelum dan selama perayaan ekaristi. Jiwa dan raga. Berpakaian sopan. Tenang,
tertib. Mempersiapkan diri.”
Persiapan aktif
menghantar kita pada penghayatan dan partisipasi aktif untuk menyambut Tuhan.
Menjaga diri dengan berpakaian sopan akan mengundang orang untuk menghargai
kita dan tidak mengganggu konsentrasi orang yang akan risih dengan pakaian kita
yang tidak sopan.
“Bagian mana yang terpenting dari Sakramen Ekaristi. Saat
menerima tubuh dan darah kristus. Karena senanglah menerima tubuh dan darah
kristus. Lalu bagian doanya. Ia doa syukur agung. Aku senang itu dengan suasananya dengan penuh
hikmat dalam mengucapkan syukur.”
Karena pemahamannya
dan karena penghayatannya, Adelya mengatakan bahwa hal yang penting itu adalah
penerimaan Tubuh Kristus. Bila kita telah dapat menjadikan penerimaan Tubuh
Kristus sebagai hal penting, kita telah dapat sampai pada penghayatan yang
lebih jauh. Sebagai dasar teologis dan Kristologis dari perayaan ekaristi
terdapat di dalam doa syukur agung. Dengan merenungkan tersebut kita sampai
kepada penghayatan tentang Allaha yang benar-benar hadir dalam peristiwa
pengudusan (konsekrasi) roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah-Nya sendiri.
“Buahnya itu, saya sadar akan kebaikan Tuhan. Akan
pengorbanan Tuhan.”
Menyadari
pengorbanan Tuhan merupakan pemahaman yang lebih dalam. Dengan menyadari
pengorbanan Yesus dalam perayaan ekaristi menyebutkan bahwa kita mendalami
karya penebusan Tuhan demi keselamatan manusia.
“Sejarhnya tadi frater. Awalnya sakramen dipisahkan
antara komuni dengan penerimaan. Kemudian, digabung dengan minum dari piala. Sebelumnya
berasal dari perjamuan malam Tuhan dengan murid-muridnya. Kemudian menjadi
kebiasaan.”
Pemahaman mengenai
sejarah lebih kepada dasar kristologis yang mengatakan bahwa ekaristi
didasarkan pada perjamuan malam Tuhan bersama dengan para murid. Perjamuan
tersebut kemudian dilakukan oleh para murid sebagai pengenangan akan Tuhan
Yesus Kristus dan menjadi kebiasaan yang dilakukan oleh gereja.
KESIMPULAN DAN
SARAN
1.
Pemahaman para
pelajar tentang sakramen ekaristi
Melalui pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan, peneliti
melihat bahwa para pelajar di SMK RK Bintang TImur sudah memiliki pemahaman
tersendiri terhadap sakramen ekaristi. Tetapi pemahaman tersebut masih perlu
diperdalam lagi. Semua pemahaman mereka sudah terarah kepada sakramen ekaristi
dalam Gereja Katolik, tetapi masih cenderung kepada kesalahan maksud dan arti.
Pemahaman mengenai pengertian sakramen yang diutarakan
oleh para pelajar masih berasal dari pengetahuan formal yang mereka dapatkan
dari sekolah. Dengan kecenderungan untuk lupa terhadap pemahaman tersebut
membuat pengerrtian yang dimilikipun kurang tepat.
Pemahaman
mengenai devosi ekaristi atau devosi sakramen mahakudus sama sekali tidak
diketahui oleh para pelajar. Pemahaman mengenai devosi sakramen ekaristi sangat
pernting agar kita dapat menghayati perayaan ekaristi secara lebih. Penyembahan
dan penghormatan yang baik berasal
Rekomendasi: Atas pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan, perlu
dilakukan kembali pengenalan mendalam mengenai sakramen ekaristi. Perlu didata
dan di ajarkan kembali agar pengetahuan yang sudah mulai terarah mendapatkan
kejelasan arah dari pemahamannya tersebut, dan pemahaman yang sudah megarah
kepada kesesatan perlu diarahkan agar tidak menjadi sesat, bagi diri pelajar
sendiri maupun bagi orang lain.
Rekomendasi: Devosi ekaristi merupakan kekayaan iman Gereja katolik,
oleh karena itu kekayaan tersebut harus dijaga dan diperkenalkan secara lebih
mendalam kepada umat.
2.
Penghayatan para
pelajar terhadap perayaan ekaristi
Para pelajar cukup dapat menghayati perayaan ekaristi. Dapat
dilihat dari hasil wawancara bersama dengan mereka. Para pelajar dapat
menghayati semua yang terdapat di dalam perayaan ekaristi. Semua itu didasari
dari diri para pelajar yang menyadari bahwa penghayatan tersebut perlu.
Umat
cenderung menghayati bacaan injil dan kotbah. Hal yang penting berkaitan dengan
hidup dan karya Yesus. Dalam Injil umat diperkenalkan dengan karya keselamatan
dan sabda bahagia Allah kepada manusia. Umat diajak untukmengenal Yesus,
mencintai Yesus dan Berbuah dalam Yesus. Sedangkan Kotbah yang disampaikan oleh
para imam yang berkotbah sebagai penegasan dan buah permenungan yang membantu
umat untuk sampai pada Allah.
Penghayatan
terhadap doa dan nyanyian dapat membantu umat untuk masuk dalam penghayatan
yang lebih dalam kepada Yesus Kristus. Para pelajar sudah dapat menyadari dan
melakukan penghayatan terhadap doa dan nyanyian tersebut.
Rekomendasi: Kesadaran
untuk mementingkan penghayatan
terhadap perayaan ekaristi harus lebih ditekankan. Para pelajar juga perlu
ditekankan pentingnya penghayatan pada setiap doa yang ada, terutama doa syukur
agung. Dalam doa syukur agung, tuhan Yesus benar-benar hadir secara nyata untuk
menguduskan roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah-Nya sendiri.
3.
Persiapan diri para
pelajar sebelum dan selama perayaan ekaristi
Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara yang
dilakukan, para pelajar telah dapat mengatur dirinya untuk mempersiapkan diri
untuk mengikuti perayaan ekaristi. Para pelajar dapat membedakan antara
persiapan fisik, dan persiapan batin. Dengan persiapan fisik, para pelajar
telah mempersiapkan diri sebaik mungkin. Mandi
sebelum menuju ke gereja, membawa buku nyanyian, mempersiapkan persembahan
sebelum berangkat, menyiapkan hati dan batin. Sampai di gereja para pelajar
mengambil air suci, berdoa dan mengambil bagian yang selayaknya.
Rekomendasi:
Perlu ditingkatkan kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan. Tetapi perlu juga
ditekankan hal yang sama kepada orang lain, agar orang lain mencontoh hal yang
baik tersebut. Beberapa fenomena orang-orang yang datang ke gereja dengan
mengantuk sebagai implikasi dari tidak adanya persiapan sebelum berangkat ke
gereja. Fenomena lain bahwa banyak pelajar yang bermain-main ketika berada
digereja, bermain hp, ngobrol bersama teman dan sebagainya. Perlu ditekankan
agar umat, para pelajar, menghindari hal-hal negatif dalam gereja saat perayaan
ekaristi dan berusaha sebaik mungkin untuk membuka hati untuk kehadiran
Kristus.
BAB V
LAMPIRAN ANALISIS DATA
Pertanyaan wawancara
|
Kesimpulan sementara
|
1. Bagaimana pemahaman para
pelajar SMK RK Bintang Timur terhadap Sakramen Ekaristi?
a. Apa yang kamu ketahui mengenai
sakramen dalam gereja katolik?
b. Apa yang pelajar ketahui
mengenai sakramen ekaristi?
c. Apa yang pelajar ketahui
tentang devosi ekaristi?
d. Sebutkan istilah lain dari
perayaan Ekaristi?
e. Apa yang pelajar ketahui
mengenai dasar dari sakramen ekaristi?
f. Apa yang pelajar ketahui
mengenai sejarah dari perayaan ekaristi?
Jawaban Selvia Prapaska Sinaga
“Nggak ada dulu kami pelajari
frater. Mungkin secara umum sakramen-sakramen aja. Pengertiannya gak ada.
Menurut saya, sakramen ekaristi itu adalah sakramen pendekatan dengan Tuhan.”
“Dalam perayaan ekaristi
terdapat nyanyian. Dimulai dengan perarakan masuk, umat bernyanyi, berdoa,
bacaan, mazmur. Apa itu, apa namanya, kolektan, eh kolekte. Komuni. Bernyanyi
lagi. Penutup.”
“Belum pernah (mendengar
istilah Devosi Ekaristi) frater. Adorasi? apalagi itu adorasi. Yang kayak
mana itu?”
‘Misa kudus, pemecahan roti,
perjamuan Tuhan atau komuni.
“Sejarahnyakan, perjamuan sejak
perjamuan malam kudus dengan Tuhan.”
“Apa yang kamu hayati selama
perayaan ekaristi? Injilnya lah yang pastinya. Khotbah. Khotbah itu yang
paling utama.(Yang terpenting lain dari sakramen ekaristi adalah) komuni
frater. Karena disitu kita disaat menerima komuni, kita seperti menerima
daging Tuhan. Seperti betul-betul daging. Seperti dan ikut sengsara atas, dan
ikut merasakan sengsara Tuhan Yesus yang telah wafat di kayu salib. Penting
dong. Kenapa lah ya?”
Jawaban Bintang Efrina
“Perayaan Ekaristi adalah
kenangan sengsara Tuhan Yesus yang berupa roti dan anggur.”
“Apa yang terjadi selama
Perayaan Ekaristi? Oh. Nyanyian pembukaan. Khotbah, eh apa, bacaan. Khotbah. Komuni. Doa Bapa
Kami. Komuni pemecahan roti dan penerimaan. Setelah pemecahan rotinya baru
penerimaan. Doa umat. Persembahan. Penutup.”
“Apakah pernah mendengar
istilah devosi ekaristi? Pernah. Ada itu? Apa yang terjadi disana? Belum
pernah kudengar bah.”
“Sebutkan istilah-istilah lain
dari perayaan ekaristi. Liturgi, liturgi kudus, perjamuan kudus. Doa novena
enggak frater? Ibadat, doa ataupun doa harian?”
“Kemudian, apa yang menjadi
dasar dari sakramen ekaristi? Apa kira-kira, apa dasar dari sakramen
ekaristi? Dasar ekaristi. Roti dan anggur.”
“Sejarah dari perayaan
Ekaristi? Kapan perayaan Ekaristi itu pertama kali diadakan? Jadi kapan? Pada
hari minggu. Dari perjamuan Kudus, Yesus Kristus.”
Jawban Nuria Sinaga
“Apa yang kamu ketahui tentang Sakramen Ekaristi.
Artinya, arti dari Sakramen Ekaristi itu kira-kira apa? Perjamuan kuduskan,
pemberkatan. Ekaristi itu kan apa, menerima hosti itu ye? Apa tadi, uda lupa
aku. Sakramen penerimaan Tubuh dan Darah
Kristus yang diterima oleh masyarakat yang sudah sambut pertama.”
“Apa yang terjadi selama Perayaan Ekaristi? Dari
awal sampai akhir. Apa-apa ajalah, mulai dari awal. Jarang ke gereja pasti
ini. Berapa kali seminggu ke gereja? Rajin aku ya. 4 kali sebulan. Apalah ya.
Mulai dari pembukaan. Itulah ya, pembukaan. Berdoa, bernyanyi, penerimaan
sakramen ekaristi.”
“Pernah mendengar istilah devosi ekaristi? Nggak
pernah.”
“Istilah-istilah lain dari Sakramen Ekaristi.
Komuni. Menerima Tubuh dan Darah Kristus.”
“Apa yang menjadi dasar kira-kira. Dasar dari
Sakramen Ekaristi itu? Roti diumpamakan sebagai Tubuh Kristus. Dan anggurnya
diumpamakan sebagai darah Kristus.”
Jawaban Maria Desi Natalia Nababan
“Pertanyaan yang sama, apa itu
sakramen ekaristi? Sakramen yang diterima oleh umat Allah setelah komuni
pertama atau sambut pertama.”
“Apa yang terjadi selama
Perayaan Ekaristi? Doa pembukaan. Pujian Syukur. Penerimaan Tubuh dan Darah
Kristus. Eh terbalik, maunya kotbah dulu. Doa penutup. Itu aja frater, biar
cepat.”
“Pernah mendengar istilah
devosi ekaristi? Nggak? Baru. Baru ini didengar frater. Oh, apa lagi itu
(perbedaan) , pasti gak tahu.”
“Istilah-istilah lain dari
Sakramen Ekaristi? Komuni pertama, penerimaan Tubuh dan darah Kristus.”
“Apa dasar dari Sakramen Ekaristi?
Ekaristi. Dasarnya. Apa ya, itu aja frater Perjamuan malam terakhir.”
“Sejarahnya, frater? Nggak tahu
frater. Gereja melakukan ekaristi sebagai pusat dan puncak kehidupannya.
Perjamuan kudus yang dilakukan Yesus Kristus beserta dengan umat Allah yang
ditandai dengan penerimaan Tubuh dan Darah Kristus.”
Jawaban Adelya Putri Sitanggang
“Sakramen Ekaristi adalah, aku
nggak tahu, apa wey. Sakramen Ekaristi adalah sakramen yang diterima. Ah, gak
tahu aku. Nantilah dulu. Sakramen Ekaristi itu, bisanya kayak gini? Sakramen
ungkapan puji dan syukur kita melalui yang kita terima. Ungkapan Puji dan
syukur kita kepada Tuhan, yang kita tandai dengan menerima Darah dan Tubuh
Kristus.”
“Pernah mendengar, nggak. Nggak
pernah frater.
“Apa istilah lain dari Sakramen
Ekaristi? Misa kudus. Eh satu lagi pemecahan roti.”
“Apa yang kamu ketahui mengenai
dasar dari Sakramen Ekaristi? Dasar dari sakramen ekaristi? Mengapa ada
ekaristi itu? Itu apa ya, ada karena perjamuan Tuhan dengan murid-muridnya,
sebelum Yesus disidangnya, eh disalibkannya.”
“Sejarhnya tadi frater. Awalnya sakramen
dipisahkan antara komuni dengan penerimaan. Kemudian, digabung dengan minum
dari piala. Sebelumnya berasal dari perjamuan malam Tuhan dengan
murid-muridnya. Kemudian menjadi kebiasaan.”
|
Sakramen merupakan sarana
pendekatan dengan Tuhan. Dengan sakramen kita dapat lebih dekat dengan Tuhan
dan dapat sampai kepada Tuhan.
Dalam sakramen ekaristi
terdapat kegiatan doa, nyanyian, kolekte, komuni, bernyanyi.
Istilah lain dari sakramen
ekaristi adalah misa kudus, pemecahan roti, komuni.
Sejarah perayaan ekaristi
adalah perjamuan malam kudus para murid bersama dengan Tuhan.
Bintang melihat sakramen
ekaristi sebagai kenangan sengsara Tuhan yesus yang berupa roti dan anggur.
Di dalam ekaristi terdapat nyanyian pembuka, khotbah, komuni, doa bapakami,
pemecahan roti, doa umat, persembahan, penutup. Bintang pernah mendengar istilah
devosi ekaristi tetapi tidak pernah melakukannya.
Dasar ekaristi menurut bintang
adalah roti dan anggur. Dan sejarahnya, adalah dari perjamuan kudus, Yesus
Kristus.
Nuria memahami Sakramen
Ekaristi sebagai sakramen pernerimaan Tubuh dan Darah Kristus yang diterima
oleh masyarakat yang sudah dambut pertama. Di dalam sakramen ekaristi
terdapat doa, nyanyian, penerimaan sakramen ekaristi.
Nuria tidak pernah mendengar
istilah devosi ekaristi.
Nuria memahami sakramen
ekaristi dalam istilah komuni dan menerima Tubuh dan Darah Kristus. Dan dasar
dari sakramen ekaristi adalah Roti dan Anggur yang enjadi Tubuh dan Darah
Kristus.
Maria memahami sakramen
ekaristi sebagai sakramen yang diterima oleh umat Allah setelah komuni
pertama atau sambut pertama. Di dalam perayaan ekaristi terdapat doa
pembukaan, pujian syukur, kotbah, penerimaan tubuh dan darah Kristus, doa
penutup.
Maria tidak pernah mendengar
istilah devosi ekaristi.
Maria mengenal istilah komuni
pertama, penerimaan Tubuh dan Darah Kristus. Dasar dari sakramen ekaristi
adalah perjamuan malam terakhir. Sedangkan sejarah sakramen ekaristi
dilakukan sebagai pusat dan puncak kehidupan gereja.
Adelya memahami sakramen
ekaristi sebagai sakramen ungkapan puji dan syukur melalui penerimaan Tubuh
dan Darah Kristus.
Adelya tidak pernah mendengar
istilah devosi ekaristi.
Istilah lain dari sakramen
ekaristi adalah misa kudus dan pemecahan roti.
Dasar dari sakramen ekaristi
adalah perjamuan Tuhan dengan murid-murid-Nya sebelum kisah sengsara Yesus.
Sedangkan sejarahnya pemisahan antara peminuman anggur dan makan roti.
Semuanya menjadi kebiasaan dan dikenang sampai sekarang.
|
2. Bagaimana para pelajar SMK
Bintang Timur menghayati Perayaan Ekaristi?
a. Pentingkah penghayatan dalam
perayaan ekaristi?
b. Apa yang pelajar hayati selama
perayaan ekaristi?
c. Apa yang pelajar dapatkan
setelah mengikuti perayaan ekaristi?
Jawaban Selvia Prapaska Sinaga
Kayakmanalah dibilang ya?
Bernyanyi orang bernyanyi aku. Bacaan injil. Mendengarkan kotbah. yang ada
dipikiranku saat mendengarkan kotbah, aku akan melakukannya. Tapi gak tahu
lah, siap pulang dari situ kekmana.”
“Apa yang kau dapatkan setelah
mengikuti perayaan ekaristi dari awal sampai akhir?Kepercayaan diri. Berkat
Tuhan. Percaya bahwa Tuhan adalah penolong. Mengerti bahwa Allah adalah
kasih. Mengandalkan Tuhan dalam kehiupan sehari-hari.”
Jawaban Bintang Efrina Pakpahan
“Apa yang kamu hayati selama
perayaan ekaristi. Doa umat. Kotbahnya. Dan mazmurnya. Pentingkah penghayatan
dalam sakramen ekaristi? Penting. Apa yang paling penting dalam perayaan
ekaristi? Menerima komuni. Karena didalam saat, karena kita merasakan bahwa
Tuhan sungguh-sungguh hadir, dan kita, eh tunggu dulu, tunggu ya. Dan kita
akan semakin mendekatkan diri pada Tuhan. Injil, karena dari injil tersebut,
kita dapat mengetahui ayat-ayat injil mana yang harus kita lakukan dengan
baik.”
Apa yang didapatkan dari, apa
yang kita dapatkan setelah mengikuti perayaan ekaristi dari awal sampai
akhir? Aku, yang ku dapatkan. Berkat Tuhan. Semakin mampu mengenali diri
sendiri. Semakin mengenal Tuhan. Nilai yang lain frater. Nilai yang
kudapatkan setelah mengikuti perayaan ekaristi ini kan? Mempunyai hubungan
baik bersama teman-teman dan keluarga.”
Jawban Nuria Sinaga
“Apa yang kamu hayati selama Perayaan Ekaristi?
Yesus rela mati dikayu salib untuk menebus dosa umat manusia. Tunggu dulu,
eh, dengan darah yang bercucuran.”
“Kemudian, apa bagian yang terpenting menurutmu
dalam Perayaan Ekaristi? Pada bagian mana yang terpenting menurutmu. Dari
awal sampai akhir. Kotbah, penerimaan komuni. Karena berisi tentang kabar
gembira tentang Yesus Kristus sendiri. Komuni itu penting frater. Karena tadi
frater uda tahunya frater, roti diumpamakan sebagai tubuh Kristus.”
“Apa yang didapatkan setelah Perayaan Ekaristi?
berkat. Makna tentang Yesus Kristus.”
Jawaban Maria Desi Natalia Nababan
“Yang kuhayati frater?yang
dihayati itu, kotbah yang disampaikan oleh romo. Kisah tentang perjalanan
hidup Yesus.”
Jawaban Adelya Putri Sitanggang
“Bagian mana yang terpenting
dari Sakramen Ekaristi. Saat menerima tubuh dan darah kristus. Karena
senanglah menerima tubuh dan darah kristus. Lalu bagian doanya. Ia doa syukur
agung. Aku senang itu dengan
suasananya dengan penuh hikmat dalam mengucapkan syukur.”
“Buahnya itu, saya sadar akan
kebaikan Tuhan. Akan pengorbanan Tuhan.”
|
Selvia menghayati dengan ikut
secara aktif semua kegiatan yang terjadi selama perayaan ekaristi.
Bintang menganggap bahwa
penghayatan terhadap ekaristi adalah penting. Bagian yang terpenting adalah
menerima komuni, dengan itu kita semakin mendekatkan diri dengan Tuhan
Nuria menghayati perayaan
ekaristi, dan menghayati pengorbanan Yesus yang rela mati dikayu salib untuk
menebus dosa manusia. Kotbah menjadi bagian terpenting baginya. Karena berisi
tentang kabar gembira tentang Yesus Kristus sendiri.
Maria menghayati kotbah dan
melihat perjalanan hidup Yesus.
|
3. Bagaimana pelajar mempersiapkan
diri sebelum mengikuti perayaan ekaristi?
a. Apa persiapan yang pelajar
siapkan sebelum perayaan ekaristi?
Jawaban Selvia Prapaska Sinaga
“Mandilah. Tapi gak betullah
kalau itu kan. Siap mandilah, pakai baju. Sarapan nanti pingsan pula kalau
nggak sarapan. Ambil buku. Menghambat angkot.
Sampai di gereja? Mengambil air suci itu, duduk kemudian berdoa.
Jawaban Bintang Efrina Pakpahan
“Apa yang dipersiapkan sebelum
mengikuti perayaan ekaristi. Diri. Mempersiapkan diri. Apalah itu
mempersiapkan diri? Memepersiapkan diri dari rumah kan frater. Setalah sampek
langsung berdoa. Eh, dari rumah menghias diri. Membawa alkitab, membawa puji
syukur. Mempersiapkan persembahan. Berangkat. Berdoa kalau uda sampek.
Mengikuti ibadat, eh perayaan ekaristi dari awal sampek akhirnya.”
Jawban Nuria Sinaga
“Persiapan apa yang dilakukan. Baik persiapan
fisik sampai ke persiapan batin. Pertama mempersiapkan hati nurani untuk
menerima Tubuh Kristus.”
Jawaban Maria Desi Natalia Nababan
“Apa persiapan yang dilakukan?
Kalau secara fisik, menggunakan pakaian yang sopan. Kelau secara rohani,
persiapan hati nurani, terus memfokuskan pikiran pada perayaan ekaristi. Itu
ajalah frater.”
Jawaban Adelya Putri Sitanggang
“Apa yang kamu persiapkan
sebelum Perayaan Ekaristi. Sebelum dan selama perayaan ekaristi. Jiwa dan
raga. Berpakaian sopan. Tenang, tertib. Mempersiapkan diri.”
|
|
Daftar Pustaka
Currie, David B. Mengapa
Saya Berpindah ke Katolik. Jakarta: Fidei Press, 2007.
Dister, Nico Syukur. Teologi
Sistematika 2: Ekonomi Keselamatan. Yogyakarta: Kanisius, 2004.
Konferensi Waligereja Indonesia. Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi. Yogyakarta: Kanisius,
Jakarta: Obor, 1996.
---------. Pedoman
Gereja Katolik Indonesia. Jakarta: 1996.
Martasudjita, E. Ekaristi:
Tinjauan Teologis, Liturgis dan Pastoral. Yogyakarta: Kanisius, 2005.
---------. Sakramen-Sakramen
Gereja: Tinjauan Teologis, Liturgis Dan Pastoral. Yogyakarta: Kanisius,
2003.
Maryanto, Ernest. Kamus
Liturgi. Yogyakarta: Kanisius, 2004.
Prasetya, L. Sakramen
yang Menyelamatkan. Malang: Dioma, 2013.
Sumber
Pendukung
Katekismus Gereja Katolik
Kitab Hukum Kanonik
Lampiran:
Daftar Singkatan
AG : Dekrit Ad Gentes, tentang kegiatan misioner
gereja
CD :
Dekrit Christus Dominus, tentang
tugas pastoral para uskup dalam gereja
DS : Denzinger Schonmezzer
DSA : Doa Syukur Agung
Kan : Kanon- Kanon
yang digunakan sekarang adalah kodeks tahun 1983
LG : Konstitusi
dogmatis Lumen Gentium, tentang
gereja
PO : Dekrit Presbyterorum
Ordinis, tentang pelayanan dan kehidupan para imam
SC : Konstitusi Sacrosanctum Concilium, tentang liturgi
suci
UR : Dekrit Unitate Redintegratio, tentang ekumenis
Why : Kitab Wahyu
Lampiran
Pertanyaan Wawancara
Dari beberapa pertanyaan penelitian yang ada, peneliti
mencoba merumuskan beberapa pertanyaan wawancara yang akan diajukan kepada para
informan. Pertanyaan tersebut antara lain:
1.
Apa yang kamu
(pelajar-siswa atau siswi) ketahui mengenai sakramen dalam gereja Katolik?
2.
Apa yang kamu
ketahui tentang Sakramen Ekaristi?
3.
Apa yang kamu
ketahui tentang Devosi Ekaristi?
4.
Apa perbedaan
Sakramen Ekaristi dan Devosi Ekaristi?
5.
Sebutkan
istilah-istilah lain dari perayaan Ekaristi yang kamu ketahui!
6.
Apa yang kamu
ketahui mengenai dasar teologis dari Sakramen Ekaristi?
7.
Apa yang kamu
ketahui mengenai sejarah dari Perayaan Ekaristi?
8.
Apa yang kamu
hayati selama Perayaan Ekaristi?
9.
Apa persiapan yang
anda siapkan sebelum perayaan Ekaristi?
10.
Pentingkah
penghayatan dalam perayaan Ekaristi?
11.
Apa yang anda
dapatkan setelah mengikuti Perayaan Ekaristi?
Selain pertanyaan pendalaman, peneliti juga membuat
beberapa pertanyaan informatif yang akan digunakan dalam lembaran angket
sebagai pendukung dari hasil wawancara yang diadakan. Pertanyaan ini tidak
memberikan jawaban berdasarkan skala, tetapi meminta jawaban langsung dari
informan berdasarkan pengalaman yang dialaminya. Pertanyaan tersebut antara
lain:
1.
Berapa kali kita
mengikuti Perayaan Ekaristi setiap minggu?
2.
Pernahkah anda
mendengar istilah devosi Ekaristi?
3.
Menurut anda, apa
perbedaan antara devosi Ekaristi dan Perayaan Ekaristi?
4.
Apa persiapan yang
anda lakukan sebelum mengikuti Perayaan Ekaristi?
5.
Apa yang anda
lakukan selama Perayaan Ekaristi?
6.
Apa yang anda
hayati selama Perayaan Ekaristi?
7.
Bagian mana yang
terpenting dalam Perayaan Ekaristi?
Lampiran hasil wawancara
Wawancara dilakukan pada hari Senin tanggal 8 Desember
2014. Wawancara dilkukan di SMK RK Swasta Bintang Timur, Jalan Marimbun no. 5,
Pematangsiantar. Wawancara berlangsung dari jam 11.26 sampai pukul 13.21 WIB.
Wawancara dilakukan di sebuah kelas yang biasa digunakan untuk menjahit.
Peneliti menemukan beberapa kesulitan pada saat
wawancara. Pertama, karena pada saat ini para pelajar juga mengadakan remidial
untuk beberapa siswa-siswi yang mendapat nilai di bawah standar. Sehingga,
beberapa orang yang telah ditentukan harus dilihat terlebih dahulu apakah juga
mengikuti remidial atau tidak. Kedua, keterbatasan waktu juga menjadi kendala.
Sekolah pulang pada pukul 13.15 WIB. Oleh karena itu, maka peneliti langsung
memanggil beberapa pelajar yang ditentukan masuk ke dalam ruangan agar tidak
pulang terlebih dahulu.
Wawancara pertama, terhadap pelajar kelas XII Tata
Busana. Wawancara terjadi pada hari senin, 8 desember pukul 11.26 sampai pukul
12.13 WIB. Proses wawancara terjadi sebagai berikut:
Peneliti menunggu di ruangan yang tersedia, tetapi mereka
melewati ruangan dan peneliti memanggil mereka untuk masuk ke dalam ruangan
Wawancara
dilakukan dengan 2 orang siswa dari kelas XII Tata Busana. Secara bersama-sama
kedua murid masuk ke dalam ruangan yang disediakan untuk melakukan wawancara
tersebut. Ketika memasuki ruangan, peneliti menjelaskan maksud dari kedatangan
dan menyampaikan tema dari penelitian tersebut.
Frater : Frater mendapat tugas dari sekolah, dari kampus,
seperti itu kan. Tugasnya itu penelitian. Ini kan tugas penelitian, jadi frater
meneliti apa yang ada di SMK ini. Tema yang diangkat itu, penghayatan para
pelajar terhadap Sakramen Ekaristi.
Selvia : (dengan terkejut sambil tertawa, ia menjawab) Kayak mana tahe
Sakramen Ekaristi? Kayak mana Sakramen Ekaristi itu?
Frater : Sakramen Ekaristi, jadi siapa yang lebih
dahulu? siapa yang pertama, Nama?
Selvia : Selvia Prapaska Sinaga
Frater : Umur?
Selvia : 17 tahun, kalau gak salah.
Frater : Pekerjaan, pelajar! Kemudian cukup.
Selvia : eh, ditanya kek, kelas berapa?
Frater :
Karena,
Frater : Biar nggak lama-lama kita langsungkan saja
wawancaranya. Pertanyaan pertama, apa yang kamu ketahui tentang Sakramen
Ekaristi.
Selvia : Itulah yang tadi kutanya tadi frater, apa
itu frater? (sambil tertawa dan bingung). Sakramen Ekaristi itu cakmana frater?
Frater : Apa yang kalian tahu dari
Sakramen Ekaristi?
Frater : Sakramen yang ada dalam
gerejea kaltolik ada berapa
Selvia : Tujuh
Frater : Ada tujuh, kemudian, yang
pertama?
Selvia : Baptis, krisma, ekaristi, perkawinan, itu
berurutnya? Imamat, pengurapan orang sakit, tobat.
Frater : Ada ekaristi kan?
Selvia : Ya ada, jelaskan dulu apa Sakramen Ekaristi frater. Dari semua
sakramen misalnya, baptis, Sakramen Ekaristi dan yang lainnya.
Frater : Masak gak tahu Sakramen Ekaristi? Kalau begitu paslah, apa itu
Sakramen Ekaristi, dari apa yang kamu mengerti, menurutmu saja. Dari yang sudah
kamu dipelajari.
Selvia : Nggak ada dulu kami pelajari. Ia sakramen-sakramen aja.
Pengertiannya gak ada.
Frater : Sakramen Ekaristi itu, misa, Perayaan
Ekaristi. Apalah kira-kira,
definisi?
Selvia : Hmm,, Nggak apa-apa dua
kata?
Frater : Ya, jawablah. Lama sekali.
Selvia : Menurut saya itu, Sakramen Ekaristi itu
adalah sakramen pendekatan dengan Tuhan. Buatlah kata-kata frater ah. Uda itu
aja, gak perlu panjang-panjangkan.
Frater : Apa yang terjadi, apa yang
kau ingat selama Perayaan Ekaristi terjadi.
(karena
kunci dari ruangan tersebut masih di tergantung dipintu, maka seorang guru yang
lewat menegur kami dan meminta kami untuk mengambil kunci dan menaruhnya di
dalam).
Frater : Ya semua yang terdapat pada saat Perayaan Ekaristi. Dari awal
sampai akhir. Kira-kira runtut.
Selvia : Ada yang bernyanyi. Perarakan masuk, umat bernyanyi, berdoa,
bacaan, mazmur. Apa itu, apa namanya, kolektan, eh kolekte. Komuni. Bernyanyi lagi. Penutup.
Frater : Apakah kamu pernah
mendengar istilah devosi ekaristi?
Selvia : Tidak pernah (sambil menggelengkan kepala).
Setelah beberapa detik Jangan kasih catatan frater sama orang ya, malu awak.
Frater : Adorasi?
Selvia : Apalagi itu adorasi. Yang
kayak mana itu?
Frater : Apa kira-kira perbedaannya. Oh, apa lagi
perbedaannya tidak akan tahu. Lewat berarti. Sebutkan istilah-istilah lain dari
Sakramen Ekaristi yang kamu ketahui?
Selvia : Pulanglah aku ya frater. Dengan
sedikit terkejut dengan pertanyaannya. Mendingan aku remedial daripada
kayak gini. Ia tertawa dan kemudian
bertanya dengan teman yang ikut masuk bersama tadi.
Frater : Kan seperti yang frater bilang tadi, yaitu
misa, Perayaan Ekaristi,
Selvia : Setelah berfikir beberapa saat, ia menjawab: Misa kudus,
pemecahan roti, perjamuan Tuhan atau komuni.
Frater : Oke. Kemudian. Apa yang kamu ketahui mengenai dasar dari
Sakramen Ekaristi? Kira-kira
dasar dari Sakramen Ekaristi itu apa lah?
Selvia : Apa bin? Teriakkannya sambil bertanya dengan
temannya.
Frater : Jawabanmu dulu ini
Selvia : Kayakmana maksudnya, gak
ngerti aku frater?
Frater : Apa yang kamu ketahui dari
dasar dari Sakramen Ekaristi itu
Selvia : Dasarnya? Sebelum melakukan atau kayakmana
nya? Fraterlah yang menjawab biar ada
jawabannya frater.
Frater : Apa yang mendasari terjadinya Sakramen Ekaristi itu. Apa yang
menjadi dasar dari Sakramen Ekaristi.
Selvia : Fraterlah yang menjawab, biar ada jawabannya. Ketika peneliti ingin melanjutkan ke
pertanyaan lain, informan mulai menjawab. Tunggu, tunggu, tunggu, gak mau
aku kosong lagi jawabannya. Ulangi
dulu pertanyaannya?
Frater : Apa yang mnjadi dasar dari
Sakramen Ekaristi?
Selvia : Kemauan untuk mendekati ke jalan Tuhan.
Frater : Kemudian, sejarah dari Sakramen Ekaristi. Kapan kira-kira
menurutmu awal pertamanya terjadi (Sakramen Ekaristi)? Kira-kira kapan pertama
sekali terjadi Sakramen Ekaristi?
Selvia : Sejarahnyakan, perjamuan sejak perjamuan
malam kudus dengan Tuhan.
Frater : Bagaimana itu? jelaskanlah itu. Kira-kira, dengan kata-katamu
sendiri. Panjang-panjanglah, masak hanya sedikit-sedikit aja. Jawaban dari anak
kelas XII.
Selvia : Tidak apa-apa singkat, tapi jelas. Padat
intinya. Uda lah itu ah.
Frater : oke lah. Apa yang kamu hayati selama Perayaan Ekaristi.
Selvia : Injilnya lah yang pastinya. Khotbah. Khotbah
itu yang paling utama.
Frater : Apa persiapan yang kamu lakukan sebelum Perayaan Ekaristi? Mulai dari rumah. Kira-kira. Persiapan apa yang
dilakukan?
Selvia : Mandilah. Tapi
gak betullah kalau itu kan. Siap mandilah, pakai baju. Sarapan nanti pingsan
pula kalau nggak sarapan. Ambil buku. Menghambat angkot.
Frater : Sampai di gereja?
Selvia : Mengambil air suci itu, duduk kemudian berdoa. (Dengan antusias, bertanya) sebelum dimulai?
Frater : Ketika sudah dimulai
Perayaan Ekaristi apa yang dihayati?
Selvia : Maksudnya waktu uda mulai
setelah dimulai?
Frater : Apa yang dipikirkan. Kalau dibagi-bagi
Perayaan Ekaristi itu kan, bagian awal itu, pembukaan sampai bacaan, sampai
kotbah itu yang pertama. kemudian pe dibagi lagi dengan komuni itu. Perayaan
Ekaristi dibagi lagi dengan komuni. Bukan komuni sih sebenarnya. Selama dari
pembukaan sampai kotbah, apa yang dihayati?
Selvia : Kayakmanalah dibilang ya? Bernyanyi
orang bernyanyi aku. Bacaan injil. Mendengarkan kotbah. yang ada dipikiranku
saat mendengarkan kotbah, aku akan melakukannya. Tapi gak tahu lah, siap pulang
dari situ kekmana.
Frater : Kemudian bagian mana yang terpenting dalam
Perayaan Ekaristi?
Selvia : Komuni. Menurutkukan frater. Karena disitu
kita disaat menerima komuni, kita seperti menerima daging Tuhan. Seperti
betul-betul daging. Seperti dan ikut sengsara atas, dan ikut merasakan sengsara
Tuhan Yesus yang telah wafat di kayu salib.
Frater : Pentingkah penghayatan tersebut? Kenapa
penting?
Selvia : Penting dong. Kenapa lah ya?
Frater : Kenapa? Kenapa penting?
Selvia : Berkat Tuhan,
Frater : Apa yang kau dapatkan setelah mengikuti Perayaan Ekaristi dari
awal sampai akhir. Kira-kira apa yang didapatkan.
Selvia : Kepercayaan diri. Berkat Tuhan. Menurut
frater lah apalah lagi.
Frater : Pikir aja terus, apalah kira-kira yang
didapatkan atau yang dihayati?
Selvia : Percaya bahwa Tuhan adalah penolong. Mengerti bahwa Allah adalah
kasih. Mengandalkan Tuhan dalam kehiupan sehari-hari.
Frater : Pernahkah kalian main hp waktu mengikut Perayaan Ekaristi.
Bagaimana pendapat kalian, atau pandangan melihat orang yang main hp.
Selvia : Karena, menurut saya, kalau ada orang megang hp, apanya tidak ada
di gereja itu. Apa, hatinya, melainkan untuk orang lain. Jadi dia digereja itu,
bukan mau betul-betul, melainkan mungkin mau melihat sesuatu. Tambahinlah
pertanyaannya biar gak remidial Bahasa Inggris kami.
Frater : Uda, cukup. Ada yang masih mau disampaikan lagi? Cukup ini aja?
Oke, terima kasih atas waktunya, terima kasih untuk jawabannya.
Setelah
merasa cukup dengan jawabannya, ia mengatakan cukup terlebih dahulu dan memikirkan
sejenak beberapa pertanyaan lain dan mengatakan akan menambahkannya nanti. Kemudian wawancara dilanjutkan pada informan kedua.
Frater : Nama
Bintang : Bintang
Efrina Pakpahan.
Frater : Umur?
Bintang : 18 tahun.
Eh, kok 18. Tapi pasnya.
Frater : Kelas?
Bintang : XII Tata
Busana.
Frater : Oke, pertanyaannya sama, apa yang kamu
ketahui tentang Sakramen Ekaristi? Apa itu Sakramen Ekaristi?
Bintang : Tertawa-tawa
karena bingung. Nggak tahu aku. Tunggu dulu ya frater. Berfikir dulu aku.
Frater : Rangkailah dulu kata-katamu. Apa
itu Sakramen Ekaristi?
Beberapa
menit hening memikirkan jawaban. Karena ada salah satu siswa yang meninggal,
Selvia bertanya apakah saya ikut melayat ke sana? Dan saya menjawab melihat
keadaannya nanti.
Frater : Kira-kira apalah Sakramen Ekaristi menurutmu?
Bintang : Perayaan Ekaristi adalah kenangan sengsara Tuhan Yesus yang
berupa roti dan anggur.
Frater : Apa yang terjadi
selama Perayaan Ekaristi?
Bintang : Oh. Nyanyian pembukaan. Khotbah eh apa, bacaan. Khotbah. Komuni. Doa Bapa Kami.
Frater : Komuni ini, menerima komuni itu atau pemecahan roti?
Bintang : Komuni pemecahan roti dan penerimaan. Setelah
pemecahan rotinya baru penerimaan. Doa umat. Persembahan. Penutup.
Frater : Oke. Apakah pernah mendengar istilah devosi ekaristi? Pernah.
Ada itu? Apa yang terjadi
disana?
Bintang : Devosi itu kek seperti refleksi gitu ya
frater? Jadi kek mana? Jelaskan dulu. Pernah
mendengar, tetapi uda lupa.
Frater : Adorasi, Ada hosti itu yang besar, diletakkan ke sejenis yang
dari timah. Diletakkan dialtar, yang dimasukkan ke dalam yang terbuat dari
timah itu, kita umat melihat itu.
frater : Itu juga merupakan bentuk doa. Ada Hosti
tadi kan. Diletakkan dalam monstran namanya. Yang
ada sejenis benda yang biar hosti itu Nampak. Dengan berbagai bentuk. Umat
menyembah ini.
Bintang : Belum pernah kudengar bah.
Frater : lewat berarti kan? Sebutkan istilah-istilah lain dari
Perayaan Ekaristi.
Bintang : Liturgi, liturgi kudus, perjamuan kudus. Doa novena enggak frater? Ibadat, doa ataupun doa harian?
Frater : Kemudian, apa yang menjadi dasar dari
Sakramen Ekaristi? Apa kira-kira, apa dasar dari Sakramen Ekaristi?
Bintang : Dasar ekaristi. Roti dan anggur.
Frater : Apa yang membuat sehingga Perayaan Ekaristi itu ada. Ya sudah
kalau nggak tahu. Kemudian, apa yang kamu ketahui mengenai sejarah dari
Sakramen Ekaristi? Sejarah dari Perayaan Ekaristi? Kapan Perayaan Ekaristi itu
pertama kali diadakan? Jadi kapan?
Bintang : Pada hari minggu.
Frater : Awalnya, dari awal, yang awal sekali yang pertama.
Bintang : Dari perjamuan Kudus,
Frater : Perjamuan kudus siapa? Siapa yang pertama kali membuat
Perayaan Ekaristi?
Bintang : Yesus Kristus.
Frater : Apa yang dipersiapkan sebelum mengikuti Perayaan Ekaristi.
Bintang : Diri. Mempersiapkan diri.
Frater : Apalah itu mempersiapkan diri?
Bintang : Memepersiapkan diri dari rumah kan frater.
Setalah sampek langsung berdoa. Eh, dari rumah menghias diri. Membawa alkitab,
membawa puji syukur. Mempersiapkan persembahan. Berangkat. Berdoa kalau uda
sampek.
Frater : Itu persiapan batin. Kemudian?
Bintang : Mengikuti ibadat, eh Perayaan Ekaristi dari
awal sampek akhirnya.
Frater : Apa yang kamu hayati selama Perayaan
Ekaristi
Bintang : Doa umat. Kotbahnya. Dan mazmurnya.
Frater : Pentingkah penghayatan dalam Sakramen Ekaristi?
Bintang : Penting.
Frater : Apa yang paling penting dalam Perayaan Ekaristi?
Bintang : Menerima komuni. Karena didalam saat, karena kita merasakan bahwa
Tuhan sungguh-sungguh hadir, dan kita, eh tunggu dulu, tunggu ya. Dan kita akan
semakin mendekatkan diri pada Tuhan.
Frater : Yang lain, selain ini, yang penting?
Bintang : Injil, karena dari injil tersebut, kita dapat mengetahui
ayat-ayat injil mana yang harus kita lakukan dengan baik.
Frater : Apa yang didapatkan dari, apa yang kita dapatkan setelah
mengikuti Perayaan Ekaristi dari awal sampai akhir?
Bintang : Aku, yang ku dapatkan. Berkat Tuhan. Semakin mampu mengenali diri sendiri. Semakin mengenal Tuhan.
Bintang : Nilai yang lain frater. Nilai yang
kudapatkan setelah mengikuti Perayaan Ekaristi ini kan? Mempunyai hubungan baik
bersama teman-teman dan keluarga.
Frater : Apalah yang didapatkan, katakana saja
semua. Uda? Cukup? Ada yang masih mau disampaikan lagi? Cukup ini aja? Oke,
terima kasih atas waktunya, terima kasih untuk jawabannya.
Setelah memanggil 3 orang siswa dari kelas XI, peneliti
meminta mereka memasuki ruangan secara bersamaan karena waktu yang tidak
memungkinkan. Wawancara terjadi pada pukul 12.43 sampai pukul 13.21 WIB.
Frater : Oke, nama?
Nuria : Itukan ada namanya. Nuria sinaga
Frater : Umur?
Nuria : 17 tahun.
Frater : Kelas?
Nuria : XI Tekhnik Informatika A.
Frater : Oke begini. Frater jelaskan lagi sedikit
ya. Frater mendapat tugas dari kampus. Matakuliah metode penelitian. Jadi
frater meneliti SMK RK bintang timur, seperti yang dilakukan fr. Kaisar.
Penelitiannya berkaitan tentang pemahaman para pelajar mengenai Sakramen
Ekaristi. Uda tahu kan. Kelas satu sudah
belajar mengnai sakramen-sakramen.
Frater : Oke, sudah bisa kita mulai. Nuria sinaga, apa yang kamu ketahui
tentang Sakramen Ekaristi. Artinya, arti dari Sakramen Ekaristi itu kira-kira
apa?
Nuria : Perjamuan kuduskan, pemberkatan. Ekaristi itu kan apa, menerima
hosti itu ye?
Frater : Apa lah kira-kira. Dirangkailah
kata-katanya yang menarik.
Nuria : Kok aku lah yang duluan tadi. Sambil tertawa-tawa.
Frater : Apa? Kira-kiralah. Apalah kira-kira yang kalian tangkap dari
Sakramen Ekaristi itu?
Nuria : Apa tadi, uda lupa aku. Sakramen penerimaan
tubuh dan darah Kristus yang diterima
oleh masyarakat yang sudah sambut pertama.
Frater : Apa yang terjadi selama Perayaan Ekaristi?
Dari awal sampai akhir. Apa-apa ajalah, mulai dari awal. Jarang ke gereja pasti
ini. Berapa kali seminggu ke gereja?
Nuria : Rajin aku ya. 4 kali sebulan. Apalah ya.
Mulai dari pembukaan. Itulah ya, pembukaan. Berdoa, bernyanyi, penerimaan
sakramen ekaristi.
Frater : Pernah mendengar istilah devosi ekaristi?
Nuria : Nggak pernah. Sambil tertawa dan menggelengkan kepala.
Frater : Istilah-istilah lain dari Sakramen
Ekaristi.
Nuria : Komuni. Menerima tubuh dan darah Kristus.
Frater : Apa yang menjadi dasar kira-kira. Dasar
dari Sakramen Ekaristi itu?
Nuria : Roti diumpamakan sebagai Tubuh Kristus. Dan
anggurnya diumpamakan sebagai darah Kristus.
Frater : Sejarah dari Perayaan Ekaristi. Hem,
kira-kira. Darimanalah asal Sakramen Ekaristi itu? Siapa yang pertama kali
melakukan Perayaan Ekaristi.
Nuria : Gantilah dulu frater. Nanti diulangi lagi.
Frater : Oke, inilah. Ini lebih kepada penghayatan
pribadi. Apa yang kamu hayati selama Perayaan Ekaristi?
Nuria : Oh, Yesus rela mati dikayu salib untuk
menebus dosa umat manusia. Tunggu dulu, eh, dengan darah yang bercucuran.
Frater : Kemudian, apa bagian yang terpenting menurutmu dalam Perayaan
Ekaristi? Pada bagian mana yang terpenting menurutmu. Dari awal sampai akhir.
Nuria : Kotbah, penerimaan komuni.
Frater : Kenapa kotbah itu penting?
Nuria : Karena berisi tentang kabar gembira tentang
Yesus Kristus sendiri.
Frater : Komuni itu penting?
Nuria : Penting frater. Karena tadi frater uda
tahunya frater, roti diumpamakan sebagai tubuh Kristus
Frater : Persiapan apa yang dilakukan. Baik persiapan fisik sampai ke
persiapan batin.
Nuria : Pertama mempersiapkan hati nurani untuk
menerima Tubuh Kristus.
Frater : Apa yang didapatkan setelah Perayaan Ekaristi?
Nuria : Berkat.
Frater : Dari awal sampai akhir itu, kira-kira apa didapatkan.
Nuria : Makna tentang Yesus Kristus.
Frater : Nama ?
Desy : Maria Desi Nababan. Maria
Desi Natalia Nababan
Frater : umur?
Maria : 16 tahun
Frater : Kelas?
Maria : XI Tekhnik Informatika A.
Frater : Pertanyaan yang sama, apa itu sakramen
ekaristi?
Maria : Sakramen yang diterima oleh umat Allah
setelah komuni pertama atau sambut pertama.
Frater : Ada tambahan.
Maria : nggak ada frater, cukup itu aja.
Frater : Apa yang terjadi selama Perayaan Ekaristi?
Maria : Doa pembukaan. Pujian Syukur. Penerimaan
Tubuh dan Darah Kristus. Eh terbalik, maunya kotbah dulu. Doa penutup. Itu aja
frater, biar cepat.
Frater : Oke, kemudian. Pernah mendengar istilah
devosi ekaristi? Nggak.
Maria : Baru. Baru ini didengar frater.
Frater : Kemudian, perbedaan Sakramen Ekaristi
dengan. Oh, apa lagi itu, pasti gak tahu. Istilah-istilah lain dari Sakramen
Ekaristi?
Maria : Komuni pertama, penerimaan Tubuh dan darah
Kristus. Uda.
“Hy frater”, sapa seorang siswa yang sebelumnya telah dihubungi untuk
wawancara, datang dan menegur kami.
Maria : Dasarnya,
Frater : Apa dasar dari Sakramen Ekaristi?
Maria : Ekaristi. Dasarnya. Apa ya, itu aja frater
Perjamuan malam terakhir. Itu aja.
Frater : Apa yang kamu ketahui tentang sejarah dari
Sakramen Ekaristi? Sejarhnya, ia, asalnya.
Maria : Sejarahnya, frater? Nggak tahu frater.
Gereja melakukan ekaristi sebagai pusat dan puncak kehidupannya.
Frater : A pa yang
dihayati selama perayaan ekaristi
Maria : Yang kuhayati frater?yang dihayati itu,
kotbah yang disampaikan oleh romo. Kisah tentang
perjalanan hidup yesus.
Frater : Apa persiapan yang dilakukan?
Maria : Kalau secara fisik, menggunakan pakaian yang sopan. Kelau secara
rohani, persiapan hati nurani, terus memfokuskan pikiran pada perayaan
ekaristi. Itu ajalah frater.
Frater : Bagian yang terpenting dari perayaan ekaristi?
Maria : Yang terpenting? Apa ya, tunggu ya frater. terpenting saat
itulah, penerimaan Tubuh dan Darah Kristus.
Frater : Kenapa?
Maria : Sebab, eh agar kita menyadari bahwa Tubuh dan Darah kita adalah
Bait Allah.
Frater : Oke, apa yang didapatkan setelah mengikuti perayaan ekaristi?
Apa yang didapatkan.
Maria : Menyadari akan pengorbanan Yesus Kristus terhadap umat-umat
Allah.
Frater : Sejarahnya?
Maria : Perjamuan kudus yang dilakukan Yesus Kristus beserta dengan umat
Allah yang ditandai dengan penerimaan Tubuh dan Darah Kristus.
Frater : Nama?
Adel : Adelya Putri Sitanggang.
Frater : Umur?
Adel : 16
Frater : Kelas?
Adel : XI Tekhnik Informatika
Frater : Apa Sakramen Ekaristi del?
Adel : Oh, ya uda buatlah. Sakramen Ekaristi adalah, aku nggak tahu,
apa wey. Sakramen Ekaristi adalah sakramen yang diterima. Ah, gak tahu aku.
Nantilah dulu.
Frater : Oke, apa itu Sakramen Ekaristi?
Adel : Sakramen Ekaristi itu, bisanya kayak gini? Sakramen ungkapan
puji dan syukur kita melalui yang kita terima. Ungkapan Puji dan syukur kita
kepada Tuhan, yang kita tandai denganmenerima Darah dan Tubuh Kristus.
Frater : Pernah mendengar, nggak.
Adel : Nggak pernah frater.
Frater : Apa istilah lain dari Sakramen Ekaristi?
Adel : Misa kudus. Eh satu lagi pemecahan roti.
Frater : Oke, apa yang kamu ketahui mengenai dasar
dari Sakramen Ekaristi? Dasar dari sakramen ekaristi?
Adel : Dasarnya itu. Apa dasar?
Frater : Apalah yang menjadi dasar? Mengapa ada
ekaristi itu?
Adel : Itu apa ya, ada karena perjamuan Tuhan
dengan murid-muridnya, sebelum Yesus disidangnya, eh disalibkannya.
Frater : Kemudian, apa yang kamu hayati selama
Perayaan Ekaristi. Eh belum. Apa yang kamu ketahui mengenai sejarah Sakramen
Ekaristi?
Adel : Ekaristi itu, gak tahu aku. Ekaristi
dimulai saat, nantilah dulu itu frater.
Frater : Oke, lewati dulu. Apa yang kamu persiapkan
sebelum Perayaan Ekaristi. Sebelum dan selama perayaan ekaristi.
Adel : Jiwa dan raga. Berpakaian sopan. Tenang,
tertib. Mempersiapkan diri.
Frater : Kemudian, apa yang kamu hayati selama
Perayaan Ekaristi?
Ada
suster kepala sekolah datang. Dan menyapa kami.
Adel : Dengan menerima Tubuh dan Darah Kristus
kita mengetahui. Mengetahui apa tahe. Eh
bukan-bukan. Kita meyakini dan percaya kepada Tuhan. Dan tahu sejarah Tuhan.
Frater : Bagian mana yang terpenting dari Sakramen Ekaristi
Adel : Saat menerima tubuh dan darah kristus. Karena senanglah
menerima tubuh dan darah kristus. Lalu bagian doanya.
Frater : Doa apa ini? Doa umat atau doa syukur agung?
Adel : Ia doa syukur agung. Itu gak dibuat alasannya?
Frater : Ia alasannyalah.
Adel : Aku senang itu dengan suasananya dengan penuh hikmat dalam
mengucapkan syukur.
Frater : Persiapan tadi sudah? Apa yang didapatkan setelah mengikuti
perayaan ekaristi. buahnya.
Adel : Buahnya itu, saya sadar akan kebaikan Tuhan. Akan pengorbanan
Tuhan.
Frater,
ke tempat wafni frater naik apa? Jalan kaki? Tanya seorang murid yang mengajak
ke sana. Kalau jalan. kami nunggu frater atau nggak?
Adel : Sejarhnya tadi frater. Awalnya sakramen
dipisahkan antara komuni dengan penerimaan. Kemudian, digabung dengan minum
dari piala.
Frater : Ada tambahan?
Adel : Sebelumnya berasal dari perjamuan malam
Tuhan dengan murid-muridnya. Kemudian menjadi kebiasaan.
Frater : Oke, terima kasih.
[1] Konferensi
Wali Gereja Indonesia, Pedoman Gereja
Katolik Indonesia (Jakarta: tanpa penerbit, 1996), hlm 94-95.
[2] E.
Martasudjita, Sakramen-Sakramen Gereja:
Tinjauan Teologis, Liturgis Dan Pastoral (Yogyakarta: Kanisius, 2003), hlm.
284, 285.
[4] Konferensi
Waligereja Indonesia, Iman Katolik: Buku
Informasi dan Referensi (Yogyakarta: Kanisius, Jakarta: Obor, 1996), hlm.
401-403.
[5] E.
Martasudjita, Ekaristi: Tinjauan
Teologis, Liturgis dan Pastoral (Yogyakarta: Kanisius, 2005), hlm. 415-416.
[7] E.
Martasudjita, Sakramen-Sakramen ... ,
hlm. 269.
[8] E.
Martasudjita, Sakramen-Sakramen ... ,
hlm. 269.
[9] E.
Martasudjita, Ekaristi ..., hlm. 31.
[10] Nico Syukur
Dister, Teologi Sistematika 2: Ekonomi
Keselamatan (Yogyakarta: Kanisius, 2004), hlm. 388.
[11] Nico Syukur
Dister, Teologi ..., hlm. 388-389.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar