Kamis, 21 Maret 2013






PERBANDINGAN KISAH PENCIPTAAN DALAM KEBATINAN JAWA
DENGAN
KITAB KEJADIAN 1:1-2:4A

1.    Pendahuluan
Setiap orang bertanya tentang adanya, begitulah kata para filsuf.Orang bertanya tentang darimana asal dunia?bagaimana proses penciptaan? Kapan manusia dicipta?Siapa yang mencipta? Rasa ingin tahu itu dijawab dengan beragam cara dalam tiap budaya. Dari dalam tiap-tiap budaya terkandung kekayaan sendiri.Oleh karena itu kami merasa penting untuk mengetahui konsep itu dalam budaya Jawa. Maka dengan tulisan ini kami membahas kisah penciptaan dalam tradisi kebatinan Jawa sekaligus sebagai bandingan atas kisah penciptaan dalam Kitab Suci Perjanjian Lama (Kej1:1-2:4a).

2.    Kisah Penciptaan dalam Kitab Suci Perjanjian Lama
2.1.   Allah Menciptakan Lagit dan Bumi serta Isinya (Kej 1:1-2:4a)
Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Berfirmanlah Allah: "Jadilah terang." Lalu terang itu jadi.Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap.Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam.Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama.Berfirmanlah Allah: "Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air."Maka Allah menjadikan cakrawala dan Ia memisahkan air yang ada di bawah cakrawala itu dari air yang ada di atasnya. Dan jadilah demikian.Lalu Allah menamai cakrawala itu langit.Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kedua.Berfirmanlah Allah: "Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering." Dan jadilah demikian.Lalu Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamai-Nya laut.Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Berfirmanlah Allah: "Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi." Dan jadilah demikian.Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang berbiji.Allah melihat bahwa semuanya itu baik.Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ketiga. Berfirmanlah Allah: "Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun,dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu menerangi bumi."Dan jadilah demikian.Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-bintang.Allah menaruh semuanya itu di cakrawala untuk menerangi bumi, dan untuk menguasai siang dan malam, dan untuk memisahkan terang dari gelap.Allah melihat bahwa semuanya itu baik.Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keempat. Berfirmanlah Allah: "Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup, dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala." Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air, dan segala jenis burung yang bersayap.Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Lalu Allah memberkati semuanya itu, firman-Nya: "Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah air dalam laut, dan hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kelima. Berfirmanlah Allah: "Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis makhluk yang hidup, ternak dan binatang melata dan segala jenis binatang liar." Dan jadilah demikian.Allah menjadikan segala jenis binatang liar dan segala jenis ternak dan segala jenis binatang melata di muka bumi.Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi. Berfirmanlah Allah: "Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu. Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya."Dan jadilah demikian.Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik.Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya. Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. Ketika TUHAN Allah menjadikan bumi dan langit


2.2.   Komentar atas Teks
“Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi” (Kej1:1). Kejadian 1:1 ini mengungkapkan ide bahwa Allah adalah pencipta dari ketiadaan.Ide ini sering disebut creation ex nihilo.Ayat ini secara jelas menjawab pertanyaan tentang asal-usul alam semesta.Allahlah pencipta dan asal mula segala sesuatu.[1]
“Bumi belum berbentuk dan masih kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.”(Kej1:1-2). Suasana yang digambarkan adalah suasana khaos.[2].

Tindakan Pertama (Kej1:3-5)
Berfirmanlah Allah; “Jadilah terang.”Lalu terang itu jadi.Ayat ini member gambaran kepada kita betapa berkuasanya Allah.Sabda-Nya sungguh berdaya.Apa yang disabdakanmenjadi nyata.Kata terang berlawanan dengan gelap.Terang diperlukan supaya bisa melihat.Kata terang oleh para ahli dan teolog sering dikaitkan dengan Enuma Elish.Tuhan berkata, “Jadilah terang”, terang sebagai ciptaan pertama, secara alami memberi kesan gejala permulaan, Nampak di beberapa kosmogonis, tetapi ini tidak mengungkapkan apa yang diketahui dalam legenda bangsa Babylonia. Pencipta diidentikiasikan dengan elemen utama dari kosmos, dan antitesis dari cahaya dan kegelapan didramatisasikan dengan konflik antara dewa dan monster kekacaubalauan.Ucapan “Baik” sebagai persetujuan tidak diberikan kepada kegelapan mengungkapkan perbedaan dari karya Tuhan dengan ketidakteraturan yang merupakan bagian dari kegelapan.
Tuhan menamainya, dengan memberi nama menunjukkan bahwa sesuatu itu menjadi ada, dalam pemikiran bangsa Babylonia “surga tidak memiliki nama”, ini berarti bahwa surga tidaklah eksis. Ketika Allah menamai itu siang dan malam, Ia telah melakukan hakNya sebagai Tuhan yang mulia, dalam bahasa ibrani “menamai” sama dengan memanggil. Dengan memanggil terang, Allah memperkerjakan siang sebagai abdiNya, demikian juga dengan malam. Sehingga mereka berdua menjadi abdi yang bekerja kepada Allah.[3]



Tindakan ke dua (Kej1: 6-8)
Berfirmanlah Allah: "Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air"(Kej1:6).“Cakrawala”, merupakan penopang air di atas langit dan penyangga langit.Cakrawala kerap para digambarkan seperti sebuah mankok yang terbalikmirip dengan kaca.Perintah yang kedua adalah keberadan cakrawala, yang berfungsi untuk memisahkan air yang diatas dan air yang di bawah[4].  Diatasnya terdapat air yang dapat turun menjadi hujan melalui jendela atau pintu,  yang terbuka atau tertutup sesuai atas kehendakNya. Ide ini secara umum memisahkan dengan keras antara langit dan bumi.Mungkin ini mau menambahkan maksud dari “Langit”.Dalam kisah penciptaan cakrawala ini Allah menciptakan langsung tanpa perantaraan sabdaNya, berbeda dengan ciptaan lain yang terjadi dengan perantaraan sabda, seolah olah ada pertentangan disini namun perlu disadari bahwa melalui kisah ini ingin disampaikan bahwa kadang Allah begitu dekat dan kadang begitu jauh.[5]

Tindakan ke Tiga (Kej1:9-13)
Berfirmanlah Allah: "Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering."Allah menata air yang ada di bawah cakerawala.Kemudian memisahkan air dari tanah.Tanah menjadi subjek pertumbuhan bagi segala tumbukan yang ada di bumi.Pekerjaan Ketiga: Tuhan memisahkan daratan dari air.Pada mulanya samudera tidak berpantai, sekarang menempatkan kembali pada keadaan / bentuk saat ini.Pada awalnya bumi ditutupi oleh air, tetapi pikiran ini tidak konsisten dengan ide dari campuran lumpur bumi dan air sebagaimana dikesankan pada umumnya.Selanjutnya dari sisa-sisa dari ketakteraturan yaitu air dibawah.Namun pada intinya daratan dan laut dipisahkan.Seluruh kekuatan, daya penghidup yang ada pada tanah berada di bawah firman Tuhan.[6]

Penciptaan Tumbuhan:
Berfirmanlah Allah: "Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi." Penciptaan bumi pada hari yang sama, diikuti dengan munculnya tumbuh-tumbuhan hidup. Bumi dalam pemikiran kuno dipandang sebagai ibu yang melahirkan[7]. Sebab dalam bumi sendiri diberkati dengan kekuatan menghasilkan atau menumbuhkan tanaman berbeda dengan ciptaan lain karena tanaman tidak memiliki napas [8].  Sebab tumbuhan tidaklah langsung berhubungan dengan Tuhan, melainkan berhubunga dengan  tanah yang menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, dan pada akhirnya tumbuhanpun akan kembali ke dalam tanah.[9]Nampak disini untuk memasukkan semua tanaman dalam tingkat pertumbuhan yang sederhana, bukan rumput, perdu dan pohon melainkan hanya dua jenis.Pemisahan itu dadasarkan pada metode reproduksi yaitu hanya yang berbiji dan buah yang menghasilkan biji. Ciptaan Allah adalah asli dan bukan suatu jiplakan.Allah yang maha besar menghargai keistimeaan tiap-tiap ciptaannya.[10]
Hari keempat: Penciptaan benda-benda bercahaya di langit.
Sebuah paralel dengan penciptaan hari pertama.Disini hanya dijelaskan penciptaan matahari dan bulan, dan bintang sebagai tambahan.Pada masa itu bangsa Israel dikeliling oleh bangsa-bangsa yang menyembah berbagai macam bintang yang ada di angkasa.[11]Ini adalah kenyataan religious bagaimanapun ini sangat agung, karena tanda pemikiran Ibrani dari penyembahan berhala dengan ide bintang kepada monotheisme yang murni.Dunia kuno dan bangsa Babylonia pada khususnya, memandang benda langit sebagai mahluk hidup.Dan mereka yakin bahwa mereka dihimpun atau diidetikkan dengan dewa-dewa.Israel dan para imam-imamnya senantiasa mengawasi kepercayaan dan ajaran mereka, dan menolak penyembahan bintang dalam bentuk apapun juga.Mereka juga menolak kedewaan matahari, bulan dan bintang.[12]

Hari kelima:  Allah menciptakan mahkluk di air dan burung di udara.
Pada saat ini bumi dipandang sebagai tempat tinggal bagi mahkluk hidup.Segala kondisi yang mendukung sudah diberikan.Pada hari kelima dimulai penciptaan mahkluk hidup.[13]Berkeriapan, menunjukkan ketidakteraturan kehidupan di laut dan udara begitu melimapah dan tak terbilang banyaknya.Untuk pertama kali disebutkan tentang mahkluk yang hidup (nephes) yang sangat penting, dalam kepecayaan Ibrani kuno tumbuhan bukanlah mahkluk hidup, sebab tidak memiliki nephes.Pengarang mulai menyadari bahwa kehidupan berawal dari air, dan kelas burung tidak begitu jauh dari kelas ikan. Dalam ayat 22 Allah memberikan kepad mahkluk hidup itu kemampuan untuk mencipta atau berkembang biak.[14]Dalam peristiwa ini ingin diungkapkan mengenai  hubungan dari dua bentuk berbeda, satu ciptaan berada di bawah ciptaan lain. Diduga dua sumber pekerjaan yang berbeda telah digabungkan supaya dibawa pada keseluruhan di dalam skema penciptaan hari keenam.
Penciptaan binatang di dalam air menurut perjanjian lama, nampak pertama di atas bumi.Di dalam air diciptakan binatang air kemungkinan ini berkaitan dengan mitologi dari monster laut yang melegenda yaitu Tiamat. Penafsiran mitologi berkaitan dengan tradisi eksegetik Ibrani
Tuhan memberkati mereka, ini bertentangan  dengan tumbuhan yang menghasilkan kekuatan, dan yang termasuk dalam ciptaan. Mahluk hidup diberkati dengan hak dan pemisahan yang bebeda dengan tindakan pemberkatan.Sedangkan tumbuhan tidak.Pembedaan ini alami.

Hari keenam: Hewan darat diciptakan dan dilanjutkan dengan penciptaan manusia.
Disini  sebuah istilah umum bagi binatang darat, dibatasi dengan apa yang mendahului mahkluk hidup yang tumbuh dari bumi. Binatang yang lebih tinggi derajatnya dan manusia diciptakan pada hari tarakhir.[15]Dengan kisah ini hendak dinyatakan bahwa manusia dan keturunanya dan segala yang berkaitan dengan kebutuhan hidupnya sehari-hari ternyata tidak begitu jauh berbeda dengan binatang yang derajatnya lebih tinggi.[16]Binatang liar dihubungkan dengan bumi sebagai dasar dari hidup, dan dari ikatan ciptaan ini menerima hidup dan kematian[17]. Alam hewan sungguh langsung berkaitan dengan bumi atau dengan kata lain, binatang sepenuhnya adalah termasuk dari alam. Binatang-binantang tidak memiliku hubungan langsung dengan Allah.Sebab bumi memiliki daya untuk memencarkan kehidupan.[18]
Klasifikasi dibedakan menjadi tiga jenis yaitu : binatang liar, binatang jinak dan reptil termasuk serangga yang merayap agaknya pengelompokaan ini nampak pada log batu yang ditemukan di Babylonia, ternak di ladang, binatang liar dan ciptaan dari kota. Tuhan mengatakan bahwa semuanya adalah baik, ungkapan ini membedakan secara khusus dari semua pekerjaan dari penciptaan manusia, yang terjadi pada hari yang sama, ketidakhadiran dari berkat merupakan sesuatu yang mengherankan, tetapi itu spekulasi yang tak berarti.
Sebagai sebuah cerita ini mendekati sebuah akhir.Keistimewaan khusus dari karya pada hari terakhir.Manusia merupakan tujuan dan mahkota dari segala mahkluk.Penciptaan manusia sungguh diasingkan dari penciptaan sebelumnya. “marilah Kita membuat manusia…”, banyak penjelasan ingin mengungkapkan penjelasan bahwa Tuhan disini adalah sebuah sidang agung dengan ciptaan ilahi, seperti malaikat dan yang lainnya, Tuhan tidak sendiri. Ini bertentangan dengan doktrin kitab suci dan juga tidak disinggung dalam tradisi P, dimanapun juga.Mungkin tradisi ini sudah ada sejak jaman pra Israel, dimana paham politheisme masih ditemukan.Dalam tradisi ini ingin ditekankan sisi anthrophomorpis dari Allah.Kata “kita” disini merupakan suatu kata jamak kehormatan (pluralis mayestaticus).[19]
Ide umum dalam keserupaan / kemiripan   manusia dengan Allah, banyak ditemukan dalam literature klasik, dan kadang-kadang istilah ini sering sekali dipakai.Kata serupa / secitra ini sebenarnya adalah kata asing dalam agama Yahudi.Ide ini ditemukan dalam secara khusus dalam tradisi P.
Adam (bersama-sama), oleh karena itu tidak pernah digunakan dalam bentuk plural (kolektif), sebab secara harafiah kata adam berarti kemanusiaan. Dalam hal ini terkandung pengertian kesatuan manusia, meskipun hal itu tidak dititkberatkan.Meskipun antara manusia dan hewan ada banyak kemiripan, namun manusia dicipta menurut gambar dan citra Allah yaitu memiliki pikiran, bakat dan sewatak dengan Allah.[20]Manusia adalah gambaran Allah yang seluruhnya ditiru menurut asalnya.
Manusia diberi kekuasaan dan kedudukan atas alam semesta, hal ini berarti bahwa manusia memiliki tugas untuk memelihara dan  menjaga alam ciptaan ini. Kekuasaannya tahkluk kepada Tuhan yang memberikan kuasa itu.Keserupaan atau “imago dei” bukalah suatu sifat atau keadaan yang immanent pada manusia, kedudukan ini diperolehnya berkat kaitannya dengan Allah.Mengapa Allah menganugerahkan hal itu? Sebab Allah percaya kepaa manusia, diluar hubungan kedekatan tersebut maka manusia tidak segambar dengan Allah, sebuah cermin hanya dapat memantulkan cahaya jka ia diarahkan menuju sumber cahaya itu, inilah analogi yang dapat dugunakan untuk menjelaskan “imago Dei”.
Sebenarnya seorang manusia terdiri dari unsure maskulin dan feminism.Keduanya menurut kesadaran manusia ang adalah manusia sempurna.Dengan ini dihapus sebuah alam pemandangan rendah, mengenai pembedaan perkelaminan yang ada di dunia ini.Perkelaminan adalah karunia Allah. Seperti pemerintahan manusia atas semesta dicerminkan sebagai pemerintahan Allah, demikian pula persekutuan Allah dengan manusia dipantulkan oleh persekutuan antara laku-laki dan perempuan[21]

3.        Kisah Penciptaan Menurut Mitologi Jawa
3.1.Kisah Penciptaan
            Tuhan menciptakan alam dan segala isinya dari tiada menjadi ada karena kehendakNya ( creatio ex nihilo).  Penciptaan dalam  tradisi Jawa dinyatakan dalam delapan dalil seperti yang termuat dalam Serat Wirid. Dalil pertama berbicara mengenaiIngsung  yaitu yang keka, hakekat zat yang Maha Suci. Pada dalil yang ketigadilakukan penciptaan manusia. Manusia dicipta dari empat anasir: bumi, api, angin dan air, yang menjadi wujud sifatTuhan, di dalamnyaada lima hal yaitu: nur, roh, rasa, nafsu, budi. Dalam Dalil ketiga ini dikatakan adanya hubungan yang sangat dekat antara Allah dan manusia. Allah menciptakan manusia dari tanah dan meniupkan rohNya ke dalam manusia. Manusia  diberi nama Adam. Dalil yang laintentang teori emanasi bahwa semua mengalir dari tuhan.
Dalam Serat Sasangka Djati,buku Gumelaring Dumadi, mirip dengan yang termuat dalam Serat Wiriddiceritakan bahwa Ia menciptakan segala hal yang ada dari empat anasir, yakni: air, api, tanah, dan udara, segala sesuatu diciptakan oleh Gusti. Yang pertama diciptakan adalah alam semesta. Setelah itu diciptakan manusia, tumbuhan, hewandan dewa-dewi.[22]
Secara ringkas, proses penciptaan adalah sebagai berikut: Tuhan sudah ada, sebelum ada alam semesta, Sebelum menciptakan duniahendak  menurunkan Roh Suci, Cahaya Tuhan. Tetapi karena belum ada tempat untuk manusia, hal ini menyebakan kehendaknya terhenti. Lalu Tuhan menciptakan dunia, melalui Sukma Sejati,  sebagai tempat untuk Roh Suci. Pertama-tama diciptakan keempat anasir, yakni angin, air, tanah dan api. Pertama adalah angin dan api. Api terbagi menjadi dua, sebagian disebut matahari dan lainnya adalah api yang ada di bawah. Kedua bagian api tadi saling mempengaruhi dan diliputi oleh angin. Setelah angin dan api tercipta, Tuhan mencipta air. Air terletak di atas dan di bawah dan diliputi juga oleh angin. Ketiga unsur tadi saling mempengaruhi dan akhirnya terciptalah tanah. Tanah pada mulanya melayang-layang di angkasa dan lama kelamaan berkumpul seperti awan dan jatuh ke dalam air. percampuran air dan tanah ini lama-kelamaan semakin tebal dan padat karena disinari oleh matahari. Inilah yang menjadi dunia kita sekarang.[23]
Setelah dunia tercipta maka Tuhan menciptakan manusia, tumbuh-tumbuhan, hewan dan makhluk-makhluk lain. Manusia merupakan ciptaan tertinggi, karena ia berasal dari keempat anasir dan Roh Suci.[24]Manusia diciptakan setelah penciptaan semesta, agak berbeda dengan Kitab Suci. binatang tercipta dari Roh Suci yang hanya diberi tiga macam unsur, yakni: angin, api, dan tanah. Bila ciptaan itu mati, maka Roh Suci akan kembali bersatu dengan Tuhan, sedangkan badannya akan kembali kepada ketiga unsur pembentuknya. Tumbuhan berasal bukan dari Roh Suci, namun dari daya dunia besar ketika dunia ada. Ia tercipta dari air dan tanah yang dipengaruhi oleh angin dan api. Makhluk halus juga tidak mempunyai Roh Suci dan Suksma Sejati. Jiwanya tercipta dari kekuasaan Tuhan atau bayangan Suksma Kawekas. Jadi jiwa tumbuh-tumbuhan dan makhluk halus tidak kekal.[25]
4.    Perbandingan Antara Kisah Penciptaan dalam Kebatinan Jawa dengan Kisah Penciptaan dalam Kitab Suci
            Ada bebarapa persamaan yang terkandung dari kedua kisah penciptaan dalam kebatinan jawa dan dalam Kitab suci, yaitu:Dalam proses penciptaan, keduanya sama-sama mengisahkan bahwa ciptaan pertama ialah alam semesta atau dunia dan kemudian disusul ciptaan-ciptaan yang lain yang menempati dunia tersebut. Sedangkan manusia di ciptakan pada urutan terakhir.Manusia sebagai ciptaan tertinggi Manusia adalah inti dai segala yang diciptakan Allah. Manusia adalah ciptaan tertinggi dari ciptaan lain. Dalam hal ini, manusia disebutkan mempunyai unsur ciptaan yang paling sempurna dibandingkan dengan ciptaan lain, yaitu mempunyai ke empat anasir: air, tanah, udara dan api. Selain itu manusia juga mempunyai kekuatan nalar yang tidak dimiliki mahluk lain. Sama halnya dengan kisah penciptaan dalam Kitab Suci, bahwa manusia diciptakan sungguh baik adanya. Manusia dicipta segambar dengan  dan mempunyai nilai kesempurnaan sebagai ciptaan dibandingkan ciptaan lain. Kedua kisah ini sama-sama ingin menunjukkan bahwa segala sesuatu tidak akan ada tanpa kehendak Allah. Kedua kisah ini ingin menunjukkan bagaimana kemahakuasaan Allah yng mengatasi segala yang ada, yaitu segala ciptaan-Nya. Allah menjadi tokoh sentral dalam proses penciptaan. Kedua kisah ini sama-sama menunjukkan bahwa sebelum Allah memulai karya ciptaan-Nya, seluruh jagad raya ini kosong. Maka kedua kisah ini sebenarnya igin menunjukkan bahwa Allah mencipta dari ketiadaan. Allah membuat dari yang tidak ada menjadi ada.
            Perbedaan yang terdapat dalam kedua kisah adalah sebagai berikut:Kisah penciptaan dalam kebatinan jawa, Allah menciptakan segala sesuatu yang ada dari keempat anasir yaitu tanah, air, udara dan api. Akan tetapi hanya manusia yang mempunyai kelengkapan dari keempat anasir tersebut. Sedangkan ciptaan lain hanya terdiri dari beberapa anasir. Dari pengertian ini, sangat berbada dengan kisah yang ada dalam Kitab Suci. Manusia mendapat posisi kedua dalam proses penciptaan. Hal tersebut berbeda dengan kitab suci yang menempatkan manusia pada urutan terakhir.  Di sana di ungkapkan bahwa, Allah dalam menciptakan segala sesuatu hanya berdasarkan atas apa yang ia ucapkan. Artinya, dalam proses penciptaan ini, Allah tidak menggunakan mediator lain. Tetapi, hanya dari apa yang ia ucapkan maka segala yang Ia kehendaki terjadi. kisah penciptaan yang terdapat dalam Kitab Suci dengan jelas dikatakan priode waktu dimana Allah melakukan ciptaan. Berbeda dengan kisah dalam Kebatinan Jawa. Disana tidak dikatakan kapan (hari) Allah melakukan proses ciptaaan. Yang terjadi hanyalah urutan kejadian dari awal hingga akhir, yaitu dari dunia hingga manusia.dalam Kej 1:2, dikatakan bahwa Roh Allah melayang-layang diatas air. Ayat pembuka tersebut juga menceritakan bahwa sebelum tindkan kreatif Allah, dunia masih merupakan suatu masa yang tidak berbentuk, seperti samudera raya yang kacau-balau. Diatas permukaan air yang kacau itu, roh Allah mulai berkarya. Akan tetapi kisah penciptaan dalam kebatinan Jawa justru menjelaskan hal yang berbeda. Di sana dikatakan bahwa sebelum Alllah menciptakan dunia, Ia terlebih dahulu menciptakan keempat anasir yang termasuk air didalamnya.
            Proses penciptaan dalam kebatinan Jawa seolah-olah menunjukkan bahwaada beberapa hal yang secara murni tidak secara langsung tercipta oleh Allah. Misalnya, proses terjadinya tanah, dikatakan bahwa proses terbentuknya tanah adalah hasil dari saling mempengaruhinya antara air diatas dan dibawah yang diliputi oleh angin. Dari sini jelas bahwa tanah terbentuk dari proses yang manual dan bukan secara langsung dicipta Allah. Berbeda dengan kisah dalam Kitab Suci, di sana dikatakan bahwa adanya tanah dihendaki Allah, terbentuklah tanah. Kisah penciptaan dalam kebatinan Jawa mengisahkan bahwa setelah Allah menciptakan dunia, kemudian Ia menciptakan mahluk hidup termasuk mahluk lain (malaikat, dll). Tapi dalam Kitab Suci tidak dikatakan bahwa Allah menciptakan mahluk lain (malaikat), tetapi hanya dikatakan bahwa sebelum bumi ada, Roh Allah melayang-layang di atas air. (lih Kej 1:2). Dalam kebatinan Jawa, kisah penciptaan dijelaskan secara lengkap berdasarkan unsur-unsur yang ada di dalamnya. Misalnya, adanya panca indra dan keempat nafsu serta tiga daya kuasa yang menjadi wujud kesempurnaan manusia. Akan tetapi dalam Kitab Suci, hanya menggunakan istilah “gambar dan rupa”.
5.    Penutup
            Kebudayaan menjawab berbagai pertanyaan yang ada dalam benak manusia. Melalui mitos-mitos dijelaskan asal-muasal dunia dan segala isinya. Kitab suci juga lahir dari permenungan akan Allah yang dipengaruhi oleh budaya Israel dan orang-orang di sekitarnya. Keingintahuan manusia untuk mengetahui penciptaan dunia memiliki banyak versi. Masing-masing suku mempunyai jawaban tersendiri atas semua pertanyaan tersebut. Kisah dalam masing-masing suku itu menghantar pada pemahaman bahwa semua manusia ada yang mencipta. Pemahaman itu  membawa manusia pada Yang Maha Kuasa. Baik kitab suci maupun cerita dalam masing-masing budaya membawa orang pada yang ilahi. Perbandingan antara budaya Jawa dan kitab suci ini saling mengoreksi dan mengevaluasi. Yang benar dari masing-masing bisa dipakai untuk sampai pada Allah.



















Daftar Pustaka

Bergant, Dianne – Robert J. Karris (ed.). Tafsir Alkitab Perjanjian Lama.Yogyakarta: Kanisius, 2002.
Ciptoprawiro, Abdulah. Filsafat Jawa: Manusia dalam Tiga Dimensi Lingkungan Hidup. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan, [tanpa tahun].
Haryanto,S. Bayang-Bayang Adhiluhung. Semarang: Dahara Prize, 1992.
Lempp, Walter.Tafsiran Kedjadian, Jakarta: Badan Penerbit Kristen, 1964.
Mertowardojo, R. Soenarto. Kitab Sasangkaning-Djati. Djakarta: Pagujuban Ngesti Tunggal, 1969.
Poedjawijanta,I. R. Filsafat Sana-Sini. Yogyakarta: Kanisius, 1975.
Simamora, Serpulus. Pengantar ke dalam Pentateukh.Pematangsiantar: STFT St. Yohanes, 2001. (Diktat).
von Rad, Gerhard. Genesis: Old Testament Library. London: SCM Press Ltd., 1972.






[1] Kebudayaan Jawa menyebut Allah sebagai Sang Sangkan Paraning Dumadi, artinya Allah adalah Asal dan Tujuan segala sesuatu.

[2]Khaos berarti kacau balau.

[3] Walter lempp, Tafsiran Kedjadian, (Jakarta: Badan Penerbit Kristen, 1964), hal. 24.
[4]Gerhard von Rad, Genesis: Old Testament Library(London: SCM Press Ltd., 1972), hlm.53.

[5]Walter lempp, Tafsiran …, hlm.28-29.

[6]Walter lempp, Tafsiran …, hlm.31.

[7]Gerhard von Rad, Genesis:…,hlm. 55.
[8]Gerhard von Rad, Genesis:…,hlm.55.

[9]Walter lempp, Tafsiran …, hlm.31.

[10]Walter lempp, Tafsiran …, hlm.33.

[11]Walter lempp, Tafsiran …, hlm.39.

[12]Walter lempp, Tafsiran …, hlm.40.

[13]Gerhard von Rad, Genesis:…,hlm. 56.

[14]Walter lempp, Tafsiran …, hlm.45.

[15]Walter lempp, Tafsiran …, hlm.46.

[16]Walter lempp, Tafsiran …, hlm.46.

[17]Gerhard von Rad, Genesis:…,hlm.57.

[18]Walter lempp, Tafsiran …, hlm.47.

[19]Walter lempp, Tafsiran …, hlm.49.

[20]Walter lempp, Tafsiran …, hlm.50.
[21]Walter lempp, Tafsiran …, hlm.54.

[22] R. Soenarto Mertowardojo, Kitab Sasangkaning-Djati, ( Djakarta: Pagujuban Ngesti Tunggal, 1969), hlm. 40-61.

[23]R. Soenarto Mertowardojo, Kitab…, hlm. 40-42.

[24]R. Soenarto Mertowardojo, Kitab…, hlm. 43-47.

[25]R. Soenarto Mertowardojo, Kitab…, hlm. 57-61.