Minggu, 05 Juli 2015

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL.

SANTO YOSEF: SI MISTIKUS DARI COPERTINO

1.    Pengantar
Copertino adalah nama kota tempat kelahiran Yosef.[1] Yosef lahir di kandang keledai pada tanggal 17 Juni 1603 dari pasangan yang bernama Felice Desa dan Francesca Panaca. Yosef adalah anak bungsu dari enam bersaudara. Sejak kecil Yosef suka berkelahi, keras kepala dan emosional. Sesuatu yang baik tidak dapat diharapkan dari Yosef. Namun, pendampingan ibunya yang ketat, keras dan disiplin perlahan-lahan mengubah kebiasan buruk puteranya itu. Lukisan wajah Bunda Maria (Mamma Mia Grottella) di gereja Grottella menarik hati Yosef untuk membaktikan diri kepada Tuhan. Melalui rencana Tuhan, Yosef dipanggil menjadi saudara dina dalam Ordo Fransiskan Conventual di Grottella. Sampai saat ini beliau dikenal sebagai Santo Yosef Copertino.[2]

2.    Pengalaman Mistik St. Yosef Copertino
2.1 Daya Kekuatan Ilahi
Yosef Copertino adalah orang kudus yang memiliki karunia ajaib, yakni badannya mampu terangkat dengan sendirinya dan melayang-layang di udara tanpa bobot (levitatio). Selain itu, ia juga mampu berekstase selama berjam-jam ketika sedang merayakan Ekaristi dan berdoa Brevir. Pengalaman levitatio terjadi berkali-kali seumur hidupnya. Pengalaman itu kembali terjadi ketika ia berada di kantor walikota. Badannya terangkat ke atas seusai ia mengucapkan kata-kata rohani kepada walikota. Setelah ia kembali ke lantai, ia berkata pada walikota; “Maaf ini kelemahan saya.”[3]
Pengalaman ekstase dan levitatio yang dialami oleh Yosef Copertino merupakan pengalaman pengenalan yang melampaui kodrat manusia. Pengalaman tersebut tidak dapat dijelaskan tanpa campur tangan khusus dari Allah. Gereja Katolik menegaskan bahwa ekstase adalah pengalaman mistik dimana jiwa terangkat ke supranatural. Orang tersebut lepas dari pengaruh indra untuk melihat apa yang menjadi milik Tuhan. Orang-orang yang melihat karunia ekstase dan levitatio dalam diri Yosef, mengatakan bahwa Yosef kehilangan daya inderawi, ia hanya dalam hubungan langsung dengan Tuhan. Inilah pengalaman keadikodratian yang dialami oleh Yosef Copertino.[4]

2.2 Wujud Totalitas Diri
Yosef Copertino bukanlah orang yang cerdas. Ia dikenal sebagai orang yang bodoh dan lamban. Ia tidak menekankan akal budi dalam menjalin kesatuan intim dengan Allah. Pengenalan intuitif lebih ia tekankan dalam membangun relasi intim dengan Allah melalui hidup doa, askese dan kontemplasi secara intens. Yosef Copertino sangat mencintai doa dan menghayati hubungannya dengan Allah Tritunggal. Kesatuan yang mendalam antara Yosef dengan Allah membuahkan karunia-karunia yang istimewa bagi Yosef. Allah menganugerahkan karunia ekstase dan levitatio kepada Yosef.[5]
Ketika Yosef Copertino menjadi anggota Ordo St. Fransiskus Asisi, ia sangat mencintai doa sebagaimana tertulis dalam statuta, “agar segala urusan dan kesibukan semangat doa tidak terpadamkan”. Semangat doa tersebut sesuai dengan tradisi dan ciri-ciri Spiritualitas Fransiskan. Oleh karena itu, Yosef menghayati hubungan dengan Allah Tritunggal sebagai kasih dan berpusat pada misteri kemanusiaan Yesus: kelahiran, penderitaan, dan wafat-Nya. Misteri Ekaristi yang disebut Yosef “pecoriello” (Anak Domba) menjadi jantung cintanya. Dalam perayaan Ekaristi tersebut, Yosef sering mengalami ekstase dan levitatio. Ia menerima reaksi Allah dengan keterbukaan hati.[6]

2.3 Pengalaman Salib
Santo Yosef Copertino menyadari bahwa pengalaman digenggam oleh Allah tidak selamanya manis. Dia pernah mengalami malam gelap seperti yang dialami oleh St. Yohanes dari Salib. Yosef mengalami kesepian ketika ia diasingkan di biara Sacro Convento oleh pengadilan gerejawi. Ia merasa tidak betah tinggal di biara tersebut karena perlakuan yang kurang bersahabat dari pimpinan biara terhadap Yosef. Yosef tinggal sendiri dalam biara dan tidak boleh bersatu dengan saudara-saudara yang lain. Kegiatan dan perayaan-perayaan liturgi juga tidak dapat ia ikuti. Pimpinan biara menghina Yosef dengan kata-kata yang pedih. Ia dinilai berpura-pura kudus.[7]

Dalam situasi tersebut, Yosef mengalami “malam kelam Roh”. Yosef tidak sanggup berdoa seperti biasa. Ia tidak mampu lagi mengalami ekstase dan levitatio. Yosef merasa ditinggalkan oleh Tuhan dan sesama. Yosef mengalami kesepian dalam batinnya. Ia terus-menerus dikepung oleh berbagai macam godaan, khususnya yang berkaitan dengan hawa nafsu dan kecendrungan seksual.[8]

3.    Penutup
Demikian pengalaman yang mengagumkan dari St. Yosef Copertino. Meskipun St. Yosef Copertino pernah diadili oleh pengadilan gerejawi di Napoli, kejujuran dan kesalehannya tetap diakui sampai sekarang. Ia mempertaruhkan hidupnya bagi Tuhan dan Gereja melalui iman dan kasih. Pengalaman akan Allah adalah wujud totalitas diri sebagai tanggapan akan kehadiran Daya Ilahi. Pengalaman salib menjadikan pribadinya sebagai seorang mistikus yang perlu diteladani oleh umat beriman kristiani dewasa ini.

Daftar Pustaka
Heuken, A. Ensiklopedi Orang Kudus. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 199511.
M. Sabato, Salvatore. Santo Yosef dari Copertino: Pelindung Para Pelajar. Yogyakarta: Kanisius, 2003.

Marpaung, Manangar. Spiritualitas Mistik. Pematangsiantar: STFT St. Yohanes, 2013. (Diktat).

Mc Caver Snyder, Bernadette. 115 Kisah Santo-Santa yang Mengasyikkan. Yogyakarta: Kanisius, 2001.

Schneiders, Nicholaas Martinus. Orang Kudus Sepanjang Tahun. Jakarta: Obor, 2003.


[1] Yosef ditahbiskan menjadi imam biarawan Ordo Conventual pada tanggal 18 Maret 1628. Pada tanggal 18 September 1663, ia wafat di Osimo, Italia. Paus Benediktus XIV membeatifikasi Yosef Copertino pada tanggal 24 Februari 1753. Pada tanggal 16 Juli 1767, Paus Klemens XIII di Roma mengkanonisasi Yosef Copertino menjadi Santo. Tanggal 18 September ditetapkan oleh Gereja sebagai hari peringatan kepada Santo Yosef Copertino. Jasadnya masih utuh hingga sekarang dan disemayamkan di bawah lantai Kapel St. Maria, gereja St. Fransiskus Osimo. Kini gereja tersebut berubah nama menjadi Basilika St. Yosef Copertino [Lihat Nicholaas Martinus Schneiders, Orang Kudus Sepanjang Tahun (Jakarta: Obor, 2003), hlm. 461; bdk. Salvatore M. Sabato, Santo Yosef dari Copertino: Pelindung Para Pelajar (Yogyakarta: Kanisius, 2003), hlm. 13-14; bdk. juga Bernadette Mc Caver Snyder, 115 Kisah Santo-Santa yang Mengasyikkan (Yogyakarta: Kanisius, 2001), hlm. 142-143.]
[2] Salvatore M. Sabato, Santo Yosef …, hlm. 8-9; bdk. Bernadette Mc Caver Snyder, 115 Kisah …, hlm. 142.
[3] Salvatore M. Sabato, Santo Yosef ..., hlm. 19-33; bdk. Manangar Marpaung, Spiritualitas Mistik (Pematangsiantar: STFT St. Yohanes, 2013), hlm. 3-5. (Diktat); bdk. juga A. Heuken, Ensiklopedi Orang Kudus (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 199511), hlm. 333.
[4] Salvatore M. Sabato, Santo Yosef ..., hlm. 46.
[5] Salvatore M. Sabato, Santo Yosef ..., hlm. 23; bdk. Manangar Marpaung, Spiritualitas ..., hlm. 4. (Diktat).
[6] Salvatore M. Sabato, Santo Yosef ..., hlm. 24.
[7] Salvatore M. Sabato, Santo Yosef ..., hlm. 31; bdk. Manangar Marpaung, Spiritualitas ..., hlm. 4-5. (Diktat).
[8] Salvatore Sabato, Santo Yosef ..., hlm. 32-36.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar