SANTO YOSEF: SI MISTIKUS DARI COPERTINO
1. Pengantar
Copertino adalah nama kota tempat
kelahiran Yosef.[1] Yosef lahir di kandang keledai pada tanggal 17 Juni
1603 dari pasangan yang bernama Felice Desa dan Francesca Panaca. Yosef adalah
anak bungsu dari enam bersaudara. Sejak kecil Yosef suka berkelahi, keras kepala dan emosional. Sesuatu
yang baik tidak dapat diharapkan dari Yosef. Namun, pendampingan ibunya yang
ketat, keras dan disiplin perlahan-lahan mengubah kebiasan buruk puteranya itu.
Lukisan wajah Bunda Maria (Mamma Mia
Grottella) di gereja Grottella menarik hati Yosef untuk membaktikan diri
kepada Tuhan. Melalui rencana Tuhan, Yosef dipanggil menjadi saudara dina dalam
Ordo Fransiskan Conventual di Grottella. Sampai saat ini beliau dikenal sebagai
Santo Yosef Copertino.[2]
2. Pengalaman Mistik St.
Yosef Copertino
2.1 Daya Kekuatan Ilahi
Yosef Copertino adalah orang kudus yang
memiliki karunia ajaib, yakni badannya mampu terangkat dengan
sendirinya dan melayang-layang di udara tanpa bobot (levitatio). Selain itu, ia juga mampu berekstase selama berjam-jam
ketika sedang merayakan Ekaristi dan berdoa Brevir. Pengalaman levitatio terjadi
berkali-kali seumur hidupnya. Pengalaman itu kembali terjadi ketika
ia berada di kantor walikota. Badannya terangkat ke atas seusai ia mengucapkan
kata-kata rohani kepada walikota. Setelah ia kembali ke lantai, ia berkata pada
walikota; “Maaf ini kelemahan saya.”[3]
Pengalaman ekstase dan
levitatio yang dialami oleh Yosef
Copertino merupakan pengalaman pengenalan yang melampaui kodrat manusia.
Pengalaman tersebut tidak dapat dijelaskan tanpa campur tangan khusus dari
Allah. Gereja Katolik menegaskan bahwa ekstase adalah pengalaman mistik dimana
jiwa terangkat ke supranatural. Orang tersebut lepas dari pengaruh indra untuk
melihat apa yang menjadi milik Tuhan. Orang-orang yang melihat karunia ekstase
dan levitatio dalam diri Yosef,
mengatakan bahwa Yosef kehilangan daya inderawi, ia hanya dalam hubungan
langsung dengan Tuhan. Inilah pengalaman keadikodratian yang dialami oleh Yosef
Copertino.[4]
2.2 Wujud Totalitas Diri
Yosef
Copertino bukanlah orang yang cerdas. Ia dikenal sebagai orang yang bodoh dan
lamban. Ia tidak menekankan akal budi dalam menjalin kesatuan intim dengan
Allah. Pengenalan intuitif lebih ia tekankan dalam membangun
relasi intim dengan Allah melalui hidup doa, askese dan
kontemplasi secara intens. Yosef Copertino sangat mencintai doa dan menghayati
hubungannya dengan Allah Tritunggal. Kesatuan yang mendalam antara Yosef dengan Allah membuahkan
karunia-karunia yang istimewa bagi Yosef. Allah menganugerahkan karunia ekstase
dan levitatio kepada Yosef.[5]
Ketika Yosef Copertino menjadi anggota
Ordo St. Fransiskus Asisi, ia sangat mencintai doa sebagaimana tertulis dalam
statuta, “agar segala urusan dan kesibukan semangat doa tidak terpadamkan”. Semangat doa tersebut sesuai dengan
tradisi dan ciri-ciri Spiritualitas Fransiskan. Oleh karena itu, Yosef
menghayati hubungan dengan Allah Tritunggal sebagai kasih dan berpusat pada
misteri kemanusiaan Yesus: kelahiran, penderitaan, dan wafat-Nya. Misteri
Ekaristi yang disebut Yosef “pecoriello”
(Anak Domba) menjadi jantung cintanya. Dalam perayaan Ekaristi
tersebut, Yosef sering mengalami ekstase dan levitatio. Ia menerima reaksi Allah dengan keterbukaan hati.[6]
2.3 Pengalaman Salib
Santo
Yosef Copertino menyadari bahwa pengalaman digenggam oleh Allah tidak selamanya
manis. Dia pernah mengalami malam gelap seperti yang dialami oleh St. Yohanes
dari Salib. Yosef mengalami kesepian ketika ia diasingkan di biara Sacro Convento
oleh pengadilan gerejawi. Ia merasa tidak betah tinggal di biara tersebut
karena perlakuan yang kurang bersahabat dari pimpinan biara terhadap Yosef.
Yosef tinggal sendiri dalam biara dan tidak boleh bersatu dengan
saudara-saudara yang lain. Kegiatan dan perayaan-perayaan liturgi juga tidak
dapat ia ikuti. Pimpinan biara menghina Yosef dengan kata-kata yang pedih. Ia
dinilai berpura-pura kudus.[7]
Dalam
situasi tersebut, Yosef mengalami “malam kelam Roh”. Yosef tidak sanggup berdoa
seperti biasa. Ia tidak mampu lagi mengalami ekstase dan levitatio. Yosef merasa ditinggalkan oleh Tuhan dan sesama. Yosef
mengalami kesepian dalam batinnya. Ia terus-menerus dikepung oleh berbagai
macam godaan, khususnya yang berkaitan dengan hawa nafsu dan kecendrungan
seksual.[8]
3. Penutup
Demikian pengalaman yang mengagumkan dari St.
Yosef Copertino. Meskipun St. Yosef Copertino pernah
diadili oleh pengadilan gerejawi di Napoli, kejujuran dan kesalehannya tetap
diakui sampai sekarang. Ia mempertaruhkan hidupnya bagi Tuhan dan Gereja
melalui iman dan kasih. Pengalaman akan Allah adalah wujud totalitas diri
sebagai tanggapan akan kehadiran Daya Ilahi. Pengalaman salib menjadikan
pribadinya sebagai seorang mistikus yang perlu diteladani oleh umat beriman
kristiani dewasa ini.
Daftar Pustaka
Heuken, A. Ensiklopedi Orang
Kudus. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 199511.
M. Sabato, Salvatore. Santo Yosef dari Copertino: Pelindung Para Pelajar. Yogyakarta: Kanisius, 2003.
Marpaung, Manangar. Spiritualitas Mistik. Pematangsiantar: STFT St. Yohanes, 2013. (Diktat).
Mc Caver Snyder, Bernadette. 115 Kisah Santo-Santa yang Mengasyikkan.
Yogyakarta: Kanisius, 2001.
Schneiders, Nicholaas Martinus. Orang Kudus Sepanjang Tahun. Jakarta:
Obor, 2003.
[1] Yosef
ditahbiskan menjadi imam biarawan Ordo Conventual pada tanggal 18 Maret 1628.
Pada tanggal 18 September 1663, ia wafat di Osimo, Italia. Paus Benediktus XIV
membeatifikasi Yosef Copertino pada tanggal 24 Februari 1753. Pada tanggal 16
Juli 1767, Paus Klemens XIII di Roma mengkanonisasi Yosef Copertino menjadi
Santo. Tanggal 18 September ditetapkan oleh Gereja sebagai hari peringatan
kepada Santo Yosef Copertino. Jasadnya masih utuh hingga sekarang dan
disemayamkan di bawah lantai Kapel St. Maria, gereja St. Fransiskus Osimo. Kini
gereja tersebut berubah nama menjadi Basilika St. Yosef Copertino [Lihat
Nicholaas Martinus Schneiders, Orang
Kudus Sepanjang Tahun (Jakarta: Obor, 2003), hlm. 461; bdk. Salvatore M.
Sabato, Santo Yosef dari Copertino: Pelindung Para Pelajar (Yogyakarta:
Kanisius, 2003),
hlm. 13-14; bdk. juga Bernadette Mc Caver Snyder, 115 Kisah Santo-Santa yang Mengasyikkan (Yogyakarta: Kanisius, 2001), hlm.
142-143.]
[2] Salvatore M.
Sabato, Santo Yosef …, hlm.
8-9; bdk. Bernadette Mc Caver Snyder, 115
Kisah …, hlm. 142.
[3] Salvatore M.
Sabato, Santo Yosef ..., hlm. 19-33; bdk. Manangar
Marpaung, Spiritualitas Mistik (Pematangsiantar: STFT St. Yohanes, 2013), hlm. 3-5.
(Diktat);
bdk. juga A. Heuken, Ensiklopedi Orang
Kudus (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 199511), hlm. 333.
[5] Salvatore M.
Sabato, Santo Yosef ..., hlm. 23;
bdk. Manangar
Marpaung, Spiritualitas ..., hlm. 4.
(Diktat).
[7] Salvatore M.
Sabato, Santo Yosef ..., hlm. 31;
bdk. Manangar
Marpaung, Spiritualitas ..., hlm. 4-5.
(Diktat).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar