Minggu, 05 Juli 2015

bahan rekoleksi WE Care


“We Cere”
JADWAL KEGIATAN
Hari pertama
21.00 – 22.00  : Konferensi I (Perkenalan, hiburan, santai)
22.00 – 22.30  : Penyadaran dan permenungan
22.30 - …        : Istirahat malam

Hari Kedua
  . . .   – 06.00  : Mandi
06.00 – 06.45  : Doa Pagi
06.45 – 07.15  : Renungan pagi
07.15 – 08.15  : Sarapan Pagi
08.15 – 19.15  : Konferensi II ( We Care: Peduli Sesama )
09.15 – 09.30  : Permenungan dan Refleksi
09.30 – 10.00  : Pendalaman Kelompok
10.15 – 11.15  : Snack dang anti pakaian
11.15 – 12.15  : Kegiatan Out Door (Game atau Outbond)
12.30 – 13.00  : Makan Siang
13.00 – 14.00  : Istirahat Siang
14.00 – 15.00  : Konferensi III ( We Care: Peduli Lingkungan )
15.00 – 16.00  : Nonton Film (Cinta Ibu)
16.00 – 17.00  : Konferensi IV ( Kesimpulan: Evaluasi, Pesan dan Saran )
17.00 – selesai : Ibadat

Konferensi I   : Perkenalan, hiburan, santai
Pukul              : 21.00-22.00
Pemaparan Bahan:

Pengertian Rekoleksi
Rekoleksi berasal dari kara re dan colletere (Inggris: recollect) yang berarti mengingat kembali atau mengumpul kembali pengalaman hidup. Mengapa kita perlu mengingat kembali apa yang telah terjadi ? Karena pengalaman hidup kita sehari-hari begitu indah. Meskipun demikian, tidak jarang dari kita melupakan hari yang indah itu dengan melewatkannya begitu saja, tanpa sempat untuk duduk merenungkannya, merefleksikannya. dan mengambil maknanya untuk hidup kita. Kegiatan rekoleksi bukan hanya untuk mengajak kita merenungkan atau merefleksikan pengalaman-pengalaman hidup kita, tetapi juga untuk berbuat sesuatu yang baru dalam hidup kita (BERUBAH). Perubahan seperti apa yang diminta dari kita? Yakni: perubahan dari hal-hal yang kurang baik, yang kurang berdampak positif bagi kehidupan kita menuju kepada dampak positif yang membantu kita. Dapat juga dikatakan bahwa dalam kegiatan rekoleksi ini, kita dituntun untuk melangkah lebih baik dari apa yang selama ini masih kurang dari dalam diri kita. Tentu hal ini menuntun dan menghantar setiap kita untuk bertobat, dan kembali kepada Allah yang adalah sumber dari segala kebaikan dan kebaikan itu sendiri.



Beberapa hal yang diharapkan dari kita dalam kegiatan rekoleksi antara lain:
1.         Keheningan atau ketenangan
Dalam keheningan kita diarahkan untuk menemukan jati diri kita yang lebih dalam yang mengarahkan kita untuk perjumpaan dengan Allah. Keheningan yang diharap dari kita ini bukan hanya hal-hal yang tapak (lahiriah), tetapi yang utama adalah ketenangan bati (jiwa dan pikiran).
2.         Keterbukaan
Keterbukaan hati dan pikiran dalam kegiatan rekoleksi kita ini juga menjadi dasar suksesnya kegiatan kita ini. Dengan sikap keterbukaan hati dan pikiran, kita dapat sampai pada jalan untuk menemukan Allah.
3.         Kerja Sama
Dalam dunia ini, kita tidak bisa hidup tanpa orang lain, maka dalam segala aktivitas kita hampir selalu berhubungan dengan orang lain. Berangkat dari pemikiran ini, maka setiap kita diharapkan dapat bekerja sama dan saling melengkapi kekurangan kita masing-masing. Kerja sama mengandung konsekuensi, yakni tanggung jawab. Oleh sebab itu, keberhasilan kegiatan rekoleksi kita ini hanya akan tercapai jika kita dapat saling kerja sama dan saling melengkapi.
4.         Kedisiplinan
Dalam kegiatan rekoleksi, kita perlu menyiapkan diri kita seutuhnya untuk hadir sekarang dan di sini. Maka diharapkan kepada kita bahwa, kita dapat menyesuaikan diri dengan jadwal dan kegiatan rekoleksi yang akan kita jalani.

We Care ( Kita Peduli )
Manusia sudah kehilangan kepeduliannya terhadap dunia, terhadap sesama, terhadap dirinya sendiri.
Peduli dalam Bahasa Inggris disebut Care,. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, peduli adalah memperhatikan (perhati= mengamati dengan sungguh-sungguh, menilik), mengindahkan, menaruh perhatian.
Pada saat ini kita diajak untuk melihat bagaimana kepedulian kita terhadap semua yang terdapat di sekitar kita. Bagaimana kita dapat peduli kepada sesama kita, teman kita di sekolah maupun di asrama, peduli terhadap orang yang kita jumpaai di pajak atau di mall dan lain-lain. Kita juga dituntut, bagaimana kita harus peduli terhadap lingkungan di mana kita berada, baik di sekolah, di rumah, di asrama, dan di mana pun kita berada. Karena sikap peduli yang kita lakukan saat ini, menentukan apa yang akan terjadi dikemudian harinya. Masa depan kita ditentukan oleh kita saat ini.
 Teman-teman pernahkah kita berpikir bahwa, saat kita jajan di kantin sekolah pada saat istirahat sekolah, kira-kira jam 10:00 pagi, orang tua kita masih bekerja di kebunnya dengan panas matahari yang tidak mau bersahabat? Pernahkah kita menyadari, saat kita istirahat siang (tidur siang), orang tua kita masih sibuk mengurus ini dan itu di kantor atau kebunnya? Kawan-kawan hendaknya kita sadar bahwa kita disekolahkan oleh orangtua kita dan masuk ke asrama, dengan banyak hal yang telah orang tua kita korbankan, guru kita, pembina kita dan orang-orang yang menyayangi dan mencintai kita. Maka apa yang harus kita buat untuk membalas segala pengorbanan dan kebaikan yang diberikan orangtua kita, guru, pembina dan orang-orang yang mencintai kita? Mereka tidak menuntut yang hebat yang jago yang muluk-muluk dari kita, cukuplah bagi mereka kita sekolah dengan baik, mendapat nilai yang baik di kelas, berperilaku yang baik, sopan, yang santun, yang beriman (yang sekolah). Dengan melakukan semuanya ini, orang-orang yang menyayangi kita sudah merasa bangga dan bahagia dengan kehadiran kita. Jadi kawan-kawan, hukum cinta kasih tidak menuntut lebih dari kita, tetapi memberikan sesuai dengan kemampuan kita untuk melakukannya. Maka, yang perlu adalah keberanian kita untuk terus menuju dan berjalan serta berjuang untuk melakukan yang terbaik, bukan sebaliknya. “Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah.”
Ada selogan yang menarik yang sering muncul di dunia modern sekarang. Apa slogan tersebut? Bertindak Lokal, Berpikir Global. Artinya, kita tidak usah memikirkan hal yang hebat-hebat atau ingin mengubah dunia dengan sekejap mata melalui pemikiran kita. Tetapi mari kita mulai dari hal-hal yang sederhana, yakni peduli kepada sesama, kepada orang tua, kepada lingkungan kita, asrama dan sekolah kita dan mari kita mulai peduli dari diri kita sendiri!



Konferensi II             : Peduli Terhadap Sesama
Waktu                        : 08.15 – 09.15
Pemaparan bahan        :

Lagu Pembukaan        :Dalam yesus Kita Bersaudara
Kebenaran adalah kesesuaian objek dengan kenyataan. Kebenaran akan terungkap jika kita menemukan kebenaran itu dalam suatu  hal yang nyata, yang dapat kita lihat dengan mata kepala kita sendiri, dan dapat ditangkap dengan akal budi (pikiran). Kebenaran menuntun kita untuk sampai kepada Allah sumber kebenaran pertama dan utama. Maka kebenaran yang sekarang ini kita miliki, yang dianugerahkan oleh Tuhan secara Cuma-Cuma kepada kita harus kita pergunakan dengan benar dan bertanggung jawab. Kebenaran menuntun kita pada sikap cinta kasih, peduli dan tahu aturan (moral, hukum). Mari kita dengarkan bacaan Injil berikut, yang bertema cinta kasih dan sikap peduli dan aturan.
 Bacaan dari Injil Lukas 10: 25-37.
Cinta Kasih Menuntun Aku Peduli.
Cinta kasih, adalah hukum yang pertama dan utama dalam hidup manusia. Mencintai Tuhan dan sesama adalah kasih yang diberikan kepada sesama kita, cinta ini adalah cinta yang kokoh dan kuat dalam mengikat hidup kita. Dalam kasih kita berjumpa dengan Allah dalam kehidupan nyata. Dalam kasih juga, kita hidup dan berjalan bersama Allah. Karena kasih itu adalah pemberian Cuma-Cuma (gratis) dari Allah, maka kasih itun harus menjadi milik manusia seutuhnya dan harus dibagi kepada sesama. Setiap kita memiliki rasa kasih (secara khusus kasih sayang), yang harus mengakar dan hidup di dalam hati kita. Kasih itu harus dibagikan kepada sesama agar hidup kita memberi arti kepada sesama, terlebih lagi kepada orang-orang di samping kita. Hidup kita hendaknya mencerminkan kasih Allah yang selalu memancarkan cahaya kebaikannya kepada orang-orang yang baik dan juga kepada mereka yang jahat. Intinya, kasih Allah tersebut harus nyata dalam hidup kita dan menjadi dasar dalam hati nurani kita.
Hati nurani adalah suara kebenaran yang dianugerahkan oleh Allah dalam hidup manusia. Dalam Kamus Besar  Bahasa Indonesia (KBBI), hati nurani dimengeri sebagai hati yang telah mendapat cahaya dari Tuhan, atau perasan yang murni dan yang sedalam-dalamnya.[1] Perasaan yang murni dan dalam dan yang telah dicerahi oleh Tuhan adalah suatu kesadaran yang sungguh dan berlandaskan iman. Iman berkaiatan dengan moral dalam kehidupan kita, dan iman sebagai asas (pokok) yang utama makhluk ber-Tuhan. Hati nurani adalah kesadaran moral dalam situasi yang kongkrit.[2] Maksudnya, adanya kesadaran bahwa dalam situasi tertentu kita dapat memilih antara melakukan yang benar dan baik atau melakukan yang tidak benar,  dan sesungguhnya kita tidak boleh melakukan yang tidak benar. Perbuatan baik harus dengan cara yang baik, agar tampak kejujuran di dalamnya
Hati nurani mengarahkan manusia untuk hidup baik  dengan cara benar  di hadapan manusia dan Allah. (Diktat Moral Fundamental II). Maka kualitas hidup manusia dapat dinilai dari kemampuannya mendengarkan suara hatinya. “suara kebenaran”. pertanyaan kita, apakah suara hati  manusia sama dengan suara Allah? Jawabannya TIDAK. Suara hati manusia dapat keliru, sedangkan Allah tidak pernah keliru. Contohnya:
Kawan-kawan, apa yang hendak dikatakan di sini? Kenyataan bahwa kita sering berbohong atau membohongi suara hati kita sendiri. Kita sebenarnya mengetahui apa yang kita tahu, namun terkadang kita berbohong dengan berpura-pura tidak tahu, atau tidak mau tahu apa terjadi. Contoh: Kita meminta uang kepada orang tua kita untuk keperluan asrama dan biaya jajan selama di asrama, sebesar satu juta. Padahal, setelah dihitung-hitung secara cermat, hanya delapan ratus ribu biaya selama satu bulan tinggal di asrama, + (plus) jajan. Artinya, kita tidak jujur pada diri kita sendiri. Kiat tahu bahwa delapan ratus ribu untuk kebutuhan kita selama satu bulan di asrama, tatapi kita meminta satu juta kepada orang tua kita, dengan alasan ini atau itu, seolah-olah alasan itu masuk akal (rasional).

Aku Peduli Aku Dicintai Allah
Kata peduli mengandung arti sebagai ikut ambil bagian dalam sesuatu hal, seperti perasaan orang lain entah itu perasaan sedih, kecewa, putus asa atau perasaan bahagia. Dalam arti yang lebih dalam, peduli berarti aku ikut bersama dia yang adalah saudaraku. Kata peduli bukanlah selogan kosong, tetapi memiliki dasar yang kokoh dan kuat dalam dirinya sendiri. Kata peduli mengarahkan setiap kita untuk masuk dalam perjumpaan dengan orang lain dan mau membuka diri bagi sesama. Kata peduli mengarahkan kita untuk sampai kepada Tuhan melalui sesama. Jika kita ingin mencintai orang tua kita, adik kita, orang-orang yang berada di sekitar kita, maka yang pertama-tama kita harus mencintai Tuhan kita sendiri melalaui sesama. Dalam hidup yang bermoral dikatakan demikian: “jika seseorang lebih mencintai dirimu  dibandingkan dengan Tuhan-mu, maka percayalah bahwa dia tidak cinta kepadamu. Tetapi jika dia lebih mencintai Tuhan mu dibandingkan dengan mencintai kamu, maka percayalah bahwa ia memang mencintai kamu”. (Moral Fundamental II. Diktat).
Kawan-kawan, apakah Yesus menghendaki agar setiap orang harus peduli? Dalam kisah orang Samaria yang baik hati (Luk. 10:25-37), Yesus memberi gambaran konkret (nyata) tentang kehidupan kita; kebiasaan untuk tidak peduli kepada orang-orang yang membutuhkan pertolongan kita, kadang-kadang  kita abaikan, cuek, acuh tak acuh. Kita juga kadang tidak menghiraukan keluhan, curhatan atau ungkapan teman-teman kita yang sedang bersedih, patah hati, atau bahagia.
 Seorang yang tiba di Yerusalem dan hendak pergi ke Yeriko dalam Mat 10:30, dirampok dan ditinggalkan dalam keadaan sekarat (setengah mati). Dalam keadaan sekarat, ia hendak meminta tolong tetapi sepatah kata pun tidak keluar dari mulutnya karena sudah tidak berdaya lagi, tidak memiliki kekuatan atau tenaga. Orang pertama melintasi jalan tersebut, namun ia lewat begitu saja, demikian juga dengan orang ke dua, ia bahkan dikatakan menyair ketika melihat orang yang dirampok tersebut dan lewat tanpa ada rasa belas kasihan kepadanya. Namun tepat pada orang ketiga yang lewat jalan tersebut, yaitu orang Semaria, maka tergeraklah hatinya oleh belas kasihan, lalu menolong orang tersebut. Ia membalut membersihkan luka-lukanya dengan minyak dan membalutnya, lalu menaiknya ke atas keledainya dan merawatnya. Jadi siapakah di antara ketiga orang ini yang peduli terhadap sesamanya? Dia yang pertama atau yang ke dua atau yang ke tiga?
Teman-teman, terkadang tidak jarang dari kita bersikap seperti orang yang pertama dan ke dua saat berhadapan dengan kawan-kawan atau orang-orang yang mengalami penderitaan. Kita kadang tidak peduli akan keadaan orang lain, teman di sekitar kita, orang tua kita, dan bahkan kita tidak peduli dengan diri kita sendiri. Kita biasanya senang melakukan apa yang menjadi kesukaan kita, kesenangan kita dan hobi kita. Sehingga tidak jarang kita lupa bahwa ada orang lain atau teman-teman di samping kita. Kita sibuk dan asyik dengan pelajaran yang diberikan guru di sekolah, kita ingin memperoleh nilai 100, A+. Tetapi kita lupa untuk melihat dan memperhatikan kawan-kawan kita yang kurang mampu studi (belajar).
Cara membantu atau menolong atau mengungkapkan kepedulian kita kepada orangtua kita, sahabat kita, sesama kita dan orang-orang yang kita cintai, tidak perlu yang hebat-hebat. Tetapi mulailah dengan yang sederhana, yaitu peduli dengan diri sendiri, menyadari bahwa kau ada di dunia ini bukan untuk aku sendiri tetapi aku berada di dunia ini juga untuk orang lain, maka bagikanlah dirimu, apa yang kamu punya, apa yang kamu miliki kepada mereka yang membutuhkannya.
Apa bukti kepedulian kita kepada orangtua kita? Yakni menyadari bahwa aku di sekolahkan oleh orangtuaku dengan susah payah, banyak biaya. Maka aku harus sekolah dengan sungguh-sungguh, kita harus punya target atau sesuatu yang dicapai yaitu sekolah harus selesai dalam tiga tahun, menjaga dan merawat barang-barangku, serta harus hemat dalam menggunakan uang yang diberikan orangtuaku kepada. mengapa? Karena kita harus sadar bahwa biaya hidup sekarang ini mahal dan uang sulit dicari.
Kepada teman-teman kita apa yang harus kita lakukan sebagai ungkapan kepedulian kita kepada mereka? Sebuah cerita: Kita jangan pernah memberi ikan kepada teman kita kalau ia meminta ikan kepada kita, kita harus memberi mata kail atau pancing kepadanya agar ia sendiri dapat memperoleh ikan tersebut. Dalam hal belajar misalnya, kita tidak dibenarkan memberikan contoh atau menjiplak jawaban kita kepada teman yang kurang mampu belajar. Kita hendaknya membantu mengajarkan bagaimana cara belajar yang baik dan bagaimana mengelola waktu sehingga benar-benar berguna saat belajar. Dan, secara lebih luas kita harus peduli kepada siapa saja yang pantas kita batu, sebab kita adalah satu dan bersaudara di dalam Yesus Kristus.
Ada selogan yang menarik yang sering muncul di dunia modern sekarang, “bertindak lokal, berpikir global”. Artinya, kita tidak usah memikirkan hal yang hebat-hebat atau ingin mengubah dunia dengan sekejap mata melalui pemikiran kita. Tetapi, mari kita mulai dari hal-hal yang sederhana, yakni peduli kepada sesama, kepada orang tua, kepada lingkungan kita, asrama, dan sekolah kita dan mari kita mulai peduli dari diri kita sendiri!
Kegiatan Out Door (Game atau Outbond)
Pukul                          : 11.15 – 12.15

Supaya terdapat buah nyata dari apa yang telah kita lakukan selama pertemuan dari semalam sampai saat ini, kami mengajak untuk melakukan beberapa hal. Hal pertama yang akan kita lakukan adalah “OPERASI SEMUT”. Mari kita membersihkan lingkungan asrama kita. Mencari sampah dari yang paling besar sampai pada sampah yang paling kecil. Kumpul dan buang pada tempat yang benar.
Waktu yang diberikan kurang lebih 10 menit, kemudian kembali lagi ke tempat pertemuan.
Selain itu, masih ada suatu aksi nyata lagi yang harus kita lakukan sebagai wujud kepedulian kita. Kepedulian terhadap sesama. Hal yang akan kita lakukan adalah “BERPELUKAN”. Dapat dipastikan belum pernah kita berpelukan satu sama lain selama berada di asrama ini.
Sebagai bentuk nyata dari peduli sesama, marilah kita membuat sebuah aksi yaitu berpelukan. Sebagai bentuk persaudaraan dan persahabatan, berpelukan adalah cara yang sangat mempererat peraudaraan dan kepedulian.
Pada saat berpelukan, diputar film inspiratif pendukung dan pemaparan mengenai fungsi dari berpelukan. Waktu yang diberikan 10 sampai 15 menit. Berpelukan juga diharapkan agar mereka dapat saling memaafkan dan saling mengakrabkan anak-anak secara lebih dalam dengan teman yang berada satu rumah dengannya.
Berpelukan tidak hanya meningkatkan kedekatan dan kemesraan antara anda dan pasangan atau orang yang anda sayangi. Namun hal tersebut juga terbukti baik untuk kesehatan karena terbukti dapat menyembuhkan stress, depresi, ketegangan, ketakutan hingga kesepian. Hal tersebut disebabkan, karena dengan memeluk maka akan melepaskan hormone oksitosin yang berperan mengendalikan perasaan dan pikiran. Dengan berpelukan diharapkan kita untuk saling memaafkan dan menjadikan kita dapat mengerti teman-teman kita.
Sebagai bagian akhir dan untuk merubah pola pikir mereka. People Make The Difference. Setiap orang dapat membuat perubahan dalam dirinya. Setiap perubahan yang kita inginkan tergantung dari maksud, tujuan yang ingin kita capai. Make your purpose. Tujuan dan maksud yang kita buat dapat kita capai dengan cara yang terbaik. Kita diharapkan bersabar dan dapat menikmati waktu yang ada dengan sebaik-baiknya. Menikmati dan menggunakannya. Taste the moment. Semua mimpi yang kita inginkan akan tercapai bila kita tidak hanya berhenti pada bermimpi saja, tetapi kita harus mengikuti mimpi itu dan berusaha untuk mencapainya sekuat tenaga serta usaha kita. Follow your dream.


Konferensi III            : Kepedulian Terhadap Lingkungan
Pukul                          : 14.00 – 15.00
Tujuan                       :
-          Mengetahui bagaimana kepedulian kita terhadap lingkungan sekitar kita.
-          Melihat pentingnya menjaga lingkungan.
-          Beberapa upaya untuk menjaga lingkungan sekitar
-          Pesan atau tugas menjaga dan merawat lingkungan berasal dari Allah (Kej.
Pemaparan bahan        :
Manusia tinggal dan hidup bersama makhluk-makhluk lain di planet ini sejak ribuan bahkan miliaran tahun yang lalu. Kehidupan ini dapat berlangsung karena bumi memang merupakan planet yang sangat istimewa dibandingkan dengan planet-planet lainnya. Banyak orang menyadari bahwa bumi merupakan planet yang sangat istimewa, namun sayangnya hanya sedikit orang yang berusaha menjaga keistimewaan dan kelestariannya.
Bagaimana hidupku pada lingkungan di mana aku berada?
Keadaan bumi dari tahun ke tahun semakin rusak dan kini semakin kritis. Hal ini akan tetap demikian, bahkan semakin buruk bila tidak ada perhatian dari manusia (kita). Bumi dapat diselamatkan jika kita bersedia melakukan perubahan pola pikir dan gaya hidup secara radikal terhadap lingkungan hidupnya.[3] Di tengah masalah rusaknya alam ini, masih ada beberapa orang yang mau menjaga kelestarian lingkungan hidup ini. Usaha yang terpenting dalam memecahkan masalah lingkungan adalah adanya kesadaran setiap individu untuk mau berubah.
Akhir-akhir ini banyak kabar mengenai pembakaran hutan secara bebas, sehingga asap mengganggu segala proses kehidupan. Di Palembang, Riau, Pekanbaru, Jambi, dll asap melumpuhkan sarana transportasi udara. Banyak penerbangan yang tertunda dan menimbulkan kerugian sampai 50 triliun. (Kompas, Rabu 15 Oktober 2014)
Apakah ini merupakan cara kita merawat lingkungan?
Persoalan lingkungan saat ini menuntut tindakan nyata seluruh warga masyarakat. Dalam bukunya, Prof. Dr. Kasumbogo Untung (1941-2010) menawarkan gaya hidup yang sederhana untuk menjaga kelestarian lingkungan, diantaranya: reuse (menggunakan kembali), reduce (mengurangi pemakaian barang) dan recycle (mendaur ulang). Tindakan nyata terhadap lingkungan dapat dilakukan dengan hal-hal sederhana, seperti: membuang sampah pada tempatnya, membatasi untuk kebutuhan penggunaan listrik yang tidak perlu, mendaur ulang kembali sampah-sampah yang ada, dan sebagainya. Sudahkah kita mengambil bagian dalam pelestarian lingkungan hidup? serta apa yang telah kita lakukan untuk menjaga kelestarian lingkungan sekitar kita?
Bagaimana situasi atau tindakan nyata kita dalam kehidupan sehari-hari. Di asrama ini, bagaimana kita merawat dan menjaga lingkungan? Di mana kita membuang sampah kita? Ayo kita priksa sampah-sampah plastik dari jajanan-jajanan yang kita beli dari pinggir jalan, di mana kita membuang sampah dan bungkus-bngkus permen kita?
Melalui keindahan alam atau lingkungan kita dapat sampai kepada Allah. Jangan sepele dengan keindahan, karena di dalam keindahan tersebut terdapat Allah Sang Empunya Keindahan. Allah menciptakan semua yang ada di dunia ini baik adanya. Mulai dari ciptaan Allah yang pertama sampai pada ciptaan yang terakhir, yakni manusia (bdk. Kej. )
Bagaimana kita dapat sampai kepada Allah?
Ada sebuah slogan, “Kebersihan merupakan sebagian dari iman.” Dengan ini dijelaskan bahwa dengan menjaga kebersihan, kita juga menjaga iman kita. Hal lainnya, setiap keindahan memiliki sebuah asal atau pencipta yang lebih indah. Pencipta yang lebih indah itulah yang disebut dengan Allah (Causa Prima)
Tugas untuk menjaga dan mengusahakan lingkungan bukan hanya tugas yang diberikan oleh manusia, melainkan tugas yang diberikan oleh Allah secara langsung kepada manusia pertama. Kita buka Kitab Suci Kej 2:15. “Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatknnya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.” Demikianlah tugas yang diberikan Allah kepada manusia. Bukan hanya kepada manusia pertama (Adam) saja tetapi juga merupakan tugas kita sebagai manusia saat ini.


Bina mental
Beberapa permaian yang mendukung untuk kegiatan ini.
Pertama, pemanasan dengan menarikan chiken dance.
Kedua, bernyanyi dengan gerak diiringi lagu
Kemudian masuk ke permainan, sebagai berikut:
Permainan pertama adalah Permainan Dengar dan Laksanakan. Pada permainan ini, para peserta diharapkan berkonsentrasi untuk mendengarkan apa yang disampaikan oleh pemimpin dan mendengarkan perintah laksanakan apa yang dikatakan oleh pemimpin.
Permainan kedua adalah Permainan Konsentrasi. Permainan Konsentrasi memiliiki tujuan yang sama dengan permainan pertama. Para peserta dibagi dan diberikan nomor setiap kelompoknya. Diiringi sebuah lagu, para peserta diajak bernyanyi dan bersiap-siap apabila nomor dari kelompoknya disebutkan. ketika nomor dari kelompok tersebut disebutkan, maka mereka diharapkan bernyanyi. lagunya: Konsentrasi, konsentrasi, konsentrasi saudara. Sekarang konsentrasi, konsentrasi saudara. Kelompok terakhir yang bernyanyi menyebutkan salah satu nomor dari kelompok lain, dan demikian selanjutnya.
Permainan ketiga adalah permaian kapal pecah.


[1]  KBBI, Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan  (Jakarta: Balai Pustaka. Cet 3, 1990), hlm. 301.
[2]  Franz Magnis Suseno, Menalar Tuhan (Yogyakarta: Kanisius, 2006), hlm. 177.
[3]Kasumbogo Untung dan Dwi Warsito Nugroho, Gereja dan Kelestarian Lingkungan Hidup (Yogyakarta: Kanisius, 2013), hlm. 13-14.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar