“We Cere”
JADWAL
KEGIATAN
Hari pertama
21.00 – 22.00 :
Konferensi I (Perkenalan, hiburan, santai)
22.00 – 22.30 :
Penyadaran dan permenungan
22.30 - … :
Istirahat malam
Hari Kedua
. . . –
06.00 : Mandi
06.00 – 06.45 : Doa
Pagi
06.45 – 07.15 :
Renungan pagi
07.15 – 08.15 :
Sarapan Pagi
08.15 – 19.15 :
Konferensi II ( We Care: Peduli Sesama )
09.15 – 09.30 :
Permenungan dan Refleksi
09.30 – 10.00 :
Pendalaman Kelompok
10.15 – 11.15 : Snack
dang anti pakaian
11.15 – 12.15 : Kegiatan
Out Door (Game atau Outbond)
12.30 – 13.00 : Makan
Siang
13.00 – 14.00 : Istirahat
Siang
14.00 – 15.00 : Konferensi
III ( We Care: Peduli Lingkungan )
15.00 – 16.00 : Nonton
Film (Cinta Ibu)
16.00 – 17.00 : Konferensi
IV ( Kesimpulan: Evaluasi, Pesan dan Saran )
17.00 – selesai :
Ibadat
Konferensi I :
Perkenalan, hiburan, santai
Pukul :
21.00-22.00
Pemaparan Bahan:
Pengertian
Rekoleksi
Rekoleksi
berasal dari kara re dan colletere (Inggris: recollect) yang
berarti mengingat kembali atau mengumpul kembali pengalaman hidup. Mengapa kita
perlu mengingat kembali apa yang telah terjadi ? Karena pengalaman hidup kita
sehari-hari begitu indah. Meskipun demikian, tidak jarang dari kita melupakan
hari yang indah itu dengan melewatkannya begitu saja, tanpa sempat untuk duduk merenungkannya,
merefleksikannya. dan mengambil maknanya untuk hidup kita. Kegiatan rekoleksi
bukan hanya untuk mengajak kita merenungkan atau merefleksikan pengalaman-pengalaman
hidup kita, tetapi juga untuk berbuat sesuatu yang baru dalam hidup kita (BERUBAH). Perubahan seperti apa yang
diminta dari kita? Yakni: perubahan dari hal-hal yang kurang baik, yang kurang
berdampak positif bagi kehidupan kita menuju kepada dampak positif yang
membantu kita. Dapat juga dikatakan bahwa dalam kegiatan rekoleksi ini, kita
dituntun untuk melangkah lebih baik dari apa yang selama ini masih kurang dari
dalam diri kita. Tentu hal ini menuntun dan menghantar setiap kita untuk
bertobat, dan kembali kepada Allah yang adalah sumber dari segala kebaikan dan
kebaikan itu sendiri.
Beberapa
hal yang diharapkan dari kita dalam kegiatan rekoleksi antara lain:
1.
Keheningan atau ketenangan
Dalam
keheningan kita diarahkan untuk menemukan jati diri kita yang lebih dalam yang
mengarahkan kita untuk perjumpaan dengan Allah. Keheningan yang diharap dari
kita ini bukan hanya hal-hal yang tapak (lahiriah), tetapi yang utama adalah
ketenangan bati (jiwa dan pikiran).
2.
Keterbukaan
Keterbukaan
hati dan pikiran dalam kegiatan rekoleksi kita ini juga menjadi dasar suksesnya
kegiatan kita ini. Dengan sikap keterbukaan hati dan pikiran, kita dapat sampai
pada jalan untuk menemukan Allah.
3.
Kerja Sama
Dalam
dunia ini, kita tidak bisa hidup tanpa orang lain, maka dalam segala aktivitas
kita hampir selalu berhubungan dengan orang lain. Berangkat dari pemikiran ini,
maka setiap kita diharapkan dapat bekerja sama dan saling melengkapi kekurangan
kita masing-masing. Kerja sama mengandung konsekuensi, yakni tanggung jawab.
Oleh sebab itu, keberhasilan kegiatan rekoleksi kita ini hanya akan tercapai
jika kita dapat saling kerja sama dan saling melengkapi.
4.
Kedisiplinan
Dalam
kegiatan rekoleksi, kita perlu menyiapkan diri kita seutuhnya untuk hadir
sekarang dan di sini. Maka diharapkan kepada kita bahwa, kita dapat
menyesuaikan diri dengan jadwal dan kegiatan rekoleksi yang akan kita jalani.
We Care ( Kita Peduli )
Manusia sudah kehilangan kepeduliannya terhadap dunia,
terhadap sesama, terhadap dirinya sendiri.
Peduli dalam Bahasa Inggris disebut Care,. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, peduli adalah
memperhatikan (perhati= mengamati
dengan sungguh-sungguh, menilik), mengindahkan, menaruh perhatian.
Pada saat ini kita diajak untuk melihat bagaimana
kepedulian kita terhadap semua yang terdapat di sekitar kita. Bagaimana kita
dapat peduli kepada sesama kita, teman kita di sekolah maupun di asrama, peduli
terhadap orang yang kita jumpaai di pajak atau di mall dan lain-lain. Kita juga
dituntut, bagaimana kita harus peduli terhadap lingkungan di mana kita berada,
baik di sekolah, di rumah, di asrama, dan di mana pun kita berada. Karena sikap
peduli yang kita lakukan saat ini, menentukan apa yang akan terjadi dikemudian
harinya. Masa depan kita ditentukan oleh kita saat ini.
Teman-teman
pernahkah kita berpikir bahwa, saat kita jajan di kantin sekolah pada saat
istirahat sekolah, kira-kira jam 10:00 pagi, orang tua kita masih bekerja di
kebunnya dengan panas matahari yang tidak mau bersahabat? Pernahkah kita
menyadari, saat kita istirahat siang (tidur siang), orang tua kita masih sibuk
mengurus ini dan itu di kantor atau kebunnya? Kawan-kawan hendaknya kita sadar
bahwa kita disekolahkan oleh orangtua kita dan masuk ke asrama, dengan banyak
hal yang telah orang tua kita korbankan, guru kita, pembina kita dan
orang-orang yang menyayangi dan mencintai kita. Maka apa yang harus kita buat
untuk membalas segala pengorbanan dan kebaikan yang diberikan orangtua kita,
guru, pembina dan orang-orang yang mencintai kita? Mereka tidak menuntut yang
hebat yang jago yang muluk-muluk dari kita, cukuplah bagi mereka kita sekolah
dengan baik, mendapat nilai yang baik di kelas, berperilaku yang baik, sopan,
yang santun, yang beriman (yang sekolah). Dengan melakukan semuanya ini,
orang-orang yang menyayangi kita sudah merasa bangga dan bahagia dengan
kehadiran kita. Jadi kawan-kawan, hukum cinta kasih tidak menuntut lebih dari
kita, tetapi memberikan sesuai dengan kemampuan kita untuk melakukannya. Maka, yang
perlu adalah keberanian kita untuk terus menuju dan berjalan serta berjuang
untuk melakukan yang terbaik, bukan sebaliknya. “Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah.”
Ada selogan yang menarik yang sering muncul di dunia
modern sekarang. Apa slogan tersebut? Bertindak
Lokal, Berpikir Global. Artinya, kita tidak usah memikirkan hal yang
hebat-hebat atau ingin mengubah dunia dengan sekejap mata melalui pemikiran
kita. Tetapi mari kita mulai dari hal-hal yang sederhana, yakni peduli kepada
sesama, kepada orang tua, kepada lingkungan kita, asrama dan sekolah kita dan
mari kita mulai peduli dari diri kita sendiri!
Konferensi II :
Peduli Terhadap Sesama
Waktu :
08.15 – 09.15
Pemaparan
bahan :
Lagu Pembukaan :Dalam
yesus Kita Bersaudara
Kebenaran adalah kesesuaian objek dengan kenyataan.
Kebenaran akan terungkap jika kita menemukan kebenaran itu dalam suatu hal yang nyata, yang dapat kita lihat dengan
mata kepala kita sendiri, dan dapat ditangkap dengan akal budi (pikiran).
Kebenaran menuntun kita untuk sampai kepada Allah sumber kebenaran pertama dan
utama. Maka kebenaran yang sekarang ini kita miliki, yang dianugerahkan oleh
Tuhan secara Cuma-Cuma kepada kita harus kita pergunakan dengan benar dan
bertanggung jawab. Kebenaran menuntun kita pada sikap cinta kasih, peduli dan
tahu aturan (moral, hukum). Mari kita dengarkan bacaan Injil berikut, yang
bertema cinta kasih dan sikap peduli dan aturan.
Bacaan dari Injil
Lukas 10: 25-37.
Cinta
Kasih Menuntun Aku Peduli.
Cinta
kasih, adalah hukum yang pertama dan utama dalam hidup manusia. Mencintai Tuhan
dan sesama adalah kasih yang diberikan kepada sesama kita, cinta ini adalah
cinta yang kokoh dan kuat dalam mengikat hidup kita. Dalam kasih kita berjumpa
dengan Allah dalam kehidupan nyata. Dalam kasih juga, kita hidup dan berjalan
bersama Allah. Karena kasih itu adalah pemberian Cuma-Cuma (gratis) dari Allah,
maka kasih itun harus menjadi milik manusia seutuhnya dan harus dibagi kepada
sesama. Setiap kita memiliki rasa kasih (secara khusus kasih sayang), yang
harus mengakar dan hidup di dalam hati kita. Kasih itu harus dibagikan kepada
sesama agar hidup kita memberi arti kepada sesama, terlebih lagi kepada
orang-orang di samping kita. Hidup kita hendaknya mencerminkan kasih Allah yang
selalu memancarkan cahaya kebaikannya kepada orang-orang yang baik dan juga
kepada mereka yang jahat. Intinya, kasih Allah tersebut harus nyata dalam hidup
kita dan menjadi dasar dalam hati nurani kita.
Hati
nurani adalah suara kebenaran yang dianugerahkan oleh Allah dalam hidup
manusia. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), hati nurani dimengeri sebagai hati yang telah mendapat cahaya
dari Tuhan, atau perasan yang murni dan yang sedalam-dalamnya.[1]
Perasaan yang murni dan dalam dan yang telah dicerahi oleh Tuhan adalah suatu
kesadaran yang sungguh dan berlandaskan iman. Iman berkaiatan dengan moral
dalam kehidupan kita, dan iman sebagai asas (pokok) yang utama makhluk
ber-Tuhan. Hati nurani adalah kesadaran moral dalam situasi yang kongkrit.[2]
Maksudnya, adanya kesadaran bahwa dalam situasi tertentu kita dapat memilih
antara melakukan yang benar dan baik atau melakukan yang tidak benar, dan sesungguhnya kita tidak boleh melakukan
yang tidak benar. Perbuatan baik harus dengan cara yang baik, agar tampak
kejujuran di dalamnya
Hati
nurani mengarahkan manusia untuk hidup baik
dengan cara benar di hadapan
manusia dan Allah. (Diktat Moral Fundamental II). Maka kualitas hidup manusia
dapat dinilai dari kemampuannya mendengarkan suara hatinya. “suara kebenaran”.
pertanyaan kita, apakah suara hati
manusia sama dengan suara Allah? Jawabannya TIDAK. Suara hati manusia
dapat keliru, sedangkan Allah tidak pernah keliru. Contohnya:
Kawan-kawan,
apa yang hendak dikatakan di sini? Kenyataan bahwa kita sering berbohong atau
membohongi suara hati kita sendiri. Kita sebenarnya mengetahui apa yang kita
tahu, namun terkadang kita berbohong dengan berpura-pura tidak tahu, atau tidak
mau tahu apa terjadi. Contoh: Kita meminta uang kepada orang tua kita untuk
keperluan asrama dan biaya jajan selama di asrama, sebesar satu juta. Padahal,
setelah dihitung-hitung secara cermat, hanya delapan ratus ribu biaya selama
satu bulan tinggal di asrama, + (plus) jajan. Artinya, kita tidak jujur pada
diri kita sendiri. Kiat tahu bahwa delapan ratus ribu untuk kebutuhan kita
selama satu bulan di asrama, tatapi kita meminta satu juta kepada orang tua
kita, dengan alasan ini atau itu, seolah-olah alasan itu masuk akal (rasional).
Aku
Peduli Aku Dicintai Allah
Kata peduli
mengandung arti sebagai ikut ambil bagian dalam sesuatu hal, seperti perasaan
orang lain entah itu perasaan sedih, kecewa, putus asa atau perasaan bahagia.
Dalam arti yang lebih dalam, peduli berarti aku ikut bersama dia yang adalah
saudaraku. Kata peduli bukanlah selogan kosong, tetapi memiliki dasar yang
kokoh dan kuat dalam dirinya sendiri. Kata peduli mengarahkan setiap kita untuk
masuk dalam perjumpaan dengan orang lain dan mau membuka diri bagi sesama. Kata
peduli mengarahkan kita untuk sampai kepada Tuhan melalui sesama. Jika kita
ingin mencintai orang tua kita, adik kita, orang-orang yang berada di sekitar
kita, maka yang pertama-tama kita harus mencintai Tuhan kita sendiri melalaui
sesama. Dalam hidup yang bermoral dikatakan demikian: “jika seseorang lebih
mencintai dirimu dibandingkan dengan
Tuhan-mu, maka percayalah bahwa dia tidak cinta kepadamu. Tetapi jika dia lebih
mencintai Tuhan mu dibandingkan dengan mencintai kamu, maka percayalah bahwa ia
memang mencintai kamu”. (Moral Fundamental II. Diktat).
Kawan-kawan, apakah
Yesus menghendaki agar setiap orang harus peduli? Dalam kisah orang Samaria
yang baik hati (Luk. 10:25-37), Yesus memberi gambaran konkret (nyata) tentang
kehidupan kita; kebiasaan untuk tidak peduli kepada orang-orang yang
membutuhkan pertolongan kita, kadang-kadang
kita abaikan, cuek, acuh tak acuh. Kita juga kadang tidak menghiraukan
keluhan, curhatan atau ungkapan
teman-teman kita yang sedang bersedih, patah hati, atau bahagia.
Seorang yang tiba di Yerusalem dan hendak
pergi ke Yeriko dalam Mat 10:30, dirampok dan ditinggalkan dalam keadaan
sekarat (setengah mati). Dalam keadaan sekarat, ia hendak meminta tolong tetapi
sepatah kata pun tidak keluar dari mulutnya karena sudah tidak berdaya lagi,
tidak memiliki kekuatan atau tenaga. Orang pertama melintasi jalan tersebut,
namun ia lewat begitu saja, demikian juga dengan orang ke dua, ia bahkan
dikatakan menyair ketika melihat orang yang dirampok tersebut dan lewat tanpa
ada rasa belas kasihan kepadanya. Namun tepat pada orang ketiga yang lewat
jalan tersebut, yaitu orang Semaria, maka tergeraklah hatinya oleh belas
kasihan, lalu menolong orang tersebut. Ia membalut membersihkan luka-lukanya
dengan minyak dan membalutnya, lalu menaiknya ke atas keledainya dan
merawatnya. Jadi siapakah di antara ketiga orang ini yang peduli terhadap
sesamanya? Dia yang pertama atau yang ke dua atau yang ke tiga?
Teman-teman,
terkadang tidak jarang dari kita bersikap seperti orang yang pertama dan ke dua
saat berhadapan dengan kawan-kawan atau orang-orang yang mengalami penderitaan.
Kita kadang tidak peduli akan keadaan orang lain, teman di sekitar kita, orang
tua kita, dan bahkan kita tidak peduli dengan diri kita sendiri. Kita biasanya
senang melakukan apa yang menjadi kesukaan kita, kesenangan kita dan hobi kita.
Sehingga tidak jarang kita lupa bahwa ada orang lain atau teman-teman di
samping kita. Kita sibuk dan asyik dengan pelajaran yang diberikan guru di
sekolah, kita ingin memperoleh nilai 100, A+. Tetapi kita lupa untuk melihat
dan memperhatikan kawan-kawan kita yang kurang mampu studi (belajar).
Cara membantu atau
menolong atau mengungkapkan kepedulian kita kepada orangtua kita, sahabat kita,
sesama kita dan orang-orang yang kita cintai, tidak perlu yang hebat-hebat.
Tetapi mulailah dengan yang sederhana, yaitu peduli dengan diri sendiri,
menyadari bahwa kau ada di dunia ini bukan untuk aku sendiri tetapi aku berada
di dunia ini juga untuk orang lain, maka bagikanlah dirimu, apa yang kamu
punya, apa yang kamu miliki kepada mereka yang membutuhkannya.
Apa bukti kepedulian kita kepada orangtua kita? Yakni menyadari bahwa aku di sekolahkan oleh orangtuaku
dengan susah payah, banyak biaya. Maka aku harus sekolah dengan sungguh-sungguh,
kita harus punya target atau sesuatu yang dicapai yaitu sekolah harus selesai
dalam tiga tahun, menjaga dan merawat barang-barangku, serta harus hemat dalam
menggunakan uang yang diberikan orangtuaku kepada. mengapa? Karena kita harus
sadar bahwa biaya hidup sekarang ini mahal dan uang sulit dicari.
Kepada teman-teman kita apa yang harus kita lakukan
sebagai ungkapan kepedulian kita kepada mereka? Sebuah cerita: Kita jangan pernah memberi ikan kepada
teman kita kalau ia meminta ikan kepada kita, kita harus memberi mata kail atau
pancing kepadanya agar ia sendiri dapat memperoleh ikan tersebut. Dalam hal
belajar misalnya, kita tidak dibenarkan memberikan contoh atau menjiplak
jawaban kita kepada teman yang kurang mampu belajar. Kita hendaknya membantu
mengajarkan bagaimana cara belajar yang baik dan bagaimana mengelola waktu
sehingga benar-benar berguna saat belajar. Dan, secara lebih luas kita harus
peduli kepada siapa saja yang pantas kita batu, sebab kita adalah satu dan
bersaudara di dalam Yesus Kristus.
Ada selogan yang
menarik yang sering muncul di dunia modern sekarang, “bertindak lokal, berpikir
global”. Artinya, kita tidak usah memikirkan hal yang hebat-hebat atau ingin
mengubah dunia dengan sekejap mata melalui pemikiran kita. Tetapi, mari kita
mulai dari hal-hal yang sederhana, yakni peduli kepada sesama, kepada orang
tua, kepada lingkungan kita, asrama, dan sekolah kita dan mari kita mulai
peduli dari diri kita sendiri!
Kegiatan Out Door (Game atau Outbond)
Pukul : 11.15 – 12.15
Supaya terdapat
buah nyata dari apa yang telah kita lakukan selama pertemuan dari semalam
sampai saat ini, kami mengajak untuk melakukan beberapa hal. Hal pertama yang
akan kita lakukan adalah “OPERASI SEMUT”. Mari kita membersihkan lingkungan
asrama kita. Mencari sampah dari yang paling besar sampai pada sampah yang
paling kecil. Kumpul dan buang pada tempat yang benar.
Waktu yang diberikan kurang lebih 10 menit, kemudian
kembali lagi ke tempat pertemuan.
Selain itu, masih
ada suatu aksi nyata lagi yang harus kita lakukan sebagai wujud kepedulian
kita. Kepedulian terhadap sesama. Hal yang akan kita lakukan adalah
“BERPELUKAN”. Dapat dipastikan belum pernah kita berpelukan satu sama lain
selama berada di asrama ini.
Sebagai bentuk
nyata dari peduli sesama, marilah kita membuat sebuah aksi yaitu berpelukan.
Sebagai bentuk persaudaraan dan persahabatan, berpelukan adalah cara yang
sangat mempererat peraudaraan dan kepedulian.
Pada saat berpelukan, diputar film inspiratif pendukung
dan pemaparan mengenai fungsi dari berpelukan. Waktu yang diberikan 10 sampai
15 menit. Berpelukan juga diharapkan
agar mereka dapat saling memaafkan dan saling mengakrabkan anak-anak secara
lebih dalam dengan teman yang berada satu rumah dengannya.
Berpelukan tidak
hanya meningkatkan kedekatan dan kemesraan antara anda dan pasangan atau orang
yang anda sayangi. Namun hal tersebut juga terbukti baik untuk kesehatan karena
terbukti dapat menyembuhkan stress, depresi, ketegangan, ketakutan hingga
kesepian. Hal tersebut disebabkan, karena dengan memeluk maka akan melepaskan
hormone oksitosin yang berperan mengendalikan perasaan dan pikiran. Dengan
berpelukan diharapkan kita untuk saling memaafkan dan menjadikan kita dapat
mengerti teman-teman kita.
Sebagai bagian akhir dan untuk merubah pola pikir mereka. People Make
The Difference. Setiap orang
dapat membuat perubahan dalam dirinya. Setiap perubahan yang kita inginkan
tergantung dari maksud, tujuan yang ingin kita capai. Make your purpose.
Tujuan dan maksud yang kita buat dapat kita capai dengan cara yang terbaik.
Kita diharapkan bersabar dan dapat menikmati waktu yang ada dengan
sebaik-baiknya. Menikmati dan menggunakannya. Taste the moment. Semua mimpi yang kita inginkan akan tercapai bila kita
tidak hanya berhenti pada bermimpi saja, tetapi kita harus mengikuti mimpi itu
dan berusaha untuk mencapainya sekuat tenaga serta usaha kita. Follow your dream.
Konferensi III :
Kepedulian Terhadap Lingkungan
Pukul :
14.00 – 15.00
Tujuan :
-
Mengetahui bagaimana kepedulian kita
terhadap lingkungan sekitar kita.
-
Melihat pentingnya menjaga lingkungan.
-
Beberapa upaya untuk menjaga lingkungan
sekitar
-
Pesan atau tugas menjaga dan merawat
lingkungan berasal dari Allah (Kej.
Pemaparan
bahan :
Manusia tinggal dan
hidup bersama makhluk-makhluk lain di planet ini sejak ribuan bahkan miliaran
tahun yang lalu. Kehidupan ini dapat berlangsung karena bumi memang merupakan
planet yang sangat istimewa dibandingkan dengan planet-planet lainnya. Banyak
orang menyadari bahwa bumi merupakan planet yang sangat istimewa, namun
sayangnya hanya sedikit orang yang berusaha menjaga keistimewaan dan
kelestariannya.
Bagaimana
hidupku pada lingkungan di mana aku berada?
Keadaan bumi dari
tahun ke tahun semakin rusak dan kini semakin kritis. Hal ini akan tetap
demikian, bahkan semakin buruk bila tidak ada perhatian dari manusia (kita).
Bumi dapat diselamatkan jika kita bersedia melakukan perubahan pola pikir dan
gaya hidup secara radikal terhadap lingkungan hidupnya.[3] Di
tengah masalah rusaknya alam ini, masih ada beberapa orang yang mau menjaga
kelestarian lingkungan hidup ini. Usaha yang terpenting dalam memecahkan
masalah lingkungan adalah adanya kesadaran setiap individu untuk mau berubah.
Akhir-akhir ini
banyak kabar mengenai pembakaran hutan secara bebas, sehingga asap mengganggu
segala proses kehidupan. Di Palembang, Riau, Pekanbaru, Jambi, dll asap
melumpuhkan sarana transportasi udara. Banyak penerbangan yang tertunda dan
menimbulkan kerugian sampai 50 triliun. (Kompas,
Rabu 15 Oktober 2014)
Apakah ini
merupakan cara kita merawat lingkungan?
Persoalan
lingkungan saat ini menuntut tindakan nyata seluruh warga masyarakat. Dalam
bukunya, Prof. Dr. Kasumbogo Untung (1941-2010) menawarkan gaya hidup yang
sederhana untuk menjaga kelestarian lingkungan, diantaranya: reuse (menggunakan kembali), reduce (mengurangi pemakaian barang) dan
recycle (mendaur ulang). Tindakan
nyata terhadap lingkungan dapat dilakukan dengan hal-hal sederhana, seperti:
membuang sampah pada tempatnya, membatasi untuk kebutuhan penggunaan listrik
yang tidak perlu, mendaur ulang kembali sampah-sampah yang ada, dan sebagainya.
Sudahkah kita mengambil bagian dalam pelestarian lingkungan hidup? serta apa
yang telah kita lakukan untuk menjaga kelestarian lingkungan sekitar kita?
Bagaimana situasi
atau tindakan nyata kita dalam kehidupan sehari-hari. Di asrama ini, bagaimana
kita merawat dan menjaga lingkungan? Di mana kita membuang sampah kita? Ayo
kita priksa sampah-sampah plastik dari jajanan-jajanan yang kita beli dari
pinggir jalan, di mana kita membuang sampah dan bungkus-bngkus permen kita?
Melalui keindahan
alam atau lingkungan kita dapat sampai kepada Allah. Jangan sepele dengan
keindahan, karena di dalam keindahan tersebut terdapat Allah Sang Empunya
Keindahan. Allah menciptakan semua yang ada di dunia ini baik adanya. Mulai
dari ciptaan Allah yang pertama sampai pada ciptaan yang terakhir, yakni
manusia (bdk. Kej. )
Bagaimana kita
dapat sampai kepada Allah?
Ada sebuah slogan,
“Kebersihan merupakan sebagian dari iman.” Dengan ini dijelaskan bahwa dengan
menjaga kebersihan, kita juga menjaga iman kita. Hal lainnya, setiap keindahan
memiliki sebuah asal atau pencipta yang lebih indah. Pencipta yang lebih indah
itulah yang disebut dengan Allah (Causa
Prima)
Tugas untuk menjaga
dan mengusahakan lingkungan bukan hanya tugas yang diberikan oleh manusia,
melainkan tugas yang diberikan oleh Allah secara langsung kepada manusia
pertama. Kita buka Kitab Suci Kej 2:15. “Tuhan
Allah mengambil manusia itu dan menempatknnya dalam taman Eden untuk
mengusahakan dan memelihara taman itu.” Demikianlah tugas yang diberikan
Allah kepada manusia. Bukan hanya kepada manusia pertama (Adam) saja tetapi
juga merupakan tugas kita sebagai manusia saat ini.
Bina mental
Beberapa permaian
yang mendukung untuk kegiatan ini.
Pertama, pemanasan dengan menarikan chiken dance.
Kedua, bernyanyi dengan gerak diiringi lagu
Kemudian masuk ke
permainan, sebagai berikut:
Permainan pertama
adalah Permainan Dengar dan Laksanakan.
Pada permainan ini, para peserta diharapkan berkonsentrasi untuk mendengarkan
apa yang disampaikan oleh pemimpin dan mendengarkan perintah laksanakan apa
yang dikatakan oleh pemimpin.
Permainan kedua
adalah Permainan Konsentrasi.
Permainan Konsentrasi memiliiki tujuan yang sama dengan permainan pertama. Para
peserta dibagi dan diberikan nomor setiap kelompoknya. Diiringi sebuah lagu,
para peserta diajak bernyanyi dan bersiap-siap apabila nomor dari kelompoknya
disebutkan. ketika nomor dari kelompok tersebut disebutkan, maka mereka
diharapkan bernyanyi. lagunya: Konsentrasi,
konsentrasi, konsentrasi saudara. Sekarang konsentrasi, konsentrasi saudara.
Kelompok terakhir yang bernyanyi menyebutkan salah satu nomor dari kelompok
lain, dan demikian selanjutnya.
Permainan ketiga
adalah permaian kapal pecah.
[3]Kasumbogo Untung dan Dwi Warsito
Nugroho, Gereja dan Kelestarian
Lingkungan Hidup (Yogyakarta: Kanisius, 2013), hlm. 13-14.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar