Minggu, 05 Juli 2015

TRANSFORMASI (IMAN) MENUJU ALLAH (Refleksi Kritis: Bagaimana Orang Sampai kepada Iman dan Menjadi Murid Yesus)

TRANSFORMASI (IMAN) MENUJU ALLAH
 (Refleksi Kritis: Bagaimana Orang Sampai kepada Iman
dan Menjadi Murid Yesus)



Transformasi Diri








BAB I
PENDAHULUAN



1.1         Latarbelakang
Panggilan untuk mengikuti jalan Yesus Kristus adalah panggilan universal, yang dapat diterima oleh siapapun, kapanpun dan dimanapun. Dengan panggilan tersebut kita diajak untuk menjadi murid Yesus. Menjadi murid berarti mengikuti jejak Yesus dan mewartakan setiap pengajaran dan hidup serta karya-Nya bagi semua orang.
Panggilan tersebut membawa kita pada perubahan untuk semakin dekat pada Allah. Perubahan tersebut bekerja secara bertahap, berkembang dari waktu ke waktu. Perubahan mengandaikan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi untuk mencapai iman, agar semakin dekat dengan Allah. Dengan demikian, seseorang mencapai hidup rohani sebagai Murid Yesus dan memancarkan wajah Allah bagi sesama.

1.2         Tujuan Penulisan
Panggilan Allah yang universal perlu kita terima dan cermati dengan seksama agar panggilan tersebut bertumbuh dan berbuah, tidak hanya menjadi panggilan yang kosong dan akhirnya mati. Transformasi yang dijelaskan dapat membantu untuk mengenali panggilan Allah, kemudian kita terima, dan diolah dalam kehidupan sehari-hari. Membantu kita untuk lebih jeli atau fokus untuk melihat situasi yang ada sebagai cara Allah untuk menyapa kita, memanggil kita untuk mendengarkan, mengikuti Dia dan menjadi seperti Dia.
Tulisan ini tidak semata-mata untuk memberikan rumusan mengenai transformasi iman dalam bentuk teori-teori. Tulisan ini membantu kita memberikan gambaran bagaimana Allah hadir dalam hidup kita. Melihat usaha kita untuk menemukan panggilan Allah dalam kehidupan.  Penulis berharap tulisan ini dapat membantu anda untuk memberikan arti dan gambaran demi semakin tumbuhnya panggilan baru untuk melayani Kristus secara khusus dalam hidup seara total.

1.3         Pembatasan Masalah
Banyak aspek dalam diri manusia yang bersifat dinamis, yang selalu mengalami perkembangan, perubahan dan ber-transformasi. Sebagai contoh, dalam bentuk fisik bahwa tubuh manusia tumbuh dan berkembang dari kecil menjadi besar. Secara psikologis, bertumbuh dari bayi, menjadi anak-anak, menjadi remaja, dewasa dan lansia sebagai tahap akhir. Bukan hanya dalam dunia antropologis (tentang manusia), tetapi dalam dunia politik, ekonomi dan yang lain juga selalu bertransformasi.
Dalam tulisan yang disampaikan disini, akan melihat transformasi diri, bukan hanya biologis atau psikologis, atau mengenai bidang politik, tapi dari sisi spiritualitas atau iman seseorang. Bagaimana iman yang dialami berubah menjadi lebih baik walaupun tak jarang terjadi pergolakan (naik-turun).
Sebagai contoh nyata sebagai perwujudan dalam transformasi tersebut akan dipaparkan satu tokoh dari Kitab Suci dan satu tokoh yang hidup pada abad XX. Tokoh yang diambil dari Kitab Suci adalah transformasi dalam diri Simon Petrus, sebagai murid Yesus yang mengalami dan berjumpa secara langsung dengan Yesus. Tokoh dari abad XX adalah Santa Theresia dari Kalkuta. Santa Theresia berjumpa dengan Yesus karena lingkungan, atau komunitas miskin yang dialaminya. Melalui orang miskin dan terlantar, ia sampai kepada iman akan Yesus.

1.4         Sistematika Penulisan
Tema yang dibahas dalam tulisan ini adalah transformasi Diri. Dari tema yang ada penulis menyajikan seminar dengan judul transformasi diri menuju Allah. Di dalam judul tersebut, akan menjawab pertanyaan fundamen dari tulisan ini. Bagaimana orang sampai kepada iman dan menjadi murid Yesus?
Tulisan ini terbagi dalam 5 bab. Pada Bab I, akan dijelaskan hal praktis perihal latarbelakang, tujuan dari penulisan ini. Dalam Bab II, ditunjukkan bagaimana hidup rohani sebagai murid Yesus. Dalam Bab III dan Bab IV adalah sebuah contoh nyata atau transformasi hidup rohani yang dialami secara nyata. Satu contoh akan diambil dari Kitab Suci, sedangkan yang lainnya menceritakan hidup seorang kudus dari Kalkuta, yaitu Santa Theresia Kalkuta.

1.5         Metode Penulisan
Dalam proses penuisan, penulis menggunakan metode kepustakaan. Sumber kepustakaan menjadi bagian terpenting dalam tulisan ini. Melalui kepustakaan, penulis mencari sumber-sumber yang berguna dan mendukung untuk menjadi dasar bagi penulisan yang sedang dilakukan. Data-data dari kepustakaan ini menjadi landasan dan teori pemikiran penulis dalam melakukan penulisan.
























BAB II
HIDUP ROHANI YANG LEBIH TERARAH KEPADA ALLAH



2.1         Hidup Rohani sebagai Murid Yesus

Orang Kristen yang tidak berdoa, ia mengkerdilkan atau mengurangi dirinya sebagai manusia rohani atau manusia pendoa (Homo Orans). Hidup sebagai murid Yesus menuntut kepercayaan penuh terhadap Yesus sang guru sejati.

2.2         Transformasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, transformasi/ trans.for.ma.si/ diartikan sebagai perubahan rupa (bentuk, sifat, fungsi, dsb).
Transformasi identik dengan perubahan, karena sejatinya transformasi adalah sebuah bentuk perpindahan menuju sistem yang dianggap lebih baik dan mendukung. Jika disandingkan dengan kepemimpinan, maka akan terbentuk sebuah pemikiran bahwa kepemimpinan transformasi adalah bentuk kepemimpinan yang berorientasi pada perubahan dengan mengedepankan inspirasi untuk bisa mencapai tujuan yang diharapkan. Para nabi dan rasul dapat dikatakan sebagai contoh untuk kedepannya.
Adapun kata transformasi berasal dari dua kata dasar, ‘trans’ dan ‘form’. Trans berarti melintasi (across) atau melampaui (beyond). Kata form berarti bentuk. Karena itu, transformasi mengandung makna perpindahan, dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain yang melampaui perubahan fiik luar saja. Bila kita melihat berdasarkan hukum alam transformasi ini merupakan sebuah perubahan metamorfosis sebagaimana perubahan dari ulat menjadi kupu-kupu atau dari kecebong menjadi katak. Terjadi perubahan tetapi bukan hanya fisik, melainkan juga sifat, cara hidup, makanan dan habitatnya pun berganti. Jadi transformasi dapat diartikan sebagai perubahan yang bersifat mendasar, strategik dan menyeluruh.[1]


2.3         Transformasi Hidup (Rohani)
2.3.1        Pengertian
Transformasi memiliki banyak arti dan arah sesuai dengan sisi atau bidang yang ingin dijelaskan. Tetapi, yang tidak dapat disangkal bahwa transformasi selalu mengarah pada sebuah perubahan. Transformasi merupakan sebuah perubahan (lebih bersifat dinamis) yang selalu mengarah kepada hal yang positif.
Demikian halnya transformasi hidup rohani. Transformasi hidup (rohani) merupakan perubahan diri menuju kepada Allah setelah mengalami dan berjumpa dengan Yesus. Perubahan tersebut terjadi secara otomatis, tetapi tidak secara drastis. 


2.3.2        Faktor yang Mempengaruhi Perubahan

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan iman tersebut. Diantaranya adalah faktor lingkungan yang membawa seseorang sampai kepada pengalaman akan Yesus.
Komunitas dan persekutuan sangat penting, baik untuk melaksanakan sesuatu, maupun untuk meneguhkan iman. Yesus menemukan dirinya dikerumuni orang banyak yang antusias dan menaruh simpati kepada-Nya. Mereka telah berkumpul untuk mendengarkan sabda-Nya, atau hanya sekedar mencari kesembuhan.
Terlebih, perjumpaan langsung dengan Yesus menjadikan orang berubah. Orang yang bertemu dengan Yesus mengalami perubahan dalam hidup mereka. Mereka menemukan iman dan menjadi murid-murid Yesus.

2.3.3        Tujuan Transformasi Hidup (Rohani)
Setiap orang yang merubah diri menuju kepada Allah pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang ingin dicapai terarah untuk diri sendiri, kepada sesama dan kepada Allah. Tujuan yang dapat dilihat adalah agar manusia semakin manusiawi dan dapat memuliakan Allah secara lebih





















BAB III
TRANSFORMASI DIRI DALAM KITAB SUCI



Kitab Suci penuh degan kisah yang mendorong kita untuk terus mencari Allah di tempat-tempat yang tidak kita duga. Dimanapun dan kapanpun Allah dapat hadir menegur atau menyapa kita sehingga kita sadar akan kehadiran-Nya dan kita mengikuti Dia. Sapaan, teguran dan panggilan nyata dapat kita temukan dalam Luk.5:1-11 , pada panggilan Simon Petrus (Penjala ikan menjadi penjala manusia).

3.1         Teks Kitab Suci
1Pada suatu waktu, Yesus berdiri di pantai Danau Genesaret. Banyak orang berdesak-desakan untuk mendengar berita dari Allah. 2Yesus melihat dua perahu di pantai itu; nelayan-nelayannya sudah turun dari perahu-perahu itu dan sedang mencuci jala mereka. 3Yesus naik ke salah satu perahu, yaitu perahu Simon, lalu menyuruh Simon mendorong perahunya itu sedikit jauh dari pantai. Yesus duduk di dalam perahu itu dan mengajar orang banyak.
4Setelah selesai mengajar, Ia berkata kepada Simon, “Berdayunglah ke tempat yang dalam, dan tebarkan jalamu untuk menangkap ikan.”
5“Bapak Guru,” jawab Simon, “sepanjang malam kami bekerja keras, namun tidak menangkap apa-apa! Tetapi karena Bapak suruh, baiklah; saya akan menebarkan jala lagi.” 6Sesudah mereka melakukan itu, mereka mendapat begitu banyak ikan sampai jala mereka mulai robek. 7Sebab itu mereka minta tolong kepada teman-teman mereka di perahu yang lain. Teman-teman mereka itu datang lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu penuh dengan ikan sampai perahu-perahu itu hampir tenggelam. 8Waktu Simon melihat itu, ia sujud di hadapan Yesus, lalu berkata, “Tinggalkanlah saya, Tuhan! Sebab saya orang berdosa!”

9Simon dan semua orang yang bersama dia heran melihat banyaknya ikan yang mereka tangkap. 10Begitu juga dengan teman-teman Simon, yaitu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus. Yesus berkata kepada Simon, “Jangan takut! Mulai sekarang engkau akan menjadi penjala orang.”
11Simon dan teman-temannya menarik perahu-perahu itu ke pantai, kemudian meninggalkan semuanya, lalu mengikuti Yesus.



3.2         Penjelasan Singkat Teks
Yesus memanggil para nelayan sebagai usaha Yesus untuk menyapa dan mengajak orang lain untuk mengikuti Dia. Yesus menyampaikan kotbah di danau Genesaret sebagai gambaran dari ‘firman Allah’ yang pertama kali. Ia menyampaikan bagaimana firman tersebut diterima oleh orang-orang dalam iman (Luk 8:21; 11:28), yang kelak akan diteruskan dalam Gereja. Panggilan Allah kepada nelayan dan jawaban mereka merupakan pewartaan firman Allah yang berhasil.
Simon dipanggil supaya taat atas dasar iman. Jelas bukan rasio yang menantang para nelayan itu untuk menebarkan jala kembali ke air atas perintah seorang tukang kayu. Kesia-siaan menangkap ikan di waktu malam, juga akan menjadi kesia-saiaan bila menangkap di siang hari. Tetapi Simon menaruh kepercayaan kepada Yesus: tetapi atas perintah-Mu, aku akan menebarkan jala. Dan mereka berhasil menangkap ikan yang banyak.
Lewat tindakan imannya mata Petrus terbuka dan ia berlutut dihadapan Yesus. Petrus adalah orang pertama yang menyebut Yesus sebagai “Tuhan” (tidak hanya ‘Guru”). Ini bukan hanya kisah panggilan pertama para murid yang nelayan, tetapi juga sebagai gambaran gereja perdana. Gereja perdana memandang diri sebagai ‘perahu Petrus’, dimana iman mereka dicobai.[2] Setelah perjumpaan tersebut, Petrus mengikuti Yesus dan menjadi murid Yesus yang selalu hidup bersama Yesus dan hidup di dalam Yesus.

3.3         Perubahan dalam Diri
Dimensi afektif-devosional[3] dalam spiritualias sosial bertujuan untuk menajamkan kepekaan dalam membaca gerak batin dan berjumpa dengan Allah di dalam keramaian hidup sehari-hari. Perikop dari injil Lukas yang dikutip tadi menawarkan tiga inspirasi utama bagi usaha kita berjumpa dengan Allah. Ketiga inspirasi tersebut adalah Cara pandang, cara bertindak dan bertolah ke tempat yang lebih dalam.[4]

a.        Cara pandang
Perjumpaan dengan Yesus mengubah pribadi murid-NYa. Yesus adalah sumber perubahan. Yesus menyentuh dari dalam sehingga terjadi perubahan batin. Allah Putra ini juga memberikan daya sehingga seorang pribadi mengalami hidup yang berkelimpahan. Ada  daya dari dalam diri-Nya yang menggerakkan seseorang untuk menolakkan perahu hidupnya dari tepi pantai menuju ke tempat yang lebih dalam. Yesus mencerahi dengan cara pandang yang baru dalam melihat realitas dan persoalan hidup.
Tidak hanya seorang pribadi, perubahan ini kemudian menggerakan pribadi-pribadi lain. Dengan kata lain, perubahan batin, sikap dan tindakan seorang pribadi itu menjalar dan menyentuh pribadi-pribadi lainnya sehingga meluas menjadi perubahan dan gerakan komunitas. Perjumpaan dengan Yesus yang mengubah sikap dan gerakan pribadi maupun komunitas.
Gerakan komunitas ini tiada lain adalah gerakan kemuridan Yesus Kristus. Para murid yang berada di dalam satu perahu kebersamaan diajak bergerak menuju ke tempat yang lebih dalam. Tidak lagi berada pada permukaan atau kedangkalan hidup, tetapi masuk ke kedalaman hidup. Yesus menawarkan cara pandang baru untuk melihat setiap realitas, termasuk realitas berupa pengalaman gagal yang sedang dialami. Yesus mengubah cara pandang mereka, mengubah persepsi, yang mendasari perubahan sikap dan cara bertindak mereka sebagai murid dan pengikut-Nya.

b.        Cara bertindak
Dinamika gerakan Yesus yang sangat kuat dalam perikop ini, Yesus melihat perahu Simon, Yesus masuk ke dalam perahu Simon, Yesus mengajar di atas perahu Simon, Yesus menyuruh Simon bertolah ke tempat yang dalam, kemudian Yesus menyertai perjalanan Simon dan kawan-kawannya menebarkan jala untuk mendapatkan ikan berlimpah-limpah.
Melihat konteks, masuk mempelajari situasinya, menyampaikan kebenaran dan nilai-nilai melalui pengajaran dan menyertai perjalanan memperjuangkan nilai-nilai untuk meraih kemuliaan hidup, itulah inspirasi utama dari gerakan dasar Yesus sebagaimana termuat dalam perikop tadi. Ada tujuan yang pasti, ada arah yang jelas dan ada cara atau strategi yang benar di dalam meraihnya.
Itulah pokok-pokok cara bertindak Yesus. Dan cara bertindak yang dihayati oleh para murid itu pada hakikatnya mengalir dari cara bertindak yang dihayati oleh Yesus sendiri. Mereka mengikuti dan meneladan cara bertindak Yesus. Tidak lagi mengikuti kemauan sendiri, bahkan kala mereka sudah lelah semalam-malaman bekerja, tetapi mengikuti dan taat pada perintah_nya.
Dengan taat mengikuti gerekan Yesus, para murid mengalami perubahan makna hidup dan perjuangan mereka kerjakan. Dengan tidak mengandalka kekuatan sendiri tetapi kekuatan ilahi, mereka mengalami perubahan cara bertindak dan berjuang. Lagi pula dengan tidak bekerja sendiri-sendiri melainkan berjerih payah bersama Yesus, mereka mengalami rahmat yang melimpah: menjala hati dan memenangkan semakin banyak jiwa.

c.         Bertolak ke tempat yang lebih dalam
Ketaatan murni kepada kehendak Allah merupakan sikap dasar seorang murid untuk siap sedia bertolak ke tempat yang dalam. “bertolak ke tempat yang dalam, duc in altum” Ke kedalamn samudera, ke kedalaman situasi dunia yang penuh dengan gelombang dan tantangan, ke kedalaman hati manusia dengan berbagai tegangan rahmat-dosa, itulah bentuk nyata duc in altum tadi. Allah menanggalkan keAllahan-Nya lalu menjadi manusia dan memeluk kemanusiaan sedalam-dalamnya. Allah pun menghampakan diri menjadi manusia paling hina dengn tujuan mengangkat martabat Pribadi menusia kemartabat paling mulia.
Allah menanggalkan keAllahan-Nya dan mengambil wajah manusia supaya manusia menanggalkan kemanusiaannya (yang lama) dan memperoleh wajah ilahi. Ke kedalaman hati manusia Allah masuk sehingga manusia memperoleh rahmat yang cukup untuk masuk dalam jantung hati Allah sendiri. Allah masuk ke kedalaman hidup yang penuh pergolakan agar manusia di tengah keramaian dunia zaman ini tetap mempu mengalami kehadiran-Nya.

d.             Kesimpulan












BAB IV
TRANSFORMASI DALAM DIRI SANTA THERESIA KALKUTA




4.1         Riwayat Hidup
Nama aslinya adalah Agnes Gonxha Bojaxhiu. Ia lahir pada tanggal 26 Agustus 1910 di Skojpe, Makedonia. Edisi no 27 tanggal 7 Juli 2013.

4.2         Menemukan Jalan Pelayanan
Lihat situasi di Albania zaman theresia
Situasi kemiskinan dan penderitaan di Albania serta konflik dan pertikaian sosial politik membuatnya merasakan panggilan Allah untuk mewartakan kabar kasih Kerajaan Allah.
Pendidikan yang diperolehnya dari keluarganya (ayah dan ibunya) membantu Theresia untuk semakin dekat dan mengikuti Yesus. Berdasarkan cerita dari Pastor Jambrekovi yang akhirnya membawanya pada pilihan yang jelas untuk menjadi suster.
Panggilan pertamanya berawal dari keinginan untuk melayani. Dan melihat kehidupan India melalui cerita-cerita yang pernah didengar. Panggilan kedua, diterima langsung saat perjalanannya ke Darjeeling. Tuhan memanggilnya secara langsung untuk melayani orang miskin secara langsung.

4.3         Melayani adalah Memberikan Diri
Apa yang sudah tertanam, bila tertanam dengan baik akan mekar,
dan bertumbuh lebat, hingga berbuah banyak.



BAB V
PENUTUP



5.1     Kesimpulan
Para Murid adalah Gereja (ecclesia, berarti komunitas kudus yang dipanggil Allah) yang harus melanjutkan hidup dan ajaran Yesus serta menerjemahkan kehidupan Allah secara benar. Dengan kata lain mereka bertugas untuk mewujudkan Kitab Suci agar senantiasa dapat dirasakan dunia.
Para murid dan para rasul inilah yang kelak akan menjadi saksi atas pengajaran-Nya dan yang akan meneruskannya dengan jalan yang baru setelah Yesus bangkit. Tetntu mereka dipanggil bukan karena jasa pribadi mereka, melainkan karena prakarsa Yesus yang mau memanggil dalam dituasi hidup konkret, “Mari Ikutlah Aku!”. Melalui panggilan itu, para murid diharapkan mampu untuk ambil bagian dalam jalan Tuhan ke Yerusalem. Orang banyak juga dipanggil untuk meniru gaya yang sama sebagaimana telah Dia lakukan.

5.2     Refleksi singkat
Banyak orang mau mengikuti Yesus, tetapi mereka tidak setia. Mereka mau mengikuti Yesus karena ada dorongan oleh keingintahuan akan pribadi Yesus yang sangat mengagumkan. Mereka mengikuti Yesus karena disertai dengan kepantingan diri sendiri.
Dua hal yang “salah” dalam mengikuti Yesus, yang terkadang secara sadar atau tidak sadar kita lakukan dalam mengikuti Yesus. Kita mengikuti Yesus hanya karena tertarik dengan pribad-Nya yang mengagumkan. Dengan banyak karya, mukjizat dan penyembuhan yang dilakukan Yesus dihadapan banyak orang maka banyak orang mengikuti Dia.
Kita mengikuti Yesus hanya karena ada kepentingan pribadi.  Melayani Tuhan, tetapi aslinya kita hanya sibu dengan diri kita sendiri.





















Kepustakaan

Anthony J. Gittins, Mereka Bertemu dengan Yesus
C. Verbeek, Dasar-Dasar Hidup Religius: Hidup Dalam Roh
Carlo M. Martini, Perjalanan Rohani Kedua Belas Murid: Menurut Injil Markus
John Powell, Beriman Untuk Hidup Beriman Unutk Mati







[1] http://transform-org.blogspot.com/2009/10/apakah–transformasi-itu.html. Di sini juga dijelaskan bahwa, perubahan mendasar diartikan sebagai perubahan struktur yang tidak dapat kembali kebentuk semula lagi. Perubahan strategic diartikan sebagai perubahan yang menyangkut visi dan misi baru organisasi. Perubahan menyeluruh dimaksudkan sebagai perubahan dalam semua aspek organisasi secara terpadu.
[2] Dianne Bergant dan Robert J. Karris, Tafsir Alkitab Perjanjian Baru (Yogyakarta: Kanisius, 2002), hlm. 124-125.

[3] Dimensi afektif-devosional adalah rupa-rupa usaha kita untuk berjumpa dengan Allah dalam doa dan aktivitas kebatinan. B. Hari Julliawan dan A. Mintara Sufiyanta, Jalan Baru: Spiritualitas Gerakan Sosial (Jakarta: Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi, 2012), hlm. 11.

[4] B. Hari Julliawan dan A. Mintara Sufiyanta, Jalan Baru …, hlm. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar